PROSPEK PENGEMBAGAN PARIWISATA PANTAI
LARITI DESA SORO KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu
syarat untuk penulisan skripsi Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi
Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram
Oleh:
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
SURAT PETNYATAAN
Yang
bertanda tangan sdi bawah ini saya mahasiswi Program Studi Pendidikan Gegrafi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universita Muhammadiyah Mataram
menyatakan bahwa:
Nama : ERNAWATI
Nim : 11114A0139
Alamat : Pejeruk kebun bawah timur. Gang
rambutan 4. Kec. Ampenan
Memang
benar skripsi yang berjudul Prospek Pengembangan Pariwisata Pantai
Lariti Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima Adalah karya sendiri dan
belum perna diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di tempat manapun.
Skripsi
ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan
pihak lain, kecuali arahan pembimbing. Jika terdapat karya atau pendapat orang
lain yang telah dipublikasikan, memang diacu sebagai sumber dan dicantumkan
sebagai daftar pustaka.
Jika
dikemudian hari pernyataan saya ini terbukti tidak benar, saya siap
mempertanggungjawabkannya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar
dan tampa tekanan dari pihak manapun.
Mataram,
Yang
Membuat Pernyataan,
ERNAWATI
Nim:
11114A0139
MOTTO
HIDUP ADALAH IBADAH
Kegagala bukan akhir dari
segalanya. Tapi kegagala adalah rangka
in proses untuk
menggapai sebuah kemenangan sejati. Kemenangan yang sesungguuhnya bukan
terletak pada kita mampu mengalahkan lawan. Tapi kemenangan sesungguhnya adalah
ketika kita mampu mengendalikan hawa
nafsu dan keingginan membuat kita jauh dari kebenaran sehingga kita menjadi
manusia yang arif dan bijaksana dalam mengarungi kehidupan.
Usaha untuk merai keberhasilan
memerlukan pengorbanan, namun jaganlah keberhasilan menjadi korban dan usaha
karena keberhasilan adalah hasil dari usaha.
Yakin usaha sampai, iman, ilmu
dan amal. Konsisten komitmen serta kesabaran adalah kunci dari kesuksesan.
PERSEMBAHAN
Ø Yang
terhormat Ayahndaku (M,yamin) dan ibundaku (Suhadah) atas do’a nya, kasih sayang
dan pengorbanannya selama ini dalam mengiringi langkahku sehingga anakndabisa menjadi
seperti ini.
Ø Kepada
saudara-saudaraku, ( Erni, Nurhidayah, Nuratika, Nuraidah, M, ikram) yang aku
sayang terimakasih atas motivasinya.
Ø Kepada
kakak sepupuku (Judiman, Suriadin spd, Herman spd, Imran spd,) terimakasih atas motivasi dan do’anya
Ø IBU
Dra. Agung Pramunarti, M.SI dan Arif, S.PD.,M,pd selaku dosen pembimbing
skripsi yang senantiasa tidak mengenal lelah dalam membimbing dan mengarahkan
selama proses konsultasi berlangsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
Ø Kepada
sahabat-sahabatku, (dewi puspitasari spd, sarbini spd, erna, santi) terimakasih
yang selalu memberikan motivasi dan semagat belajar
Ø Almamater
UM Mataram tercinta.
KATA
PENGATAR
Puji
syukur kehadiran ALLAH SWT, karena atas berkat rahmatnya skripsi dengan judul “prospek
pengembangan pariwisata pantai lariti Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima”
ini dapat diselesiakan sesuai waktu yang diharapkan. Shalawat serta salam untuk
junjungan alam Nabi besar Muhamma SAW, atas jasanya menuntun umat manusia
menuju jalan yang diridhoi oleh ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa penjusunan
skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih pada:
1. Bapak Drs. Mustami H. Idris, M.S sebagai Rektor
Universitas Muhammadiyah Mataram.
2. Bapak
Syafril S.pd.,M.pd sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram atas kesempatan yang diberikan untuk
melaksanakan penelitian.
3. Bapak
Sukuryadi, S.kel,.M.Si sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Falkutas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram.
4. Ibu
Dra. Agung Pramunarti, M.Sidan Bapak Arif, S.pd.,M.pd selaku dosen pembimbing
skripsi yang senantiasa tidak mengenal lelah dalam membimbing dan mengarahkan
selama proses konsultasi berlangsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak
dan Ibu Dosen serta staf jajaran kebawah di Falkutas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan atas bantuan, bimbingan, serta pelayanan selama perkuliahan
berlangsung.
6.
Kepala BLHP Kabupaten Bima yang
memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
7. Bapak/Ibu informan yang telah memberikan data
selama wawancara berlangsung
8. Keluargan
saya tercinta atas segala dukungan moril dan materil selama penulis dan
menuntut ilmu.
9. Serta
seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas
segalanya, semoga apa yang telah diberikan selama ini tercatat sebagai amal
ibadah di sisi ALLAH SWT.
Semoga skripsi ini
memberikan manfaat bagi kita semua dan semoga karya ini dapat diridhoi sebagai
dari amal.
Mataram, Juni 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL
............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi
KATA PENGATAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
ABSTRAK ......................................................................................................... xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang...................................................................................
1
1.2 Rumusan
Masalah .............................................................................. 4
1.3 Tujuan
Pennelitian ............................................................................. 5
1.4 Manfaat
Penelitian.............................................................................. 5
1.4.1 Mnfaat
Teoritis........................................................................... 5
1.4.2 Manfaat
Praktis.......................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitain Yang Relavan..................................................................... 6
2.1. Tinjauan Pustaka................................................................................. 8
2.1.1
Pengertia Prospek...................................................................... 8
2.1.2
Pengertian Pengembangan......................................................... 9
2.1.3
Pengertian Pariwisata................................................................. 9
2.1.4
Alasan Orang Perpariwisata..................................................... 11
2.1.5
Obyek Wisata.......................................................................... 12
2.1.6
Pembangunan Obyek Wisata................................................... 13
2.1.7
Daya Tari Pariwisata................................................................ 14
2.1.8
Motivasi Wisatawan Untuk Berwisata.................................... 18
2.1.9
Berbagai Macam Bentuk Wisata............................................. 19
2.1.10
Faktor Pendorong Pengembangan Obyek Wisata................. 21
2.1.11
Faktor Penghambat Pengembangan Obyek Wisata............... 21
2.1.12
Pariwisata Pantai Lariti.......................................................... 22
2.3 Kerangka teori.................................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancagan Penelitian.......................................................................... 24
3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................. 25
3.3 Tehnik Penentuan Informan............................................................. 25
3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................. 26
3.4.1
Metode Observasi.................................................................... 27
3.4.2
Metode Wawancara................................................................. 27
3.4.3
Metode Dokumentasi.............................................................. 29
3.5 Instrumen Penelitian......................................................................... 37
3.6. Jenis dan Sumber Data..................................................................... 30
3.6.1
Jenis Data................................................................................. 30
3.6.2
Sumber Data............................................................................ 31
3.7 Tehnik Analisis Data......................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................. 35
4.1.1 Letak
Administrasi Desa.......................................................... 36
4.1.2 Letak
Gegrafi........................................................................... 36
4.1.3 Demografi................................................................................ 37
4.1.4 Tingkat
Kesejahteraan.............................................................. 37
4.1.5 Mata
Pencaharian..................................................................... 38
4.1.6 Kondisi
Ekonomi..................................................................... 39
4.1.7 Pendidikan............................................................................... 40
4.2
Hasil Penelitian................................................................................. 41
4.2.1 Analisa
Situasi.......................................................................... 41
4.2.2 Aspek
Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti 41
4.2.2.1 KekuatanPengembangan Obyek Wisata Pantai
Lariti 41
4.2.2.2 Kelemahan Pengembangan Obyek Wisata
Pantai Lariti 45
4.2.3
Peluang dan Ancaman Pengembangan Obyek
Wisata Pantai Lariti 48
4.2.3.1 PeluangPengembangan Obyek Wisata Pantai
Lariti...... 48
4.2.3.2 AncamanPengembangan Obyek Wisata Pantai
Lariti 49
4.2.4
Analisis SWOT Sebagai Alat
Formulasi Strategi Pengambangan 51
4.2.5
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti 54
4.3
Pembahasan...................................................................................... 57
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 59
5.2 Saran................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Matrik Analisis SWOT.......................................................................... 34
Table
4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Peruntukan Data BPS Tahun 2015............ 36
Table
4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
................................ 37
Tabel
4.3 Data Mata Pencaharian Penduduk......................................................... 38
Tabel
4.1 Matriks SWOT Analisis Lingkungan Internal dan Esternal Obyek
Pariwisata Pantai Lariti........................................................................... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 : Surat
Izin Permohonan Penelitian Dari Falkutas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram
Lampiran
2 : Surat
Izin Penelitian Dari BLHP Kabupaten Bima
Lampiran
3 : Surat Izin Penelitian Dari Desa Soro
Lampiran
4 : Pedoman Wawancara
ERNAWATI.2016 : Prospek Pengembangan Pariwisata
Pantai Lariti Desa SoroKecamatan Lambu Kabupaten Bima.
Pembimbing
I :
Dra Agung Pramunarti. M.Si
Pembimbing
II :
Arif, S.pd.,M.pd
ABSRAK
Berdasarkan
survey awal, Desa Soro
merupakan desa yang
terletak di Kecamatan
Lambu Kabupaten Bima
memiliki pantai yang
dinamakan
dengan pantai lariti.
Adapun rumusan
masalah dalam penelitian
ini adalah, (a) bagaimana kekutan
dan kelemahan dalam
pengembangan onyek wisata
pantai lariti Desa
Soro Kecamatan Lambu
Kabupaten Bima. (b)
bagaimana
peluang dan ancaman
dalam pengembangan obyek
pantai lariti di Desa Soro
Kecamatan Lambu Kabupaten
Bima. (c) untuk menyelaskan
strategi dan kebijakan
pengembangan pantai lariti
Desa Soro Kecamatan
Lambu Kabupaten Bima.
Metode yang diigunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian
kualitatif, dalam
penelitian kualitatif penemuan
informanya itu penggunakan
purposive
sampling, yaitu
menjadikan informan dalam
penelitian ini adalah
pengunjung Pantai Lariti, Kepala
Desa Sorodan Dinas
Prawisata Kabupaten Bima,
sedangkan metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu data observasi, wawacara, dan dokumentasi.
Sumber data yang digunakan yaitu data prime dan data
sekunder, dalam
metode ini metode yang digunakan peneliti yaitu
medote analisis SWOT.
Strategi
pengembangan Obyek Wisata
Pantai Lariti, (1) strategi SO (a) meningkatkan kenyamanan
bagi pengunjung lokal
maupun manca Negara seperti, kebersihan
pantai dan menyediakan
fasilitas (b) menyediakan tempat-tempat
jualan bagi masyarakat
seperti, rumah makan, warung
kopi dan
sewah ban renang (2) strategi WO (a) meningkatkan promosi
pantai (b) meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam pengelola pengembangan
pariwisata (c) memperbaiki jalan
menuju obyek wisata (3) strategi ST (a) mengembangkan potensi
yang ada, agar tidak
kalah saing dengan
obyek wisata lain seperti,
menyediakan
tempat berjemur dan
membangun pondok disisir
pantai (b) meningkatkan kesadaran pengunjung
terhadap kebersihan pantai
seperti, membuat palang kebersihan
dan tidak membuang
sampah sembaragan (c) membuat tanggul
untuk mencegah longsor (4) strategi WT (a) meningkatkan kualitas tenaga
kerja (b) meningkatkan promosi
(c) mengembangkan
pariwisata pantai dengan
memperhatikan lingkungan disekitar
pantai.
Kata Kunci :
Obyek Wiata, Kunjunga nWiata
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apa
usaha-usaha masyarakat untuk mengembangkan pantai lariti tersebut?
2. Apa
saja harapan masyarakat setempat atau harapan bapak sbagai Kepala Desa Soro
terhadap pantai lariti?
3. Strategi
apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah Kecematan maupun Pemerintah Kabupaten
dalam neningkatkan daya tari wisata?
4. Apa
saja kegiatan di pantai lariti dalam meningkatkan daya tari bagi wisata?
5.
6. Dimana
yang sering berkunjung antara masyarakat lokal atau macanegara di pantai lariti
tersebut?
7. Apakah
ada kontibusi Pemerintah atau Masyarakat
setempat terhadap pantai lariti
8. Apakah
peluang bagi masyarakat untuk perdagangan ketika banyak pengunjung yang datang
di pantai lariti
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam yang
berpontensi untuk tujuan pariwisata dunia.Sektor pariwisata memiliki peran yang
sangat penting bagi kehidupan bangsa. Semakin besar wisatawan yang datang,
semakin besar devisa yang di peroleh suatu Negara. Di sadari atau tidak
pariwisata telah menjadi sektor industri terbesar di dunia.(I putu Gelge 2006).
Terbentang sejauh 5.120 km dari
papua ujung timur hingga Nangroe Aceh Darussalam di ujung barat, Indonesia
memiliki 81.000 km garis Pantai.Indonesia memiliki empat kali jumlah garis
pantai benua amerika serikat, hingga kita menduduki posisi nomor satu dunia
dalam jumlah panjang garis pantai.Indonesia
Source Book 1993 mencatat wilayah darat Indonesia meliputih 1,91 juta km
persegi dengan luas wilayah laut empat kali luas daratannya. Di antara seluruh
wilayah darat, sebesar 250.000 km persegi merupakan wilayah pantai atau wilayah
dekat pantai.Ini menunjukkan betapa posisi dan potensi wilayah baharinya.
Terbesar di sepanjang garis
katulistiwa, ibarat serangkaian mutiara, kepulauan Indonesia sungguh mempesona.
Tidak ada suatu Negara lain pun di dunia yang menawarkan demikian banyak variasi
kehidupan alam, termasuk ke indahan laut dan daratnnya. Untuk menyinggahi
setiap pulau satu hari, di perlukan waktu 46 tahun, karena jumlah pulau
Indonesia lebih dari 17.000 pulau. (Bagyono 2005:1).
Menurut Gelge (2006: 22) pariwisata
merupakan suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi, tranportasi, makanan,
rekreasi serta jasa-jasa lainya.Yang terkait, perdagangan jasa pariwisata
melibatkan berbagi aspek.Aspek-aspek tersebut antara lain aspek ekonomi,
budaya, sosial, agama, lingkungan, keamana, dan aspek lainnya.Aspek yang
terdapat perhatian paling besar dalam pembangunan pariwisata adalah aspek
ekonomi.
Pariwisata merupakan salah satu hal
yang penting bagi suatu negara.Dengan adanya pariwisata, suatu negara lebih
khusus lagi pemerintah daerah tempat objek wisata itu berada mendapat pemasukan
dari pendapatan setiap objek wisata. Berkembangnya sektor pariwisata di suatu
negara akan menarik sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya
diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertania,
pertenakan, perkebunan, kerajinan rakya, peningkatan kesempatan kerja, dan lain
sebagainya. Mata rantai yang kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata
tersebut mampu menghasilkan devisa dan dapat pula digunakan sebagai saranan
untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan
meningkatkan angka kesempatan kerja.
Kesadaran akan pentingnya sektor
kepariwisataan sebagai salah satu pemasukan bagi pemerintah dari sektor non
migas sebenarnya bukan hal baru. Jauh sebelum krisis minyak di pasaran
internasional pada tahun 1980-an, pemerintah Indonesia telah melihat potensi
kurang lebih 17.000 pulau yang ada dengan berbagai adat Istiadat dan kebudayaan
yang mempunyai keunikan tersendiri. Dunia kepariwisataan harus mulai
meninggalkan tentang perencanaan jangka pendek dan harus mampu melihat dalam
prespektif jangka panjang dengan memperhitungkan segala pengaruh yang mungkin
akan timbul dan berpangaruh terhadap dunia kepariwisataan. Pariwisata di
Indonesia pada dasawarsa ini mulai menunjukan perkembangan dan pertumbuhan
menjadi sebuah industri yang berdiri sendiri.Namun yang masih harus
diberhentikan bersama, bahwa sampai sejauh ini kesadarandan pengertian tentang
pariwisata bulum sampai menyentuh masyarakat secara umum.
Dari sudut sosial, kegiatan
pariwisata aka memperluas kesempatan tenaga kerja baik dari kegiatan
pembangunan sarana dan prasarana mampun dari berbagai sektor usaha yang langsung
maupun tidak langsung berkaitan dengan kepariwisataan. Pariwisatan akan dapat
menumbuhkan dan meningkatkan pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya,
sehingga dapat memotifasi sikap toleransi dalam pergaulan yang merupakan
kekuatan dalam pembangunan bangsa, selain itujuga pariwisata mampu memperluas
cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan. Dari sudut ekonomi
bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbagan terhadap penerimaan daerah
bersumber dari pajak, retribusi parkir dan karci atau dapat mendatangkan devisa
dari para wisatawa mancanegara yang berkunjung. Adanya pariwisata juga akan
menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling merangkai dan menunjang kegiatannya
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan survey awal.Desa Soro merupakan
desa yang terletak di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima memiliki pantai yang di
namakah dengan pantai Lariti, pantai ini di jadikan sebagai salah satu objek wisata
oleh masyarakat yang ada pada Desa Soro dan masyarakat kota Bima, dan juga masih
asli belum berkembang, untuk menuju jalan pantai Lariti, padahal mempunyai
peluang untuk dipertimbangkan ekonomi masyarakat sekitar.
Objek wisatawan pantai lariti
merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi dan menjadi salah satu pariwisata
favorit di Kabupaten Bima, pantai lariti memiliki daya tarik dan potensi dalam
peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi salah satu asset wisata Bahari
di Kabupaten Bima yang dikembangkan terletak di Desa Soro Kacematan Lambu.
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Prospek
Pengembangan Pariwisata Pantai Lariti Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana
Peluang dan Ancaman Pantai Lariti yang ada di Desa Soro Kecamatan Lambu
Kabupaten Bima?
b. Apa
aja Kelebihan dan Kelemahan yang ada di Pantai Lariti Kecamatan Soro Kabupaten
Bima?
1.3
Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan
Umum
Untuk menggetahui Prospek Pengembagan
Pariwisata Pantai Lariti DesaSoro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
1.3.2
Tujuan
khusus
a. Ingin
mengemukakan peluang dan ancaman Pantai Lariti di Desa SoroKecamatan Lambu
Kabupaten Bima
b. Ingin
menguraikan kelebihan dan kelemahan Pantai lariti di Desa SoroKecamatan Lambu
Kabupaten Bima
1.4
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu:
1.4.1
Manfaat
Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini
adalah dapat dijadikan sebagai bahan acuan pembelajaran untuk ilmu pengetahuan
sosial terutama dalam pendidikan geografi dan dapat di jadikan refrensi untuk
menambah wawasan tentang pangembangan pariwisata
1.4.2
Manfaat
Praktis
a. Memperoleh
informasi tentang prospek pengembangan pariwisata pantai lariti desa soro
kecemata lambu kabupaten bima.
b. Sebagai
sumber informasi tentang adanya peluang dan ancaman pengembangan pariwisata
pantai lariti di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1 Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan adalah penelitian yang sudah dilakukan
oleh peneliti atau penulisi sebelumnya yang membahas masalah yang terkait.
Perlunya dikemukakan penelitian relevan adalah untuk membedakan penelitian yang
sudah dilakukan oleh peneliti, sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilakukan.
Syakbantriono (2011) judul
penelitian “Upayah Pemerintah Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Melalui Pengembangan Potensi Objek Pariwisata Pantai Lariti Kabupaten
Bima Tahun 2011”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa: Upaya yang dilakukan
oleh pihak pengelolah yaitu dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bima.
Untuk mengatasi kurang tertibnya perdagang kaki lima disekitar objek wisata
pantai lariti, maka kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara memindahkan dan
menatap kembali kios-kios para pedagang kaki lima disekitar objek wisata pantai
lariti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bima.
Kontribusi dari objek wisata pantai lariti untuk pendapatkan
asli daerah (PAD) semakin meningkat
seiring dengan kawasan wisata yang dulunya belum didukung oleh sarana dan
fasilitas yang memadai. Untuk itu pemerintah daerah kabupaten Bima berupanya
melengkapi sarana dan fasilitas disekitar objek wisata pantai lariti, guna
mendukung serta meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten Bima. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah pemerintah. Syakbutriono adalah lebih menekankan
pada pengembangan potensi objek wisata pantai lariti untuk meningkatkan
pendapatan asli Daerah (PAD) sedangkan penelitian menulis lebih menekankan pada
Prospek Pengembangan Pariwisata Pantai
Lariti.
Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan
penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Puja Astawa, (2002) tentang “
Pola Pergembangan Pariwisata Terpadu Bertumpuh Pada Model Pemberdayaan
Masyarakat di Wilayah Bali Tengah” yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif, berdasarkan profil wilayah Bali Tengah yang pada dasarnya
mencerminkan satu kesatuan sosial budaya dan lingkungan agraris, maka
ditetapkan “Pariwisata Subak” sebagai model hipotetik bagi pengembangan
pariwisata yang berbasiskan potensi sosial budaya dan ekologi pertania yang
dalam pengelolaanya, mengutamakan peran serta masyarakat setempat sehingga
mampu memberikan manfaat kesejahteraan bagi masyarakat serta pelestaria budaya
dan lingkungan setempat.
Persamaan penelitian Puja Astawa (2002) dengan penelitian ini
adalah sama-sama mengkaji tentang pengembangan pariwisata, metode yang
digunakan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif
berdasarkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
Perbedaan dalam penelitian ini dengan yang akan peneliti
lakukan terletak pada lokasi dari bidang kajiannya, lokasi dalam penelitian ini
adalah di wilaya rali sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak
di Desa Soro, perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika
peneliti yang sudah ada melihat pada perkembangannya sedangkan peneliti akan
meneliti tentang Prospek Pengembangan Pariwisata.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1
Pengertian
Prospek
Menurut Krugma (2003:121)
menyatakan bahwa “Prospek adalah peluang yang terjadi karena adanya usaha
seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk mendapatkan profil atau
keuntungan”. Menurut Djasmin (1994:28) “kebijakan perusahaan untuk meningkatkan
kinerja penjualan dengan meraih peluang yang ada serta mengatasi berbagai
hambatan dan ancaman baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek”. Sutejo
(1945:28) menyimpulkan secara jelas prospek adalah; “Suatu gambaran
keseluruhan, baik ancaman ataupun peluang dari kegiatan pemasaran yang akan
datang yang berhubungan dengan ketidak kepastian dari aktifitas pemasaran atau
penjualan”.
Dengan demikain prospek merupakan
kondisi yang akandihadapi oleh perusahaan dimasa yang akan datang baik
kecendrungan untuk meningkatkan atau menutup. Kondisi ini dipengaruhi oleh
berbagai peluang dan ancaman yang dihadapi. Kelemahan dan kekuatan yang
dimiliki perusahaan secara baik.Khususnya kebijakan pemasaran dan perusahan
dapat meningkatkan pemasaran produksinya dengan memanfaatkan peluang-peluang
dan pengetahui berbagai bentuk ancaman dikemudian hari.
2.2.2
Pengembanga
Pengambanganadalah suatu usaha
untuk meningkatkan kemampuan teknis,teoritis, konseptual, dan moral karyawan
sesuai dengan kebutan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Jadi, prospek pengembangan adalah
kebijakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja penjualan dengan meraih peluang
yang ada serta mengatasi berbagai hambatan dan ancaman baik dalam jangka
panjang maupun jangka pendek.
2.2.3
Pariwisata
Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses
kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain diluar
tempat tinggalnya. Dorongan kepergianya adalah karena berbagai kepentingan,
baik karena kepentigan ekonomi, sosial,kebudayaan, politik, agama, kesehatan
maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman
ataupun untuk belajar.
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan
pengertian perjalan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal
sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu perubahan tempat
tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya kerena suatu alasan dan
bukan untuk melakukan kegiataan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan
seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan
memenuhi hasra ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang
berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan
keperluan usaha yang lainnya (Suwantoro, 2002: 28).
Menurut UU NO, 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan, yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah sebagai berikut:
a.
Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagai dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk,
meningmati objek atau daya tari wisata.
b.
Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
c.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tari wisata serta usaha-usaha yang
terkait dibidang tersebut.
d.
Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata
e.
Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan
menyelenggarakan jasa.
Konsep pariwisata menurut Burkatr (1981:76).
Wisatawan memiliki empat ciri adalah: (a). Wisatawan adalah orang melakukan
perjalanan dan tinggal di berbagai tempat tujuan, (b). Tempat tujuan wisatawan
berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari, kerana itu dari
kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang diam dan bekerja
ditempat tujuan wisata, (c). Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa
hari atau berbulan-bula, kerena perjalan itu bersifat sementara dan berjangka
pajang, (d). Wisatawan melakukan perjalan buka untuk mencari tempat tinggal
untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.
Menurut Cohen (1974:48), seorang wisatawan
adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan
waktu sementara dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan
perubahan yang di alami selama perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang.
Ada 3 ciri perjalanan wisata, menurut pendapatan yang membedakan wisatawan dari
orang-orang lain juga berpergian adalah sebagai berikut:
a.
Sementara, untuk membedakan perjalanan tidak henti yang
dilakukan petualang (tramp) dan
pengembarab (nomad).
b.
Sukarela atau atas kemampuan sendiri, untuk membedakan
perjalanan yang harus dilakukan orang yang diasingkan dan pengungsi.
c.
Perjalan pulang pergi, untuk membedakan dari perjalanan satu
arah yang dilakukan orang yang pindah ke negara lain (migran).
2.2.4
Alasan Orang Berwisata
Banyak alasan mengapa sebuah negara, khususnya
negara yang sedang berkembang, merancang kebijakan pariwisata.
Disamping alasan yang mendasar bahwa segala sumber daya harus dapat digunakan
dan dialokasinkan seefisien mungkin, pariwisata juga mampu memberikan kontribusi
yang penting terhadap perekonomian negara. Alasan-alasan lainnya adalah sebagai
berikut:
1. Pariwisata sering dianggap sebagai
sebuah sumber penting hard foreign
exehange earnings(pendapatan nilai tukar mata unag asing)
2. Sebagai industri ekspor, pariwisata
tidak menghadapi atauran perdagangan dan kuata seperti halnya barang-barang
pabrikan, bahan mentah dan produk-produk pokok kebutuhan dasar
3. Wisatawan hanya menggunakan infrastuktur
alam, misalnya kondisi iklim, sejarah, kebudayaan, dan sebagainya yang tidak di
desain secara khusus. Dari sudut pandang ekonomi, penggunaan pariwisata
terhadap infrastuktur alam mempunyai margianlcest yang rendah.
4. Pariwisata mampu memberikan lapangan kerja
baru baik di negara sedang berkembang maupun yang udah maju.
5. Sebagai sebuah aktifitas campuran untuk
memenuhi permitaan akan jasa dan produk pariwisata dapat menjadi pendorong bagi
produk lain, seperti makanan, cinderamata dan sebagainya. Dengan adanya pariwisata
yang maju di banyak negara terjadi permintaan yang mengkat atas akomodasi dan
infrastuktur lainya.
2.2.5
Objek Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalan atau sebagai dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk meningmati
objek dan daya tari wisata seseorang wisatawan berkujung kesuatu
tempat/daerah/negara di sembut daya tari atau antraksi wisata.
Dalam undang-undang No. 9 tahun 1990, objek wisata dan daya tari wisata
adalah yang menjadi sarana perjalanan wisata. Menurut Mappi
(2001: 1) objek wisata dikelompokan kedalam tiga jenis yaitu:
a.
Objek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung (merapi),
danau, sungai, fauna (langkah), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan
lain-lain
b.
Objek wisata budaya, misalnya: upacara kelahiran, tari-tari
(tradisional), musik (tradisional), pakaian adat perkawinan, festival budaya,
kain tenun
c.
Objek wisata buatan, misalnya: sarana dan fasilitas olahraga,
permainan (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik, sulap) ketangkasa (naik
kuda) taman rekreasi, taman tradisional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.
Dalam pembangunan objek wisatatersebut terus memperhatikan keadaan sosial
ekonomi masyarakat setempat, sosial budaya daerah setempat, nilai-nilai agama,
adat istiada, lingkungan hidup dan objek wisata itu sendiri. Pembangunan
objek dan daya tari wisata dapat dilakukan pemerintah, badan usaha maupun
perseoragan dengan melimbatkan dan berkerjasama dengan pihak-pihak yang
terkait.
2.2.6
Pembangunan
Objek Wisata
Pembangunan pariwisata bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Basis
pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan
alam (pesona alam). Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui
pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembagan
produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan
pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata,
berdasarkan itu untuk mencapainya tri-fungsi tersebut maka harus ditempuh
3(tiga) macam upaya, yaitu (a), pengembangan objek dan daya tarikwisata, (b),
meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran (c), meningkatkan pendidikan
dan pelatihan kepariwisataan.
Dalam GBHN 1999 disebutkan bahwa pengembangan
pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat
interdisipliner dan partisiptoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, tehnik,
agronomis, sosial budaya, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan.
2.2.7
Daya
Tari Wisata
Alam, masyarakat, binaan, dan minat khusus apapun yang
dihasilkan oleh alam baik benda padat, cair maupun gas, hayati maupun
nonhayati, serta bentuk dan ukurannya sesuai dengan mantra ruang dan waktu,
setiap pembentukan alam walaupun sejenis tetapi jika terbentuk atau tumbuh
berkembang ditempat yang berbeda, berbeda pula kualitas dan kuantitas berupa
daya tarinya.
Daya tari ini tidak selalu wisata, tetapi dapat
juga daya tari dalam sudut pandang lainya, yang dapat dimanfaatkan oleh
beberapa cabang iptek. Apalagi bentukan alam yang umumnya masih tumbuh
berkembang sesuai dengan mantra ruang dan waktu, yang umumnya juga berhenti,
seandainya mantra ruang dan waktu sudah tidak menunjang dan justru sebaliknya,
ikut mematikan perkembangan hingga setapak demi setapak menyusun sebelum musna
sama sekali. Bentukan alam yang dalam tahap penyusutan disebut warisan alam.
Runtunan penyusutan ini berlangsung amat lambat, hingga memberikan kesan
seolah-olah tidak terjadi perubahan sedikitpun. Walaupun adakanya berlangsung
dengan cepat, hal ini juga jarang terjadi. Demikian pula runtunan terjadinya
pembentukan alam, baik hayati maupun nonhayati. Tetapi hadirnya yang merambah
dan mengubah tata alam, kecepatan permusnahan dapat dipercepat oleh mantra
baru, yaitu mantra perilaku budaya manusia atau disingkat mantra budaya
(Darsoprajitno, 2002).
1.
Daya tarik wisata alam
Di dalam tata alam terpadu berbagai
bentukan alam nonhayati dan hayati, dan satuu dengan lainnya terjalin dalam
satu ekosistem hingga membentuk daya dukung lingkungan yang mantap. Masing-masing
unsur yang terpadu memiliki daya tarik yang tidak sama besarnya, tetapi dapat
saling mengisi seandainya salah satu diantaranya rusak atau musnah. Kegiatan
ini seluruhnya berlangsung secara alami sesuai dengan mantra ruang dan waktu
dan hal ini dapat dipelajari. Berdasarkan data geologis dialam semesta termasuk
bumi, sebenarnya tidak yang abadi kehadiratnya. Setiap unsur tata alam selalu
berubah.
Semua bentukan alam nonhayati seperti lautan,
benua dengan segala unsur hayatinya seperti tumbuhan, hewan dan manusia, lambat
atau cepat akan menyesuaikan diri dengan perubahan tata ruang dan waktu.
Perubahan tersebut kecuali makhluk hidup akan mengubah bentuk dan ukurannya,
sedangkan tumbuhan dan hewan jika tidak mampu menyesuaikan dri akan musnah,
sementara itu perubahan yang terjadi pada manusia ialah perilaku budayanya,
sebab disamping memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tata runag
dan waktu, manusia juga didukung oleh kemampuan iptek. Sebaliknya manusia yang
tidak memiliki kemampuan akan selalu tertinggal, atau punah dengan sendirinya
baik oleh peperangan atau akibat penyakit sebagai dampak kemajuan jaman.
Perlu pula dipahami bahwa setiap bentukan
alam yang dibina untuk kepentingan pariwisata, selalu mendapat beban tambahan
baik tehnik maupun nontehnik. Beban berat yang paling banyak diperoleh antara
lain, kehadiran pariwisata yang umumnya tidak memahami masalah ekologi
pariwisata sedangkan beban teknik, umumnya lebih banyak disebabkan oleh
rancangan bangunan yang tidak sesuai. Karena itu tidak mustahil dapat merangsang kehadiran manusia dengan
perilaku yang mudah menimbulkan terjadinya dampak negatif yang menyusutkan
dayatari wisatanya.
2.
Daya tari masyarakat
Di mana saja masyarakat ditemukan, unsur
sosial, ekonomi,dan selalu menjadi muatanya. Melalui ketiga unsur itulah
manusia bermukim dan masyarakat berlindung didalam tata alam.
Bermasyarakat dengan tata alam bertujuan agar kebutuhan untuk memenuhi hajat
hidup berupa sandang, pangan, dan papan selalu terjamin. Sementara itu,
berlindung di dalam tata alam bertujuan agar keselamatan, kenyamanan, dan ketentraman
hidup juga terjamin.
Di manapun juga manusia bermukim, selalu
ada aja perbedaan yang satu dengan yang lainya. Betapa kecilnya perbedaan
yang disebabkan oleh tata alam sudah mampu mempengaruhi perilaku budaya hidup
manusianya. Karena ittu tidak mungkin ada dua masyarakat atau yang persisi sama
kualitas dan kuantitas adat istiadanya. Pengaruh tata alam memang dapat
menimbulkan beberapa perbedaan yang disebabkan oleh hukum alam, daya dukung,
dan ekosistem alami yang ada disetiap titik (tempat) dipermukaan bumi. Karena
itu dengan kearifanya, setiap manusia dapat merancang bangun dan merekayasa
alam tempatnya bermukim dan bermasyarakat, agar mampu memenuhi hajat hidupnya.
Tata masyarakat disetiap tempat selalu
berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tata alam, topografi medan, dan
tersedianya sumber daya alam. Oleh karena itu, tata masyarakat didaerah
pegunungan, tentu ada perbedaan denggan tata masyarakat di daerah ngarai.
Begitu pula dengan tata masyarakat didaerah pantai. Perbedaan tata ini disebabkan
oleh pengaruh tata alam, terutama keanekaragaman sumber daya alam yany terpadu
secara alamiah.
3.
Daya tari wisata binaan
Jenis daya tari wisata binaan amat
banyak sudah ada sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Walaupun
bangunan atau hasil binaan manusia tersebut, pada saat dibangun tidak untuk
kepentingan pariwisata, namun keberadaanya sekarang sangat menarik. Daya tari
tersebut antara lain keunikan penampilan, latar belakang sejarah, dan fungsinya
yang jauh berbeda dengan selera manusia masa kini. Banguan atau hasil binaan
manusia masa lalu tersebut jenisnya memang banyak, tetapi jumlahnya sudah
menyusun sehingga berubah menjadi warisan yang lengah. Inilah yang perlu
diperhatiakan keberadaanya yang sekarang sudah menjadi data dan informasi ilmiah
untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan dapat dibina menjadi unsur daya
tari wisata.
Seperti diketahui, hidup manusia dengan segala
perilaku budayanya tidak terlepas dari pengaruh tata alam disekitarnya.
Pengaruh tata alam ini adakalahnya demikian kuat, hingga dapat menunjang
kegiatan hidup manusia yang ingin megenal tata alam tidak terbatas hanya untuk
menjelajahi dan melihatnya saja, tetapi juga ingin memanfaatkan sebagai sumber
daya alam untuk kepentingan hidupnya. Akibat dari keinginan untuk memanfaatkan
tata alam akan mengebabkan terjadinya pengubahan untuk pemukiman, lahan
garapan, jaringan jalan, dan lainya. Meluasnya pengubahan tata alam yang
dirambah untuk memenuhi hajat hidup manusia, ikut meluas pula sebaran pemukiman
yang perilaku hidupnya, berbeda dengan masyarakat yang bermukim ditempat lain.
Perilaku hidup yang berbeda ini juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan
alam. Adanya perbedaan perilaku
masyarakat yang satu denga yang lainya, ternyata dapat menciptakan perilaku
saling memberi dan saling menerima pengalama dan ketrampilan masing-masing
anggotan masyarakat sehingga dapat memacu. Berkembangkan kegiatan sosial,
ekonomi, budaya (Seowarno, 2002)
2.2.8
Motivasi
Wisatawan Untuk Berwisata
Meurut Wahab, (1975: 35) (dalam Pitana, 2005:35) lebih menekankan,
motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi
tentang wisatawan dan pariwisata, kaerena motivasi merupakan “trigger” dari
proses perjalanan wisata, walaupun motivasi ini acapkali tidak disadari secara
penuh oleh wisatawan itu sendiri. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan
dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi tersebut dapat dikelompokan menjadi
empat kelompak besar sebagai berikut:
1.
Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat fisik antara lain untuk relaksasi, kesehatan,
kenyamanan, berpatisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.
2.
Cultural motivatio yaitu keinginan untuk mengetahui budaya,
adat, tradisi, dan kesenia daerah lain,
3.
Social of interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial,
seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mita kerja, melakukan hal-hal
yang dianggap mendatangkan gengsi (prestie),
melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosakan dan sebagainya.
4.
Faniasy motivatoin yaitu adanya motivasi di daera lain,
seseorang akan dapat lepas dari rutinitas keseharian yang mejenuhkan dan yang
memberikan kepuasaan psikologi.
Perce, (1998:99) (dalam Pitana 2005:99)
berpendapat, wisatawa dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh
beberapa faktor yaitu: kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise dan
aktualiasi diri.
2.2.9
Berbagai
Macam Bentuk Wisata
Ada berbagai macam perjalanan bila
ditinjauh dari berbagai macam segi:
1.
Dari segi jumlah, wisata dibedakan atas:
a.
Individual tour (wisatawa perorangan), yang suatu
perjalan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami-istri
b.
Famili group tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalan
yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kerabatan satu sama lain.
c.
Grou tour (wisata rombongan), yaitu suatu
perjalan yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang
bertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Biasanya
paling sedikit 10 orang, dengan dilengkapi diskon dari perusahaan prinsipal
bagi orang yang kesebelas, potongan ini besarnya berkisar antara 25 hingga 50%
dari ongkos penerbangan atau penginapan.
2.
Dari segi kepengaturanya, wisata dibedakan atas:
a.
re-arrngen tour (wisata berencana), yaitu suatu
perjalanan wisata yang jauh dari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya,
baik trasportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi. Biasanya
wisata jenis ini diatur oleh suatu lembaga yang khusus mengurusnya, mengatur
maupun mengelenggarakan perjalanan wisata dengan bekerja sama dengan semua instasi atau lembaga yang terkait dengan
kepentingan tersebut.
b.
Oplional tour (wisata tambahan/mansuka), yaitu suatu
perjalan wisata tambahan diluar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan
pelaksanaan, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.
2.2.10
Faktor Pendorong Pengembangan Objek
Wisata
Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau kondisi
(Kamus Besar Bahasa Indonesia onine).
Modal kepariwisataan (torims assets)
sering disebut sumber kepariwisataan (tourism
resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata
kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang di kembangkan menjadi
antraksi wisata.
Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah
yang disebut modal atau sumber kepariwisataan (Yoeti, 20060, modal
kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi
wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus komplementer dengan motif
perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan suatu daerah
harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.
2.2.11
Faktor Penghambat Pengembangan Objek Wisata
Pengembanganobjek wisata pastilah tidak lepas dengan
adanya faktor-faktorpenghambat. Beberapa permasalahan yang menyebabkan
kurangnya daya tarik wisata, objek wisata yang ada dikabupaten bima khususnya
dipantai lariti adalah belum tertatanya jalan menuju pantai dengan baik
berbagai macam potensi wisata maupun sarana dan prasarana objek wisata dikabupaten
bima. Masih rendahnaya kualitas pariwisata diakibatkan karena kurangnya,
pengembangan, pengelolaan dan perawatan terhadap potensi wisata. keterbatasan
sarana dan prasarana menunjang pariwisata, hal tersebut merupakan dampak dari
kurangnya alokasi anggaran dana yang belum optimal diperuntukan bagi
pengembangan sektor pariwisata.
2.2.12
Pariwisata Pantai lariti
Pantai Lariti Bima adalah sebuah karya sempurna ciptaan
Tuhan yang bisa anda nikmati secara langsung dengan telanjang mata di Negeri
Dou Mbojo Bima, Pantai Lariti tergolong dalam Pantai Perawan yang terdapat di
sepanjang pesisir Kabupaten Bima NTB. dengan pasir putihnya yang mempesona
beserta panorama sekelilingnya yang mampu membuat mata terpana, keindahan yang
terdapat di pantai ini seakan membuat sepasang mata enggan untuk berkedip
walaupun hanya sedetik. oleh karena itu pantai ini sangat layak bahkan wajib
untuk dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata pantai. ketika anda sedang
berada di Kota Bima, jangan pernah buang kesempatan emas anda untuk sejenak
menikmati pesona surga dunia yang terdampar nyata di sepanjang Pantai Lariti ketika
anda sedang berada di tanah yang berjuluk Duo Mbojo ini
Pantai Lariti
layaknya pecahan surga dengan alamnya yang mempesona ini memang belum begitu
santer terkenal di dunia maya maupun dunia nyata karena lokasi dan keberadaan
dari pantai ini memang belum banyak di publikasikan oleh media, baik itu media
cetak maupun media televisi, oleh karena belum terpublikasikan tersebut,
keberadaan pantai ini hanya diketahui oleh sekelompok kecil dari masyarakat
bima saja padahal tempat wisata ini sangat layak untuk dijadikan sebagai tempat
wisata Internasional.
2.3 Kerangka teori
Kerangka teori merupakan model konseptual
tentang bagaimana teoriberhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai
masalah yang penting (Sugiyono, 283). Untuk lebih jelasnya mengenai alur
pemikiran penelitian dapat dilihat pada skema
berikut. Pada umumnya, masalah pariwisata telah diorientasikan ke arah kemajuan
usaha, peningkatan ekonomi, dan pengembangan kawasan wisata tersebut. Dalam pengembangan
pariwisata khususnya daerah yang diharapkan tentunya adalah peningkatan jumlah
wisatawan. Selain itu, dilibatkannya masyarakat sekitar ke dalam pembangunan
pariwisata tersebut akan memberikan dampak positif bagi mereka untuk
meningkatkan taraf hidupnya. Prospek pengembangan, pariwisatabertujuan
memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun masyarakat setempat melalui
keuntungan ekonomi yang di dapat dari tempat tujuan wisata.
PROSPEK
PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI LARITI
|
EKSTERNAL
|
INTERNAL
|
KELEBIHAN
|
KELEMAHAN
|
ANCAMAN
|
PELUANG
|
STRATEGI
PENGEMBANGAN
|
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data dan tujuan dan kegunaan tertentu. Margono
(2007:19) mengatakan bahwa metode penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu
metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif
adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka
sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui,
sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku
yang diamati.
Sedangkan menurut Sugiyono, (2012:01) penelitian kualitatif
merupakan sebuah penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan
dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, olahraga,
seni dan budaya, dan lain lain, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk
dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.
Sehubungan dengan pendapat diatas maka metode
penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang akan di
peroleh dilapangan lebih banyak bersifat informasi dan keterangan bukan dalam
bentuk simbol atau angka. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian
yang menghasilkan data yang bersifat kualitatif, karena peneliti tidak menyusun
data atau menyimpulkan. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan alasan sebagai berikut: (a) penelitian ini dilakukan pada latar alamiah
atau pada konteks dari suatu keutuhan, (b) penelitian ini menggunakan manusia
sebagai alat penelitian, (c) jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
3.2
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berdasarkan di
Desa Soro Kabupaten Bima. Peneliti mengambil Pantai Lariti karena pantai ini di
jadikan salah satu objek wisata oleh masyarakat yang ada di Desa Soro dan
masyarakat kota Bima, sehingga Pantai Lariti memiliki daya tari dan potensi
dalam meningkatkan pendapatan masyarakat daerah sekitar pantai. batas-batas
wilayahnya adalah:
ü Sebelah
Utara berbatasan dengan Desa Bugis Kecamatan Sape
ü Sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa Sumi Kecamatan Lambu
ü Sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Melayu Kecamatan Lambu
ü Sebelah
timur berbatasan denganLaut
3.3
Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang
diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti, sebagai individu yang sangat penting. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi
peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian, (Arikunto, 2010: 188).
Adapun teknik yang digunakan untuk penentuan informal adalah dengan cara mengunakanpurposive sampling seperti telah dikemukakan bahwa purposive sampling
adalah pengambilan sampel sumber data dengan pertimbagan tertentu. Pertimbagan
tertentu ini orang tersebut di anggap paling tau tentang apa yang kita
harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti
menjelahi objek atau situasi sosial yang di teliti.
Adapun yang menjadi informan dalam
penelitian ini ialah:
a.
Informan kunci
Informan kunci adalah orang yang menjadi narasumber utama, orang yang memiliki
informasi secara luas dan lengkap dalam penelitian ini, yaitu wisatawan yang
datang di Pantai Lariti, pengelola pantai, Kepala Desa, Kepala Dusun, dan Dinas
Pariwisata
b.
Informan biasa
Informan biasa adalah orang yang memberikan informasi secara. Adapun yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini adalah wisatawan yang datang
saat penelitian dan masyarakat sekitar Pantai Lariti
3.4
Metode Pengumpulan Data
Pada jenis penelitian kualitatif yang
menjadi data utaman adalah kata-kata dan tindakan, sebaliknya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong 2005: 157). Sedangka,
pengumpulan data di lakukan secara simulta selama masa penelitian sambil
menganalisan data tersebut. Dengan demikian, dalam melakukan pengumpulan data
dari subjek di perlukan teknik/metode tertentu agar data yang di hasilakan bisa
relevan dengan masalah penelitian.
Menurut Sugiyono (2007: 309) metode pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif bisa di lakukan dengan cara, instrumen manusia
(human instruman), dokumentasi,
catatan lampagan (fieldnotes), observasi
partisipasi (participan observationn),
dan wawacara mendalam (deep interview).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, wawacara dan dokumentasi.
3.4.1
Metode Observasi
Observasiadalah suatu pengumpulan data yang
dilakukanmelalui pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis yang
digunakan untuk memperoleh informasi. Arikunto (2004:225) mengungkapkan bahwa
observasi adalah suatu pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis
dengan prosedur yang tersandar.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi, yaitu
penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti dan
digunakan sebagai informasi data yang belum diperoleh sebelumnya. Dalam
penelitian ini metode observasi digunakan untuk melihat secara langsung
perubahan yangterjadi di lokasi penelitian.
3.4.2
Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan informan yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moleong,2010:186).
Pendapat lain juga mengatakan bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi
antar dua orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh dengan data dengan
mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana,2008:180).
(Esterberg,2002:22) mengemukakan beberapa macam
wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur,dan tidak terstruktur.
1.
Wawancara Terstruktur(Struktured
Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik
pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan
pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam
melakukan wawancara, mengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabanya telah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan
yang sama dan mengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini
pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul
data.
2.
Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasukdalam
kategori in-dept interview, dimanadalampelaksanaanya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancarastruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah
untuk menemukanpermasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak
wawancaradiminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan peneliti
perlumendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh
informan.
3.
Wawancara Tak Terstruktur (Unstructured Interview)
Wawancaratidakterstruktur, adalah
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
wawancara digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, seringdigunakan dalam
penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam
tentang subyek yang diteliti. Pada penelitian pendahuluan,peneliti berusaha
mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada
objek sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau
variabel apa yang harus di teliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semistruktur dimana
peneliti memberikan pertanyaan kepada informan dengan mengacu pada daftar
pertanyaan yang telah disediakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk mempermudah peneliti dalam proses
wawancara, maka disiapkan alat bantu berupa alat tulis dan buku,atau juga
menggunakanrecorder pada ponsel.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukaninterview (wawancara) terhadap50 informan, baik terhadap informan kunci
ataupun informan biasa yang bekerja di pengembagan pariwisata.
3.4.3
Metode Dokumentasi
Dokumentasi ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian,
meliputi buku-buku yang relavan,
peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto, film documenter (Ridwan,2006:77).
Secara bebas dapat di terjemahkan bahwa dokumentasi merupakan rekaman kejadian
masa lalu yang ditulis atau dicetak yang dapat berupa catatan, anecdotal,
surat, buku harian dan dokumen-dokumen (Djam’an dan Aan,2009:147). Penggunaan
dokumentasi ini dimaksudkan terutama untuk memperoleh data umum tentang lokasi penelitian
beserta dokumen-dokumen terkait dengan penelitian ini dalam bentuk dokumen.
3.5
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih
mudah diolah (Arikunto, 2006:160).
Menurut Tohiri (2012:62). Dalam penelitian
kualitatif, penelitian merupakan instrumen yang efektif untuk mengumpulkan
data. Hal ini karena dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan umumnya
secara partipasipf (pengamatan berperan serta).
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen
penelitian peneliti sendiiri, karena peneliti sendiri yang melakukan penelitian
di lapangan dan dilengkapi oleh
alat benda, pedoman wawancara, kamera,
dan alat tulis.
3.6
Jenis Dan Sumber Data
3.6.1
Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini sangat mendasar untuk disklasifikasikan, mengingat kedua masalah ini akan melandasi
kegiatan selanjutnya. Pemahaman jenis data adalah suatu hal yang mutlak dalam
penelitian. Hal ini cukup beralasan karena dengan mengetahui data tersebut,
peneliti dapat mencari alternative metode apa yang paling cocok sehubungan
dengan jenis data yang tersedia.Data berdasarkan jenisnya menurut (Ridwan,
2002:8) adalah dua yakni:
1.
Datakualitatifyaitudata yang berhubungan dengan kategorisasi
karakteristik berjudul pertanyaan atau berupa kata kata.
2.
Datakuantitatif adalah data yang berwujud angka angka.
Dalam penelitian ini akan memfokuskan pada
jenis data kualitatif yangmenggunakan kalimat atau pertanyaan.
3.6.2
Sumber Data
Adapun
sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Data Primer
Data Primer adalah data yang diambil
langsung dari sumbernya tampaperantara atau juga dapat dikatakan sebagai data
yang diperoleh dari kesaksian seseorang dengan mata kepala sendiri, sebagai
orang yang mengetahui tentang obyek dan masalah penulisan (Moleong,2005). Dalam
penelitian ini, data primernya adalah hasil wawancara, observasi langsung pada
lokasi penelitian, dan dokumentasi kegiatan penelitian.
2.
Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari siapapun
yang bukan merupakan saksi yang terlibat yakni yang dapat memberikan
keterangan atau data pelengkap sebagaibahan pembanding (Margono,2005:45). Data
sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi dari kantor desa (deskripsi
tentang lokasi penelitian).
3.7
Teknik Analisis Data
Teknik analisan data adalah proses pengumpulan
data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan.
Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2009 : 334) yaitu proses mencari
dan menyusun secara sistematik data yang di peroleh dari hasil wawacara,
catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah di pahami dan
temuannya dapat di informasika kepada orang lain.
Teori SWOT adalah teori yang di gunakan untuk
merencanakan sesuatu hak yang di lakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah
singkatan dari S, adalah Streghtatau Kelebihan,
W adalah WeaknessatuanKelemahan, O
adalah Opputunity atau Kesempatan, T
adalah Threatatau Ancaman. SWOT ini
bisa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuah suatu
rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh program kerja (wordpress, com).
Menrut Freedy Rangkuti dalam Sri Yati
Prawisataan (2010 : 27), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara
sistematis untuk merumuskan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan logika
yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan meminimalkan kekuatan
dan ancaman. AnalisisSWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor
internal.
Diagram
analisis SWOT
BERBAGAI PELUANG
|
3.
KELAMAHAN INTERNAL
|
KELEBIHAN INTERNAL
|
4.
BERBAGAI ANCAMAN
|
Gamabar 3.2 Freedy Rangkuti (2010)
1.
Merupakan situasi yang sangat mengutungkan wisata tersebut
memiliki peluang dan kelebihan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif
2.
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, tama wisata ini masih
memiliki kelebihan dari segi internal. Stretegi yang harus di terapkan adalah
menggunakan kelebihan untuk memanfatkan peluang jangka panjang dengan cara
strategi diverfikasi (prroduk/jasa).
3.
Wisata pantai Lariti menghadipi peluang tempat wisata yang
sangat besar, tetapi lain pihak, wisata Pantai Lariti ini mampu menghadapi
beberapa kendala/kelemahan internal pariwisata sehingga dapat merebut peluang
wisatawan yang lebih biak.
4.
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena
taman wisata tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Dalam penelitian ini selain menggunakan
teknik analisi data kualitatif penulisan
juga teknik analisis matriks SWOT. Analisis matriks SWOT adalah idenfikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan
(Rangkuti, 2008: 19). Analisis ini di dasari atas logika yang dapat
memaksimalkan kelebihan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman.
Analisis situasi internal (faktor-faktor kelebihan dan kelemahan) di kombinasikan
dengan situasi eksternal (faktor peluang dan ancaman) akan menghasilkan
beberapa strategi alternatif pengembangkan yang dalam bentuk table sebagai
berikut:
INFAS
EFAS
|
STRANGTH (S)
|
WEAKKNESSES (W)
|
OPPORTUNITES
|
STRATEGI (SO)
|
STRATEGI (WO)
|
THREATS (T)
|
STRATEGI (ST)
|
STRATEGI (WT)
|
Tabel 3.1 Tabel Metrik Analisis SWOT
Keterangan:
1.
Strategi SO, yaitu
strategi yang di buat berdasarkan pemanfatan seluruh kekuatan yang dimiliki
untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.
2.
Strategi ST, yaitu
strategi dengan menggunakan seluruh kelebihan yang dimiliki untuk mengatasi
ancaman.
3.
Strategi WO, yaitu
strategi yang di buat berdasarkan pemanfaatkan peluang yang ada dengan cara
meminimalkan kelemahan yang ada.
4.
Strategi WT, yaitu
strategi ini digunakan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
Dengan demikain kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,
tetapi mungkin juga tidak, kerana seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkambang setelah penelitian di lapagan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Soro adalah merupakan salah satu Desa di Kecamatan
Lambu yang terletak di bagian timur wilayah Kabupaten Bima. Secara geografis
Desa Soro perpaduan suasana perbukitan dan pantai, berada di belah timur, Desa
Soro relatif sangat maju dan sangat berkembang, sehingga cocok bagi tanaman
perkebunan, untuk tanaman semusim yang umum di usahakan oleh warga adalah padi,
kedelai, bawang, dan sayur-sayuran. Dan desa mempunyai batas-batas sebagai
berikut
ü Sebelah
Utara berbatasan dengan Desa Bugis Kecamatan Sape
ü Sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa Sumi Kecamatan Lambu
ü Sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Melayu Kecamatan Lambu
ü Sebelah
timur berbatasan dengan Laut
4.1.1 Letak Administrasratif Desa
Secara
administratif Desa, Desa Soro adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan
Lambu Kabupaten Bima. Desa Soro terdiri dari 4 dusun yaitu: Dusun Moti, Dusun Panta Paju, Dusun Oi Wontu, Dusun Oi Ncinggi, yang
terbagi dalam !% RT. Desa Soro memiliki tata pemerintahan yang lengkap terdiri
dari: Kepela Desa, Sekretaris Desa, BPD, LPM, serta Kepala Dusunya.
Table 4.1 Luas
Wilayah Berdasarkan Peruntukan Data BPS Tahun 2015
No
|
Peruntukan
|
Luas
Wilayah (Ha)
|
Prosentase
(%)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Tanah
sawa
|
177,76
|
26.71%
|
2
|
Tanah
kering ( Pemukiman, penggembalaan, tandus/kritis, padang alang – alang )
|
166,98
|
25.09%
|
3
|
Tanah
perkebunan
|
82,00
|
12.32%
|
5
|
Tanah
fasilitas umum ( kas desa, perkantoran / sekolah, taman rekreasi, pekuburan
dll)
|
71,81
|
10.79%
|
6
|
Tanah
hutan/Tegalan
|
105,00
|
15.78%
|
7
|
Tambak/lahan
pugar
|
62,00
|
9.32%
|
J
u m l a h
|
665,55
Ha
|
100 %
|
Sumber
: Profil Desa Tahun 2015
Dengan perkembangan
pembangunan dan bertambahnya jumlah penduduk luas wilayah pemukiman makin hari makin bertambah. Akibtanya banyak lahan perkebunan, dan lahan
perkebunan yang tergusur dan beralih fungsi menjadi pemukiman ataupun menjadi
tempat sarana ekonomi sosiallainnya.
4.1.2
Letak Geografis Desa Soro Kecematan Lambu
Desa Soro yang terletak disebelah utara
pusat kota kecamatan sehingga menjadi desa pertama memasuki Kecamatan Lambu.
Berdasarkan kelas ketinggian wilayah Desa Soro berada pada 0 – 3500 meter di
atas permukaan laut. Kondisi dan ekosistem hutan sebagian besar
telah beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dengan tipe hutan hujan dataran
rendah. Posisi Desa Soro yang berada pada daerah dataran pantai dengan
kemiringan lereng 0 – 65 persen sehingga mempunyai jenis tanah hitam liat.
4.1.3 Demografi
Menurut
data profil Desa tahun 2014, tergambarkan jumlah penduduk Desa Soro sebanyak 4855jiwa
yang terdiri dari 2395 laki – laki dan 2460 perempuan, dengan jumlah KK 521
(tidak tersediah data rincian KK Perempuan).
Table 4.2 Jumlah
Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
NO
|
Umur
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
0-12 Bulan
|
65
|
36
|
101
|
2
|
11-5 Tahun
|
126
|
101
|
236
|
3
|
6 Tahun
|
25
|
24
|
49
|
4
|
7-12 Tahun
|
171
|
134
|
305
|
5
|
13-18 Tahun
|
151
|
130
|
281
|
6
|
19-20 Tahun
|
55
|
41
|
96
|
7
|
21-15 Tahun
|
141
|
142
|
283
|
8
|
26-30 Tahun
|
181
|
140
|
321
|
9
|
31-35 Tahun
|
145
|
126
|
271
|
10
|
34-40 Tahun
|
139
|
151
|
290
|
11
|
41-45 Tahun
|
139
|
127
|
266
|
12
|
46-50 Tahun
|
91
|
105
|
196
|
13
|
51-60 Tahun
|
121
|
75
|
196
|
14
|
61-70 Tahun
|
104
|
86
|
190
|
15
|
70 Tahun ke atas
|
67
|
68
|
135
|
Jumlah
|
1721
|
1495
|
3216
|
Sumber: profil
desa soro tahun 214.
4.1.4 Tingkat Kesejahteraan
Produk utama sensu Klasifikasi kesejahteraan adalah di hasilkan data dan
informasi tentang tingkatkesejahteraan warga, serta sebaran aset dan potensi
ekonomi warga. Informasi tentang tingkat kesejahteraan warga di hasilkan
melalui ukuran-ukuran yang digunakan dan di tentukan oleh warga sendiri, hal
ini sangat penting dalam rangka membangun kesadaran bersama. Penggunaan
ukuran-ukuran lokal tersebut bukan berarti menafikkan indikator-indikator umum
yang sudah bisa di gunakan BPS maupun pihak lain.
Setelah melalui proses yang cukup panjang dan partisipatif, maka di
hasilkan data tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Soro. Secara umum data
keluarga miskin hasil sensu menggunakan matriks Klasifikasi kesejahteraan
dengan 15 faktor dan ciri pembedaan yang di sepakatin warga menunjukan bobot
nilai terendah dengan ciri umum.
1.
Tidak memiliki lahan pertanian
2.
Tidak memiliki perkerjaan
3.
Tidak memiliki rumah dan masih tinggal menumpang
4.
Tidak memiliki kendaraan
5.
Tidak memiliki alat mekanisasi pertanian
4.1.5 Mata Pencaharian
Berdasarkan
data yang diperoleh peneliti di lapangan bahwa yang menjadi sumber mata
pencaharian masyarakat Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
Tabel 4.3 Data Mata Pencaharian Penduduk
No
|
Mata
Pencaharian
|
Jumlah
|
Prosentase
( % )
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
Petani
|
1079
|
22.22%
|
2
|
Buruh Tani
|
147
|
3.03%
|
3
|
Tukang
|
27
|
0.56%
|
4
|
PNS
|
35
|
0.72%
|
5
|
Guru
|
67
|
1.38%
|
6
|
TNI / Polri
|
4
|
0.08%
|
7
|
Pedagang
|
52
|
1.07%
|
8
|
Peternak
|
27
|
0.56%
|
9
|
Pengrajin
|
25
|
0.51%
|
10
|
Bengkel motor
/ mobil
|
15
|
0.31%
|
11
|
Dokter
|
0
|
0.00%
|
12
|
Montir
|
0
|
0.00%
|
13
|
Nelayan
|
1309
|
26.96%
|
Jumlah
|
2787
|
54,40 %
|
Sumber
: Profil Desa Tahun .2015
4.1.6 Kondisi
Ekonomi
Wilayah Desa Soro merupakan wilayah yang cukup strategis kerana tidak
terlaluh jauh dari kota kecamatan. Selain itu wilayah Desa Soro merupakan salah
satu wilayah yang banyak memproduksi hasil sumber daya alamnya (SAD) seperti,
pertanian serta banyak menawarkan pemandangan alam yang asli. Mengingat wilayah
ini sebagai besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani.
Kondisi ekonomi masyarakat Desa Soro jika dilibat dari segi gegrafisnya yang
merupakan Desa pesisir dengan mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan,
walaupun ada sebagai dari masyarakatnya yang memiliki pekerjaan selain petani
separti buru tani, pedagang, tukang bangunan, bahkan PNS, namun jumlahnya
sangat sedikit bila dibandingkan dengan yang berkerja sebagai nelayan
Tinjauan perekonomian masyarakat Desa Soro yang dapat dijadikan sebagai
mata pencaharian masyarakat Desa Soro anatara lain.
a.
Nelayan
Dengan kondisi alam yang merupakan
daerah pesisir masyarakat Desa Soro sebagai besar mata pencaharian umta
nelayan. Masyarakat yang hanya mengadalkan hasil laut dan petani dapat
mencukupin kebutuhan keluarganya.
b.
Perkebunan/nelayan
Lahan kering yang ada juga dimanfatkan
sebagai perkebunan terutama yang berada dipinggir pantai. Perkebunan tersebut
lebih banyak ditanami pohon kelapa yang dapat di jual atau di olah secara
langsung dipasarkan untuk menambah kebutuhan pokok.
c.
Pedagang
Semenjak pengembangan wisata pantai
lariti kini masyarakat dapat, mendapatkan peluang untuk membuka usaha dengan
berjualan dipinggir-pinggir pantai atau di teras rumahnya masing-masing
4.1.7 Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat
yang berperan meningkatkan kecerdasan dan kualitas hidup manusia. Semakin
tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik pula kualitas sumber
daya manusianya. Dengan demikian , kualitas pendidikan masyarakat mempunyai
peran yang sangat signifikan terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu daerah, ini
berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu
berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses
kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat
penting, Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan
keluarga,lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Sekolah di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaen Bima terdiri dari SD sampai
SMA atau SMK. Dari data ini dapat dilihat bahwa akses kenjenjang pendidikan
berikutnya kurang memadai. Hal ini disebabkan karena kemiskinan dan fasilitas
pendidikan yang kurang memadai.
4.2 Analisis Penelitian
4.2.1 Hasil Data
Sesuai dengan tujuan pemerintah Masyarakat Bima yang ingin menjaga
kelestarian Pantai Lariti agar atraksi wisata yang ada di Pantai Lariti
tersebut dapat di kembangkan, serta menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan
lokal maupun domestik. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu menentukan strategi
yang tepat untuk melihat prospek pengembangan wisata Pantai Lariti.
Upayah merumuskan strategi yang tempat ini membutuhkan analisis baik itu
analisis internal maupun esternal. Analisis intrnal di maksudkan untuk
mengetahui segala kekuatan dan kelemahan yang saat ini dimiliki, sedangkan
analisis eksternal adalah analisis tentang segala peluang dan ancaman yang
dihadapi oleh wisata Pantai Lariti pada masa yang akan datang.
4.2.2 Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Obyek Wisata Pantai
Lariti
4.2.2.1 Kekuatan Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti
a.
Panorama Alam Yang Indah, Sejuk Dan Masih Asli
Suasana pantai yang tidak begitu ramai
dapat menjadi lokasi yang tepat untuk memberikan ketenangan bagi anda.
Bersantai dalam suasana yang hening dan hanya di warnai suara deburan ombak,
tentu dapat menjadi salah satu kegiatan menarik bagi beberapa wisatawan.
Kabupaten Bima kaya akan potensi wisata.
Salah satu potensi wisata yang cukup menakjubkan disini adalah Pantai Lariti.
Keindahan pantai, danpasir yang agak putih , air laut yang membiru, dan
panorama alam yang mempesona, dapat dinikmati di objek wisata ini. Pantai
lariti berada di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Objek wisata ini
cukup mudah dijangkau dari Desa Soro, yang hanya berjarak 60 kilometer. Untuk
mencapai Pantai Lariti anda dapat menggunakan mobil atau motor tersebut,
wisatawan dapat berenang dengan tenang. Selain itu, di objek wisata ini pun
wisatawan dapat melihat indahnya belah dua pantai, dan bisa menikmati mandi
matahari (sun baking), Menerut nur
dan imam pengunjung pariwisata pantai Lariti.
“panorama alam yang terdapat di pantai lariti
sangat berpangaruh penuhterhadap pengembangan pariwisata khususnya pariwisata
pantai lariti seperti pasir yang agak putih, air laut yang jerni, batu karang
yang ada di bibir pantai, dimana keindahan ini para pengunjung dapat meningmati
pandangan alam disekitar pantai. Kami pengunjung manyatakan bahwa keindahan
pariwisata pantaiLariti ini sangatlah luar biasa, namun jadi kendala jalan dan
Pembangunan yang masih kurang (wawacanra 5 juni 2016)
Potensi alam yang dimiliki pariwisata
pantai lariti sangat mendukung keberadan obyek pariwisata pantai lariti sebagai
salah satu tempat wisata di Kecamatan Lambu. Keindahan alam tercermin dari
sumber alam yang melimpah pepohonan yang rindang di sekitar obyek wisata merupakan
daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Alam yang masih asli dan indah yang
didukung dengan suasana peDesaan memberikan udara yang sejuk dan masih nyaman
bagi pengunjung. Dengan adanya pantai yang memiliki keindahan sendiri dengan
berbagai vegetasi yang beragam serta lingungan peDesaan yang dimiliki.
Objek pariwisata pantai lariti sangat
mendorong dalam pengembangan dan menjadi keunikan serta keunggulah tersendiri
bagi objek pariwisata pantai lariti. Tempat-tempat yang ada di sekitar pantai
bruga, vila, pohon yang rindang itu dapat digunakan oleh para pengunjung yang
kebanyakan muda-mudi untuk sekedar melepas lelah sambil menikmati pemandangan
pariwisata pantai lariti. Di tempat itupun
juga dapat digunakan sebagai area camping bagi para wisatawan, karena
tempat yang luas dan sejuk.
Pantai Lariti juga memiliki keunggulan
yang tidak kalah dengan tempat wisata lain seperti akses jalan yang lancar
serta tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi, serta parkir kendaraan yang
selalu On Time ketika kita memasuki gerbang wisata cukup dengan isi saku Rp.
6000,- anda akan lansung dapat menikmati tampa rasa resah. Tidak hanya itu,
ketika anda memasuki pantai lariti, andah akan melihat indahnya pantai yang
belah dua, dan gunung yang ada didalam air laut dan membuat mata lebih berwarna
dengan sejuta variasi.
“Pantai Lariti lebih indah pada pantai
manapun, hanya saja belum terawat begitu maksimal, dan jika saja terawat
mungkin lebih indah dari pada ini pemandangannya” ujar salah satu seorang
pengunjung Asli dari Desa Soro yang bernama pak ahmad
b.
Keindahan Suasana Pantai
Suasana pantai yang tidak terlalu padat
pengunjuk, menjadikan anda betah lama-lama bercanda dengan deburan ombak di
pantai ini. Pantai Lariti yang masih relatif asli, hanya pada pengunjung di
saat akhir pekan. Tak hanya itu, Pantai Lariti anda juga bisa meningmati
keindahan-keindahan alam.
c.
Suasana Pariwisata Pantai Lariti Yang Memberikan Kenyamanan
Obyek pariwisata pantai lariti merupakan
tempat wisata yang memberikan kenyamanan dan kesejukan. Ketika masu ke kawasan
obyek wisata maka kita akan diberikan pemandangan yang indah seperti keindahan
pantai, laut, serta pasir yang agak putih yang indah, suasana yang hijauh, dan
gunung yang ada di dalam laut yang membuat mata tak bosan untuk memandanginya
dari gardu pandangan yang ada dilokasi obyek wisata. Menurut yamal tinggal di
sekitar pantai lariti.
“Suasana
Pantai Lariti sangat nyaman yang membuat parapengunjung senang berlama-lama dan
betah berada di pantai lariti, serta denga adanya orang yang jualan di sekitar
pantai, serta menjadi menjadi peluang usaha bagi masyarakat Desa Soro”
(wawancara 8 juni 2016)
d.
Wilayah Lahan Pariwisata Yang Potensi
Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima
merupakan salah satu wilayah yang di tetapkan Pemerintah Kabupaten Bima sebagai
kawasan pengembangan pariwisata. Mamang sangat menjanjikan sebagai tujuan
wisata baru. Salah satu keindahan itu tersaji di pantai lariti, berlokasi di
Desa Soro, pantai ini termasuk masih sangat alami. Pasir yang agak putih
terhampar dengan indahnya dan terdapat gundukan karang disudut menambah ekosistim
pantai ini. Jika air laut surut, kita dapat jalan untuk kegunung yang ada di
air laut, aktivitas yang di lakukan di tempat ini adalah berenang, bermain
pasir, dan berjemur. Menurut Syamsuddin
Muhammad(Kepala Desa Soro)
“Dari hasil
wawancara di atas maka pariwisata pantai lariti memiliki peluang untuk
berkembang walaupun pembangunan pariwisata ini belum sebagus pariwisata papan
sudah dikenal wisatawan mancaNegara” (wawancara 13 juni 2016)
e.
Air Laut
Dilihat
dari pengamatan di lapangan bahwa air laut yang jerni salah satu pendukung obyek
pariwisata, yang bias member nilai positif para pengunjung, dan sehingga para
pengunjung bias meningmati suasana keindahan air lautnya
4.2.2.2 Kelemahan Pengembangan Objek Wisata Pantai
Lariti
1.
Promosi wisata yang kurang
Promosi obyek pariwisata pantaai lariti
Kabupaten Bima masih tergolong kurang efektif yang terlihat dari belum adanya
peningkatan arus kunjungan wisatawan di Desa Soro khususnya di pantai lariti
yang segnifikan. Informasi yang diberikan melalui situs internal tersebut saat
ini masih banyak keterbatasan informasi yang diberikan untuk mempromosikan dan
mengenakan pariwisata Kecamatan Lambu khususnya.Obyek pariwisata pantai lariti
kepada masyarakat luar. Selain informasi-informasi yang diberikan tersebut
belum memasukan semua potensi-potensi pariwisata di Kecamatan Lambu, kurangnya
inovasi pengguna teknologi informasi seperti belum menggunakan vidio untuk
mengenakan pariwisata Kecamatan Lambu, merupakan bentuk kurangnya inovasi
pariwisata upayah telah dilakukan. Menurut Usman (sekdes Desa Soro) dan
junaidin (staf Desa Soro)
“Sisim
promosi yang dijalankan pada pariwisata Desa
Soro sekaranghanya terbatas pada sistim promosi ini dengan menggunakan pafle
dan buflet pada acara vesstival baik di
tingkat regional, provinisi maupun nasional. Selain mengadakan pafle dan buflet
dalam promosi di DesaSoro. Media telekomunikasi seperti pemanfaatan media
internet juga telah dilakukan (wawancara 20 juni 2016)
Program pengembangan obyek wisata
merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas obyek wisata dan
meningkatkan jumlah pengunjung pada objek wisata tersebut. Namun pengembangan
obyek wisata pantai lariti ini masih sederhana, seperti pintu masuk, pemasangan
baliho, spanduk di tempat objek wisata. Meningkatkan jumlah pengunjung
Pemerintah Kabupaten Bima harus melakukan perbaikan intrastruktur yang memadai
seperti perbaikin jalan yang menuju ke pantai lariti, dan rumah makan sekitar
obyek wisata pantai lariti agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang
datang ke obyek wisata.
2.
Kondisi keamanan yangkurang baik
Kondisi keamanan yang baik di lokasi
obyek wisata merupakan faktor penting dalam pengembanganya. Keamanan diperlukan
untuk menjaga barang-barang pengujung yang ditinggal bermain atau jalan-jalan
disekitar pantai dari tindakan pencurian yang dilakukan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab. Dengan kondisi keamanan yang baik membuat nyaman pengunjung
yang ingin berekreasi di obyek wisata pantai tersebut.
3.
Kurangnya tenaga kerja profesional dalam pengelola obyek
wisata
Manajerial merupakan komponen yang
dibutuhkan untuk semua kegiatan usaha. Manejemen yang baik dalam promosi,
perencanaan, pemasaran maupun pengembangan produk agrowisata sangat
mempengaruhi keberhasilan upayah peningkatan arus pengunjung. Namun, pengelolaan
obyek pariwisata pantai lariti masih terliha kurang profesional. Hal ini
mungkin disebabkan karena kurangnya kualitas maupun kualitas dari tenaga kerja
yang ada sehingga mereka kurang menguasai permasalahan.
Menurut hasill wawancara dengan
pemerintah staf Desa pengembangan Desa pariwisata, kualitas tenaga kerja yang
dimiliki oleh pegelolah obyek wisata pantai lariti sumber daya manusianya masih
rendah karena tidak sesuai dengan spesialisasi bidang pariwisata. Sehingga,
perlu tenaga pengelolahkhusus pariwisata agar dapat mengelolah obyek wisatayang
baik
4.
Tidak terjaganya kebersihan
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya
salah satu ancaman yang di pariwisata Pantai Lariti adalah pengunjung yang
tidak sadar lingkungan sehingga menyebabkan tempat wisata tersebut menjadi
kotor karena tidak terjaganya kebersihan dan masih saja pengunjung membuang
sampah di sembarang tempat. Selain itu pengelola sampah juga kurang menyediakan
tempat sampah sehingga hal tersebut
menyebabkan pengunjung membuang sampah disembarang tempat.
5.
Tidak
terdapat fasilitas kamar mandi
Di wisata pantai
lariti yang menjadi kelemahan juga adalah tidak tersedianya fasilitas kamar
mandi sehingga pengunjung sulit untuk dapat buang air besar maupun air kecil,
sehingga sering sekali pengunjung ketika inggi buang air besar maupun kecil harus
bersembunyi di emak-semak. Serta sebagai tempat untuk ganti pakaian apabila
pengunjung selesai mandi air asing maupun air.
4.2.3
Peluang dan Ancaman Pengembangan Obyek
Wisata Pantai Lariti
4.2.3.1
Peluang Pengembangan Obyek Wisata Pantai
Lariti
Dalam pengembangan obyek pariwisata pantai lariti terdapat berbagai
peluang yang mampu mendorong pengembangan diantarnya:
a.
Menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat
Wisata pantai lariti membukapeluanh usaha bagi masyarakat
sekiar, karena lokasi wista pantai lariti jauh dari toko/warung sehingga hal
ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk membuat usaha dengan cara
membuka toko/warung di sekitar lokasi pantai lariti. Salain itu, ada juga
upayah dari pemerintah untuk memberi pengarahan dan sosialisasi dalam
pengembangan lokasi wisata dan juga memberikan pengarahan dibidang pengelolaan
kelompok usaha bagi masyarakat dan pengusaha untuk membuka fasilitas wisata di
area pariwisata pantai lariti. Sekaligus memberi ijin kepada masyarakat untuk
berjualan di kawasa tersebut, kerjasama pemerintah dan masyarakat.
“Upaya
yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan wisata pantai lariti yaitu dengan
cara melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang arti penting
pariwisata” (wawancara 25 juni 2016)
b.
Tingkat aksebilitas yang mudah
Perbaiki jalan dan keamanan menuju
tampat wisata merupakan hal terpenting dalam proses pengembangan obyek wisata,
yakni aksebilitas yang sangat mendukung. Wisatawan biasanya sangat berat hati
mendatangi obyek yang aksebilitasnya tidak bagus. Tingkat aksebilitas yang
mudah memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang ingin berkunjung ke obyek
pariwista pantai lariti karena letaknya mudah terjangkau.
4.2.3.2
Ancaman Pengembangan Objek Wisata Pantai Lariti
Dalam setiap upayah pengembangan pasti terdapat ancaman yang menghambat
proses pengembangan bila tidak cari jalan keluarnya. Berikut adalah beberapa
ancaman yang terdapat di obyek pariwisata pantai lariti
1.
Kurangnya Kesadaran wisatawan untuk menjaga obyek wisata
Kebiasaan para pengunjung membuang
sembaragan sampah-sampah dari sisa hasil makanan dan minuman. Selain itu,
pengelola wisata juga kurang menyediakan tempat sampah hal tersebut menyebabkan
pengunjung membuang sampah disembarang tempat sehingga menyebabkan tempat
wisata tersebut menjadi kotor dan tidak terlihat terurus.
2.
Kerusakan lingkungan akibat pengembangan wisata yang salah
Pengembangan obyek wisata yang dilakukan secara tidak baik, mengakibatkan kerusakan lingkungan, limbah
sampah-sampah anorganik hasil yang dibawa oleh wisatawa. Misalnya pembangunan
villa, dan penginapan yang tidak memperhatikan lingkungan.
3.
Banjir dan tanah longsor
Yang menjadi ancaman secara alamiah dalam proses pengembangan suatu
obyek wisata pantai yakni banjir dan tanah longsor. Pemerintah dan masyarakat
harus dapat menemukan solusi terbaik untuk menanggulangi hal ini. Biasanya
banjir bandang dan tanah langsor terjadi ketika pada musim hujan. Keadaan
seperti ini membuat pantai terlibat kotor dikarenakan sampah-sampah yang
dibawah oleh banjir. Tanah longsor juga terjadi akibat tidak adanya tanggul
buatan dan alat seperti mangrove.
4.
Adanya perubahan dan kebijakan pemerintah
Perubahan dari pemerintah merupakan kebijakan yang dapat menjadi tolak
ukur untuk pengembangan Wisata Pantai, khususnya pantai lariti. Dengan adanya
kebijakan otonomi daerah, pemerintah harus berperang untuk mendapatkan asli
daerah khususnya dalam proses pengembangan wisata pantai lariti. Karena
pengembangan obyek wisata pantai lariti merupakan salah satu pendapatan asli
daerah
Hal ini mewujutkan obyek pariwisata pantai lariti tingkat ancaman yang
tinggi yang harus segera dicari solusinya kerana menghentikan langkah
pengembangan obyek pariwisata pantai lariti. Banyaknya obyek wisata memberikan
variasi bagi pengunjung dan memacu pengembangan obyek wisata tersebut agar
dapat menarik pengunjung. Obyek pariwisata pantai lariti juga ikut dalam
persaingan tersebut, hal ini dapat dilihat di Kabupaten Bima juga terdapat
obyak wisata alam lainya seprti pantai papan, dimumoro, mutiara. Untuk
bersaigan dengan obyek-obyek lain, obyek pariwisata pantai lariti perlu
inovasi-inovasi untuk menarik pengunjung yang merupakan berat pengelolah obyek
wisata, maka dibutuhkan sumbar daya manusia yang handal dan berkualitas.
Untuk ancaman yang lain separti
kesadaran wisatawan untuk menjaga obyek wisata, kerusakan lingkungan akibat
pengembangan yang seadanya, banjir dan tanah langsor merupakan anncaman yang
disebabkan oleh manusia dan alam. Kesadaran pengujung untuk ikut menjaga obyek
wisata merupakan hal penting agar pengunjung satu sama lainya memperoleh
kenyamanan dan menjaga kelestarian obyek wisata. Dalam pengembangan perlu
perhati-hati agar tidak merusak lingkungan
Dalam perkembangan perekonomian daerah,
perubahan paragdima pembangunan dari era sentralisasi menuju dengan
desetralisasi yang tertuang dalam konsep otonomi daerah dengan landasan
hukumnya pada Undang-Undang No, 32 Tahun 2004, memberi konsepkuensi pada daerah
untuk dapat menggali dan memperdayakan seluruh potensi yang dimiliki sebagai
pemerintah daerah yang dapat digunakan sebagai model pembangunan tampa harus
bergantung pada pemerintah pusat.
Dengan pemberian kewengan yang luas
kepada kabupatan/kota maka kabupaten/kota dituntut harus benar-benar berpikir
jauh kedepan untuk dapat mengembangkan semua potensi sumber daya alam, yang
pada giliranya akan bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal
ini memungkinkan pemerintah daerah Bima membuat berbagai peraturan daerah.
tidak semua peraturan daerah tersebut menguntuhkan semua pihak walaupun
peraturan tersebut dibuat untuk kesejahteraan masyarakat Desa Soro. Hal inilah
yang perlu diwaspadai dan dicari jalan keluarnya.
4.2.4
Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi
Strategi Pengembangan
Obyek wisata panatai lariti. Analisis SWOT merupakan idenfikasi berbagai
faktor secara sistimatis untuk merumuskan suatu strategi perusahan, menuru
Fredi Rangkuty 2006, 19. SWOT adalah
singkatan dari lingkungan internal
strategi (kekuatan) danweaknets
(kelemahan) serta lingkunga eksternal oppertunites(peluang)
dan enreats(ancaman) yang dihadapi
didunia bisni. Analisis didasarkanpada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan
(strategi) dan peluang(oppertunites) namun secara bersamaan
dapat memaksimalkan kelamahan (weaknets)
dan ancaman (enreats). Proses
pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan, misi,
strategi, dan kebijakan perusahan. Dengan demikian prencanaan strategis (strategi planne ) harus menganalisis
faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada saat ini.
Dalam penyusunan
strategi pengembangan obyek wisata pantai lariti peneliti melakukan analisis
SWOT dengan terlebih dahulu mengindentifikasikan faktor kekuatan, kelemahan,
kelebihan dan ancaman.
Tabel 4.1 Matriks SWOT Analisis
Lingkungan Internal dan Esternal Obyek
Pariwisata Pantai Lariti
Kekuatan
(Streght)
|
Kelemahan
(Weaknesess)
|
|
INFAS
EFAS
|
·
Panorama
alam yang indah, sejuk dan masih alami
·
Suasana
yang memberikan kenyamanan
·
Keadaan
yang
yang baik
·
Wilayah
lahan pariwisata
yang potensi
·
Bentuk
pantainya bertebing.
|
·
Promosi
wisata yang kurang
·
Jarak
tempuh yang lumayan jauh
·
Tingkat
keamanan yang belum baik
·
Keterbatasan
anggaran
·
Tingkat
terjaganya kebersihan
·
Tidak dapat fasilitas
kamar mandi
|
Peluang
(Opportuni)
|
Strategi
SO
|
Strategi
WO
|
·
Terbukanya peluang
usaha bagi masyarakat setempat
·
Tingkat
eksebilitas yang mudah: seperti. Perbaiki
jalan yang rusak dan pelebaran jalan
|
·
Meningkatkan
kenyamanan bagi pengunjung lokal maupaun mancanegara: seperti, kebersihan pantai, menyediakan fasilitas dll
·
Penyediaan
tempat-tempat jual bagi masyarakat: seperti, rumah makan, warung kopi, sewa
ban renang dll
|
·
Meningkatkan
promosi pantai
·
Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola pengembangan
pariwisata
·
Memperbaiki
jalan menuju obyek wisata
|
Ancaman
(Terasth)
|
Strategi
ST
|
Strategi
WT
|
·
Kesadaran
wisatawan untuk menjaga obyek wisata
·
Kerusakan
Lingkungan seperti: membuang sampang sembarangan, menembang pohon yang liar
·
Banjir
dan tanah longsor
·
Adanya
perubahan dan kebijakan pemerintah
·
Keterbatasan
anggaran untuk biaya sarana dan prasarana obyek wisata
|
·
Mengembangkan
potensi yang ada, agar tidak kala saing dengan obyek wisata lain: seperti, menyediakan tempat berjemur, membagun tendak
pondok disisir pantai
·
Meningkatkan
kesadaran pengunjung terhadap kebersihan pantai: seperti, membuat palang kebersihan, tidk membuang sampah sembaragan
·
Membuat
tanggul untuk mencegah longsor
|
·
Meningkatkan
kualitas tenaga kerja
·
Meningkatkan
promosi
·
Mengembangkan
pariwisata pantai dengan memperhatikan lingkungan disekitar pantai
|
4.2.5 Stratei Pengembangan Obyek
Wisata Pantai Lariti
Dari analisis SWOT
maka akan menghasilkan beberapa pengamatan
pariwisata yaitu tentang Strategi Pengembangan Pantai Lariti
di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima sebagai brikut:
1.
Strategi SO adalah
strategi menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksterna
yaitu:
a.
mengelolah potensi obyek wisata yang dimiliki,penaroma alam yang indah, sejuk dan masih asli, air yang berwarna biru dan
suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan
b.
meningkatkan keamanan obyek pariwisata pantai lariti guna
menjaga kenyamanan dan menarik pengunjung.
c.
meningkatkan produk dan permainan wisata dalam pengembanganya
sehingga mampuk menarik investor.
2.
Strategi WO
adalah strategi yang
meminimalkan kelemahanuntuk memanfaatkan peluang yang ada
a)
Membuka
lahan usaha untuk masyarakat setempat dengan adanya lokasi wisata pantai lariti
itu dapat membantu masyarakat Desa Soro membuka lahan usaha bagi masyarakat
setempat.Hal ini dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Desa
Soro.
b)
Aksebilitasyangmudah menuju obyek pariwisata pantai lariti karena adanya memperbaiki jalan
yang rusak dan pelebaran jalan sehingga meningkatkan
jumlah pengunjung.
c)
meningkatkan inventasi swasta dapat membantuh membangun
fasilitas yang masih kurang memadai dan obyek-obyek yang belum dikelolah secara
profesional,
d)
banyaknya wisatawa serta peningkatan produk dan antraksi
wisata mendorong peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan obyek pariwisata
pantai lariti.
3.
Strategi ST adalahstrategi yang menggunakan seluruhkekuatan untuk mengatasi ancaman
a)
dengan adanya panorama alam yang indah dan suasana obyek
wisata yang memberikan kenyaman yang dimiliki obyek pariwisata pantai lariti,
maka pengunjung tidak akan bosan dalam berkunjung. Sehingga tidak terpangaruh
dengan munculnya obyek wisata baru serta persaigan antar obyek wisata.
b)
kondisi keamanan obyek wisata yang baik, memberikan obyek
wisata dari pengunjung yang kurang sadar dalam menjaga keindahan alam.
c)
menyediakan
tempat-tempat sampah agar masyarakat lebih mudah untuk melihat tempat sampah
sehingga pengunjung tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat.
4.
Strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan yang adaserta menghindari ancaman.
a.
Meningkatkan promosi mengenai obyek pariwisata pantai lariti
melalui berbagai media baik media cetak maupun media elektronik,
pameran-pameran, wisata yang dilakukan dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan
olahraga
b.
Pengembangan obyek pariwisata pantai lariti memang perlu
ditingkatkan lagi, semakin bertambahnya obyek-obyek wisata lain dan
bertambahnya persaigan obyek wisata maka
obyek pariwisata pantai lariti memerlukan inovasi baru untuk berkembang yang
lebih baik.
c.
Dalam pengembangan obyek pariwisata pantai lariti perlu
segera dilaksanakan pengembangan dan pembangunan terhadap potensi yang terdapat
di obyek pariwisata pantai lariti secara bertahap sesuai prioritas dengan memperhatikan
keungulan saing dan keungulan banding, kebijaksanaan pengembangan serta
ketersediaan dan tenaga
d.
Memanfaatkan potensi yang dimiliki obyek pariwisata pantai
lariti sekaligus mengembangkan peluang yang dapat menarik pengunjung.
4.3
Pembahasan
1.
Strategi SO adalah
strategi menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksterna
yaitu.
a.
Mengelolah potensi obyek wisata yang dimiliki,penaroma alam yang indah, sejuk dan masih asli, air yang berwarna biru dan
suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan
b.
meningkatkan keamanan obyek pariwisata pantai lariti guna
menjaga kenyamanan dan menarik pengunjung.
c.
meningkatkan produk dan permainan wisata dalam pengembanganya
sehingga
mampuk menarik investor.
2.
Strategi WO
adalah strategi yang
meminimalkan kelemahanuntuk memanfaatkan peluang yang ada
a.
Membuka
lahan usaha untuk masyarakat setempat dengan adanya lokasi wisata pantai lariti
itu dapat membantu masyarakat Desa Soro membuka lahan usaha bagi masyarakat
setempat.Hal ini dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Desa
Soro.
b.
Aksebilitasyangmudah menuju obyek pariwisata pantai lariti karena adanya memperbaiki jalan
yang rusak dan pelebaran jalan sehingga
meningkatkan jumlah pengunjung.
c.
meningkatkan inventasi swasta dapat membantuh membangun
fasilitas yang masih kurang memadai dan obyek-obyek yang belum dikelolah secara
profesional,
d.
banyaknya wisatawa serta peningkatan produk dan antraksi
wisata mendorong peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan obyek pariwisata
pantai lariti.
3.
Strategi ST adalah
strategi yang menggunakan seluruhbkekuatan untuk mengatasi ancaman
a.
dengan adanya panorama alam yang indah dan suasana obyek
wisata yang memberikan kenyaman yang dimiliki obyek pariwisata pantai lariti,
maka pengunjung tidak akan bosan dalam berkunjung. Sehingga tidak terpangaruh
dengan munculnya obyek wisata baru serta persaigan antar obyek wisata.
b.
kondisi keamanan obyek wisata yang baik, memberikan obyek
wisata dari pengunjung yang kurang sadar dalam menjaga keindahan alam.
c.
menyediakan
tempat-tempat sampah agar masyarakat lebih mudah untuk melihat tempat sampah
sehingga pengunjung tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat.
4.
Strategi WT adalah strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan yang adaserta menghindari ancaman.
a.
Meningkatkan promosi mengenai obyek pariwisata pantai lariti
melalui berbagai media baik media cetak maupun media elektronik,
pameran-pameran, wisata yang dilakukan dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan
olahraga
b.
Pengembangan obyek pariwisata pantai lariti memang perlu
ditingkatkan lagi, semakin bertambahnya obyek-obyek wisata lain dan
bertambahnya persaigan obyek wisata maka
obyek pariwisata pantai lariti memerlukan inovasi baru untuk berkembang yang
lebih baik.
c.
Dalam pengembangan obyek pariwisata pantai lariti perlu
segera dilaksanakan pengembangan dan pembangunan terhadap potensi yang terdapat
di obyek pariwisata pantai lariti secara bertahap sesuai prioritas dengan
memperhatikan keungulan saing dan keungulan banding, kebijaksanaan pengembangan
serta ketersediaan dan tenaga.
d.
Memanfaatkan potensi yang dimiliki obyek pariwisata pantai
lariti sekaligus mengembangkan peluang yang dapat menarik pengunjung.
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari nilai peluang faktor-faktor
tersebut di gunakan rumus SWOT yang menghasilkan analisis antara lain
meningkatkan sarana dan prasarana, paket promosi, menyediakan tempat jualan
untuk masyarakat khususnya di pantai lariti, menjadi kawasan wisata luar Daerah
Kecamatan Lambu sejalur dengan pantai lariti agar wisatawan dari luar dapat
berkunjung ke pantai lariti dan melanjutkan ke atraksi wisata dimumoro dan
pantai papan
Dari kesimpulan di atas pengembangan suatu abyek wisata harus di rancang
sedemikian rupa dengan mengambil peluang-peluang yang ada.
4.2 Saran
a.
Pemerintah Kabupaten Bima perlu meningkatkan pelayanan publik
didaerah wisata seperti:kebersihan, kenyamanan dan pelayanan sehingga dapat
meningkatkan jumlah wisatawan. Karena saat ini fasilitas obyek pariwisata
pantai lariti kurang begitu baik. Selain itu juga jumlah wisatawan dapat
meningkatkan dari tahun ke tahun maka diharapkan pendapatan-pendapatan
pariwisata dapat meningkatkan jugaa. Namun pemerintah juga harus dapat
mengumpulkan agar pengeluaran yang dikeluarkan melebihi pendapatan yang masuk
b.
Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, untuk menunjang pengembangan
obyek wisata, aksebilitas menuju obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di obyek pariwisata pantai lariti perlu di tingkatkan lagi.
c.
Masarakat sekitar Kabupaten Bima perlu ditingkatkan lagi
untuk mengenalkan dan mempromosikan potensi-potensi wisata kepada masyarakat
luar. Selain mengenalkan kepada masyarakat luar, pemanfaatan informasi juga
dapat menarik investor-investor untuk berkontribusi dalam usaha peningkatkan
obyek pariwisata pantai lariti
DARTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
2002. Prospek Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka cipta
Burkatr. 1981. Perencanaan
Kawasan Pariwisata. Denpasar. Alfebela
Cohen. 1974. Pengatar
Ilmu Pariwisata. Bandung: PT angkasa
Darsoprajitno H. Soewarno, 2002. Ekologis Pariwisata. Bandung: Angkasa
H. Oka. 2006. Pariwisata
Budaya. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Karyono. 2002. Perencanaan
Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT PadnyaParimita
Krugman. 2003. Prospek
Pengembangan Pariwisata. Bandung: Gramedia
Margono. 2009. Metodelogi
Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT rineka cipta
Paturasi. 2004. Perencanaan
Kawasan Pariwisata. Denpasar: Alfabeta
Perce. 1998. Psikologi
Pariwisata. Bandung: PT, Rineka cipta
Rangkuti. 2006. Analisis
SWOT: teknik membedakankasus bisni. Jakarta
Ryanto, Yadi. 2001. Metodologi
Penelitia Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta
Soewarno. 2002. Ekologi
Pariwisata. Bandung: Angkasa
Sugiyono. Metode
Penelitian Kualitatif dan Kuantitafi. Bandung; Alfabeta
Suwantoro, Gamal, 1994. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Angkasa
Undang-Undang RI NO. 9. Tentang Kepariwisataan. Jakarta
Wahab. 2003. Manejemen
Kepariwisataan, Jakarta: PT pradaya paramita
Wardiayanto, dkk. 2011. Panduan Wisata Muslim. Bandung: Lubuk Agung
0 komentar: