Sunday, July 23, 2017

PROSPEK PENGEMBAGAN PARIWISATA PANTAI LARITI DESA SORO KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA

PROSPEK PENGEMBAGAN PARIWISATA PANTAI LARITI DESA SORO KECAMATAN LAMBU KABUPATEN BIMA



SKRIPSI


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk penulisan skripsi Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram









Oleh:



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2 0 1 6


SURAT PETNYATAAN

Yang bertanda tangan sdi bawah ini saya mahasiswi Program Studi Pendidikan Gegrafi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universita Muhammadiyah Mataram menyatakan bahwa:
        Nama        : ERNAWATI
        Nim           : 11114A0139
        Alamat      : Pejeruk kebun bawah timur. Gang rambutan 4. Kec. Ampenan
Memang benar skripsi yang berjudul  Prospek Pengembangan Pariwisata Pantai Lariti Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima Adalah karya sendiri dan belum perna diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di tempat manapun.
Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing. Jika terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah dipublikasikan, memang diacu sebagai sumber dan dicantumkan sebagai daftar pustaka.
Jika dikemudian hari pernyataan saya ini terbukti tidak benar, saya siap mempertanggungjawabkannya. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tampa tekanan dari pihak manapun.

Mataram,
Yang Membuat Pernyataan,



ERNAWATI
Nim: 11114A0139


MOTTO
HIDUP ADALAH IBADAH
Kegagala bukan akhir dari segalanya. Tapi kegagala adalah rangka
in proses untuk menggapai sebuah kemenangan sejati. Kemenangan yang sesungguuhnya bukan terletak pada kita mampu mengalahkan lawan. Tapi kemenangan sesungguhnya adalah ketika kita mampu mengendalikan  hawa nafsu dan keingginan membuat kita jauh dari kebenaran sehingga kita menjadi manusia yang arif dan bijaksana dalam mengarungi kehidupan.
               Usaha untuk merai keberhasilan memerlukan pengorbanan, namun jaganlah keberhasilan menjadi korban dan usaha karena keberhasilan adalah hasil dari usaha.
               Yakin usaha sampai, iman, ilmu dan amal. Konsisten komitmen serta kesabaran adalah kunci dari kesuksesan. 


PERSEMBAHAN

Ø  Yang terhormat Ayahndaku (M,yamin) dan ibundaku (Suhadah) atas do’a nya, kasih sayang dan pengorbanannya selama ini dalam mengiringi langkahku sehingga anakndabisa menjadi seperti ini.
Ø  Kepada saudara-saudaraku, ( Erni, Nurhidayah, Nuratika, Nuraidah, M, ikram) yang aku sayang terimakasih atas motivasinya.
Ø  Kepada kakak sepupuku (Judiman, Suriadin spd, Herman spd, Imran spd,)  terimakasih atas motivasi dan do’anya
Ø  IBU Dra. Agung Pramunarti, M.SI dan Arif, S.PD.,M,pd selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa tidak mengenal lelah dalam membimbing dan mengarahkan selama proses konsultasi berlangsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
Ø  Kepada sahabat-sahabatku, (dewi puspitasari spd, sarbini spd, erna, santi) terimakasih yang selalu memberikan motivasi dan semagat belajar
Ø  Almamater UM Mataram tercinta.


  
KATA PENGATAR

Puji syukur kehadiran ALLAH SWT, karena atas berkat rahmatnya skripsi dengan judul “prospek pengembangan pariwisata pantai lariti Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima” ini dapat diselesiakan sesuai waktu yang diharapkan. Shalawat serta salam untuk junjungan alam Nabi besar Muhamma SAW, atas jasanya menuntun umat manusia menuju jalan yang diridhoi oleh ALLAH SWT. Penulis menyadari bahwa penjusunan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih pada:
1.      Bapak  Drs. Mustami H. Idris, M.S sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram.
2.      Bapak Syafril S.pd.,M.pd sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram atas kesempatan yang diberikan untuk melaksanakan penelitian.
3.      Bapak Sukuryadi, S.kel,.M.Si sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram.
4.      Ibu Dra. Agung Pramunarti, M.Sidan Bapak Arif, S.pd.,M.pd selaku dosen pembimbing skripsi yang senantiasa tidak mengenal lelah dalam membimbing dan mengarahkan selama proses konsultasi berlangsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.      Bapak dan Ibu Dosen serta staf jajaran kebawah di Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atas bantuan, bimbingan, serta pelayanan selama perkuliahan berlangsung.
6.      Kepala BLHP Kabupaten Bima yang memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
7.       Bapak/Ibu informan yang telah memberikan data selama wawancara berlangsung
8.      Keluargan saya tercinta atas segala dukungan moril dan materil selama penulis dan menuntut ilmu.
9.      Serta seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih atas segalanya, semoga apa yang telah diberikan selama ini tercatat sebagai amal ibadah di sisi ALLAH SWT.
Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua dan semoga karya ini dapat diridhoi sebagai dari amal.

                                                                                   Mataram, Juni 2016


                                                                                                      Penyusun







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL  ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi
KATA PENGATAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii
ABSTRAK ......................................................................................................... xiii
BAB I  PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang................................................................................... 1
1.2    Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3    Tujuan Pennelitian ............................................................................. 5
1.4    Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
1.4.1  Mnfaat Teoritis........................................................................... 5
1.4.2  Manfaat Praktis.......................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Penelitain Yang Relavan..................................................................... 6
2.1. Tinjauan Pustaka................................................................................. 8
2.1.1 Pengertia Prospek...................................................................... 8
2.1.2 Pengertian Pengembangan......................................................... 9
2.1.3 Pengertian Pariwisata................................................................. 9
2.1.4 Alasan Orang Perpariwisata..................................................... 11
2.1.5 Obyek Wisata.......................................................................... 12
2.1.6 Pembangunan Obyek Wisata................................................... 13
2.1.7 Daya Tari Pariwisata................................................................ 14
2.1.8 Motivasi Wisatawan Untuk Berwisata.................................... 18
2.1.9 Berbagai Macam Bentuk Wisata............................................. 19
2.1.10 Faktor Pendorong Pengembangan Obyek Wisata................. 21
2.1.11 Faktor Penghambat Pengembangan Obyek Wisata............... 21
2.1.12 Pariwisata Pantai Lariti.......................................................... 22
2.3 Kerangka teori.................................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancagan Penelitian.......................................................................... 24
3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................. 25
3.3 Tehnik Penentuan Informan............................................................. 25
3.4 Metode Pengumpulan Data.............................................................. 26
3.4.1 Metode Observasi.................................................................... 27
3.4.2 Metode Wawancara................................................................. 27
3.4.3 Metode Dokumentasi.............................................................. 29
3.5 Instrumen Penelitian......................................................................... 37
3.6. Jenis dan Sumber Data..................................................................... 30
3.6.1 Jenis Data................................................................................. 30
3.6.2 Sumber Data............................................................................ 31
3.7 Tehnik Analisis Data......................................................................... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................. 35
4.1.1  Letak Administrasi Desa.......................................................... 36
4.1.2  Letak Gegrafi........................................................................... 36
4.1.3  Demografi................................................................................ 37
4.1.4  Tingkat Kesejahteraan.............................................................. 37
4.1.5  Mata Pencaharian..................................................................... 38
4.1.6  Kondisi Ekonomi..................................................................... 39
4.1.7  Pendidikan............................................................................... 40
4.2 Hasil Penelitian................................................................................. 41
4.2.1  Analisa Situasi.......................................................................... 41
4.2.2  Aspek Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti                41
4.2.2.1 KekuatanPengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti                    41
4.2.2.2 Kelemahan Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti                45
4.2.3 Peluang dan Ancaman Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti                    48
4.2.3.1 PeluangPengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti...... 48
4.2.3.2 AncamanPengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti                    49
4.2.4 Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Pengambangan                       51
4.2.5 Kebijakan dan Strategi Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti                   54
4.3 Pembahasan...................................................................................... 57
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 59
5.2 Saran................................................................................................. 61
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN





DAFTAR TABEL
Tabel  3.1 Matrik Analisis SWOT.......................................................................... 34
Table 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Peruntukan Data BPS Tahun 2015............ 36
Table 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur  ................................ 37
Tabel 4.3 Data Mata Pencaharian Penduduk......................................................... 38
Tabel 4.1 Matriks SWOT Analisis Lingkungan Internal dan Esternal Obyek
               Pariwisata Pantai Lariti........................................................................... 52


  



DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1   : Surat Izin Permohonan Penelitian Dari Falkutas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram
Lampiran 2   :  Surat Izin Penelitian Dari BLHP Kabupaten Bima
Lampiran 3   : Surat Izin Penelitian Dari Desa Soro
Lampiran 4   : Pedoman Wawancara



ERNAWATI.2016 : Prospek Pengembangan Pariwisata Pantai Lariti Desa SoroKecamatan Lambu Kabupaten Bima.

Pembimbing I         : Dra Agung Pramunarti. M.Si
Pembimbing II        : Arif, S.pd.,M.pd


                                                         ABSRAK

Berdasarkan survey awal, Desa Soro merupakan desa yang terletak di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima memiliki pantai yang dinamakan dengan pantai lariti. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, (a) bagaimana kekutan dan kelemahan dalam pengembangan onyek wisata pantai lariti Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. (b) bagaimana peluang dan ancaman dalam pengembangan obyek pantai lariti di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. (c) untuk menyelaskan strategi dan kebijakan pengembangan pantai lariti Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
Metode yang diigunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif,  dalam penelitian kualitatif penemuan informanya itu penggunakan purposive sampling, yaitu menjadikan informan dalam penelitian ini adalah pengunjung Pantai Lariti, Kepala Desa Sorodan Dinas Prawisata Kabupaten Bima,  sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan yaitu data observasi, wawacara, dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan yaitu data prime dan data sekunder, dalam metode ini metode yang digunakan peneliti yaitu medote analisis SWOT.
Strategi pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti, (1) strategi SO (a) meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung lokal maupun manca Negara seperti, kebersihan pantai dan menyediakan fasilitas (b) menyediakan tempat-tempat jualan bagi masyarakat seperti, rumah makan, warung kopi dan sewah ban renang (2) strategi WO (a) meningkatkan promosi pantai (b) meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelola pengembangan pariwisata (c) memperbaiki jalan menuju obyek wisata (3) strategi ST (a) mengembangkan potensi yang ada, agar tidak kalah saing dengan obyek wisata lain seperti, menyediakan tempat berjemur dan membangun pondok disisir pantai (b) meningkatkan kesadaran pengunjung terhadap kebersihan pantai seperti, membuat palang kebersihan dan tidak membuang sampah sembaragan (c) membuat tanggul untuk mencegah longsor (4) strategi WT (a) meningkatkan kualitas tenaga kerja (b) meningkatkan promosi (c) mengembangkan pariwisata pantai dengan memperhatikan lingkungan disekitar pantai.


Kata Kunci   :  Obyek Wiata, Kunjunga nWiata





PEDOMAN WAWANCARA
1.      Apa usaha-usaha masyarakat untuk mengembangkan pantai lariti tersebut?
2.      Apa saja harapan masyarakat setempat atau harapan bapak sbagai Kepala Desa Soro terhadap pantai lariti?
3.      Strategi apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah Kecematan maupun Pemerintah Kabupaten dalam neningkatkan daya tari wisata?
4.      Apa saja kegiatan di pantai lariti dalam meningkatkan daya tari bagi wisata?
5.       
6.      Dimana yang sering berkunjung antara masyarakat lokal atau macanegara di pantai lariti tersebut?
7.      Apakah  ada kontibusi Pemerintah atau Masyarakat setempat terhadap pantai lariti
8.      Apakah peluang bagi masyarakat untuk perdagangan ketika banyak pengunjung yang datang di pantai lariti


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam yang berpontensi untuk tujuan pariwisata dunia.Sektor pariwisata memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan bangsa. Semakin besar wisatawan yang datang, semakin besar devisa yang di peroleh suatu Negara. Di sadari atau tidak pariwisata telah menjadi sektor industri terbesar di dunia.(I putu Gelge 2006).
Terbentang sejauh 5.120 km dari papua ujung timur hingga Nangroe Aceh Darussalam di ujung barat, Indonesia memiliki 81.000 km garis Pantai.Indonesia memiliki empat kali jumlah garis pantai benua amerika serikat, hingga kita menduduki posisi nomor satu dunia dalam jumlah panjang garis pantai.Indonesia Source Book 1993 mencatat wilayah darat Indonesia meliputih 1,91 juta km persegi dengan luas wilayah laut empat kali luas daratannya. Di antara seluruh wilayah darat, sebesar 250.000 km persegi merupakan wilayah pantai atau wilayah dekat pantai.Ini menunjukkan betapa posisi dan potensi wilayah baharinya.
Terbesar di sepanjang garis katulistiwa, ibarat serangkaian mutiara, kepulauan Indonesia sungguh mempesona. Tidak ada suatu Negara lain pun di dunia yang menawarkan demikian banyak variasi kehidupan alam, termasuk ke indahan laut dan daratnnya. Untuk menyinggahi setiap pulau satu hari, di perlukan waktu 46 tahun, karena jumlah pulau Indonesia lebih dari 17.000 pulau. (Bagyono 2005:1).
Menurut Gelge (2006: 22) pariwisata merupakan suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi, tranportasi, makanan, rekreasi serta jasa-jasa lainya.Yang terkait, perdagangan jasa pariwisata melibatkan berbagi aspek.Aspek-aspek tersebut antara lain aspek ekonomi, budaya, sosial, agama, lingkungan, keamana, dan aspek lainnya.Aspek yang terdapat perhatian paling besar dalam pembangunan pariwisata adalah aspek ekonomi.
Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.Dengan adanya pariwisata, suatu negara lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat objek wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap objek wisata. Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya diperlukan untuk menunjang industri pariwisata, seperti sektor pertania, pertenakan, perkebunan, kerajinan rakya, peningkatan kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Mata rantai yang kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata tersebut mampu menghasilkan devisa dan dapat pula digunakan sebagai saranan untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja.
Kesadaran akan pentingnya sektor kepariwisataan sebagai salah satu pemasukan bagi pemerintah dari sektor non migas sebenarnya bukan hal baru. Jauh sebelum krisis minyak di pasaran internasional pada tahun 1980-an, pemerintah Indonesia telah melihat potensi kurang lebih 17.000 pulau yang ada dengan berbagai adat Istiadat dan kebudayaan yang mempunyai keunikan tersendiri. Dunia kepariwisataan harus mulai meninggalkan tentang perencanaan jangka pendek dan harus mampu melihat dalam prespektif jangka panjang dengan memperhitungkan segala pengaruh yang mungkin akan timbul dan berpangaruh terhadap dunia kepariwisataan. Pariwisata di Indonesia pada dasawarsa ini mulai menunjukan perkembangan dan pertumbuhan menjadi sebuah industri yang berdiri sendiri.Namun yang masih harus diberhentikan bersama, bahwa sampai sejauh ini kesadarandan pengertian tentang pariwisata bulum sampai menyentuh masyarakat secara umum.
Dari sudut sosial, kegiatan pariwisata aka memperluas kesempatan tenaga kerja baik dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana mampun dari berbagai sektor usaha yang langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan kepariwisataan. Pariwisatan akan dapat menumbuhkan dan meningkatkan pengenalan dan cinta terhadap tanah airnya, sehingga dapat memotifasi sikap toleransi dalam pergaulan yang merupakan kekuatan dalam pembangunan bangsa, selain itujuga pariwisata mampu memperluas cakrawala pandangan pribadi terhadap nilai-nilai kehidupan. Dari sudut ekonomi bahwa kegiatan pariwisata dapat memberikan sumbagan terhadap penerimaan daerah bersumber dari pajak, retribusi parkir dan karci atau dapat mendatangkan devisa dari para wisatawa mancanegara yang berkunjung. Adanya pariwisata juga akan menumbuhkan usaha-usaha ekonomi yang saling merangkai dan menunjang kegiatannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Berdasarkan survey awal.Desa Soro merupakan desa yang terletak di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima memiliki pantai yang di namakah dengan pantai Lariti, pantai ini di jadikan sebagai salah satu objek wisata oleh masyarakat yang ada pada Desa Soro dan masyarakat kota Bima, dan juga masih asli belum berkembang, untuk menuju jalan pantai Lariti, padahal mempunyai peluang untuk dipertimbangkan ekonomi masyarakat sekitar.
Objek wisatawan pantai lariti merupakan objek wisata yang banyak dikunjungi dan menjadi salah satu pariwisata favorit di Kabupaten Bima, pantai lariti memiliki daya tarik dan potensi dalam peningkatan pendapatan masyarakat yang menjadi salah satu asset wisata Bahari di Kabupaten Bima yang dikembangkan terletak di Desa Soro Kacematan Lambu.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Prospek Pengembangan Pariwisata Pantai Lariti Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a.       Bagaimana Peluang dan Ancaman Pantai Lariti yang ada di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima?
b.      Apa aja Kelebihan dan Kelemahan yang ada di Pantai Lariti Kecamatan Soro Kabupaten Bima?


1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Untuk menggetahui Prospek Pengembagan Pariwisata Pantai Lariti DesaSoro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
1.3.2   Tujuan khusus
a.       Ingin mengemukakan peluang dan ancaman Pantai Lariti di Desa SoroKecamatan Lambu Kabupaten Bima
b.      Ingin menguraikan kelebihan dan kelemahan Pantai lariti di Desa SoroKecamatan Lambu Kabupaten Bima
1.4  Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu:
1.4.1   Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan acuan pembelajaran untuk ilmu pengetahuan sosial terutama dalam pendidikan geografi dan dapat di jadikan refrensi untuk menambah wawasan tentang pangembangan pariwisata 
1.4.2   Manfaat Praktis
a.       Memperoleh informasi tentang prospek pengembangan pariwisata pantai lariti desa soro kecemata lambu kabupaten bima.
b.      Sebagai sumber informasi tentang adanya peluang dan ancaman pengembangan pariwisata pantai lariti di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1  Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan adalah penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti atau penulisi sebelumnya yang membahas masalah yang terkait. Perlunya dikemukakan penelitian relevan adalah untuk membedakan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti, sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.
Syakbantriono (2011) judul penelitian “Upayah Pemerintah Daerah Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Melalui Pengembangan Potensi Objek Pariwisata Pantai Lariti Kabupaten Bima Tahun 2011”. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa: Upaya yang dilakukan oleh pihak pengelolah yaitu dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Bima. Untuk mengatasi kurang tertibnya perdagang kaki lima disekitar objek wisata pantai lariti, maka kegiatan yang dilakukan adalah dengan cara memindahkan dan menatap kembali kios-kios para pedagang kaki lima disekitar objek wisata pantai lariti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bima.
Kontribusi dari objek wisata pantai lariti untuk pendapatkan asli daerah (PAD) semakin meningkat seiring dengan kawasan wisata yang dulunya belum didukung oleh sarana dan fasilitas yang memadai. Untuk itu pemerintah daerah kabupaten Bima berupanya melengkapi sarana dan fasilitas disekitar objek wisata pantai lariti, guna mendukung serta meningkatkan pendapatan asli daerah kabupaten Bima. Perbedaan dengan penelitian ini adalah pemerintah. Syakbutriono adalah lebih menekankan pada pengembangan potensi objek wisata pantai lariti untuk meningkatkan pendapatan asli Daerah (PAD) sedangkan penelitian menulis lebih menekankan pada Prospek Pengembangan  Pariwisata Pantai Lariti.
Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian adalah penelitian yang dilakukan oleh Puja Astawa, (2002) tentang “ Pola Pergembangan Pariwisata Terpadu Bertumpuh Pada Model Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Bali Tengah” yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, berdasarkan profil wilayah Bali Tengah yang pada dasarnya mencerminkan satu kesatuan sosial budaya dan lingkungan agraris, maka ditetapkan “Pariwisata Subak” sebagai model hipotetik bagi pengembangan pariwisata yang berbasiskan potensi sosial budaya dan ekologi pertania yang dalam pengelolaanya, mengutamakan peran serta masyarakat setempat sehingga mampu memberikan manfaat kesejahteraan bagi masyarakat serta pelestaria budaya dan lingkungan setempat.
Persamaan penelitian Puja Astawa (2002) dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang pengembangan pariwisata, metode yang digunakan dalam penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan kualitatif berdasarkan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Perbedaan dalam penelitian ini dengan yang akan peneliti lakukan terletak pada lokasi dari bidang kajiannya, lokasi dalam penelitian ini adalah di wilaya rali sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak di Desa Soro, perbedaan yang lain adalah dilihat dari bidang kajiannya, jika peneliti yang sudah ada melihat pada perkembangannya sedangkan peneliti akan meneliti tentang Prospek Pengembangan Pariwisata.
2.2  Tinjauan Pustaka
2.2.1   Pengertian Prospek
Menurut Krugma (2003:121) menyatakan bahwa “Prospek adalah peluang yang terjadi karena adanya usaha seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga untuk mendapatkan profil atau keuntungan”. Menurut Djasmin (1994:28) “kebijakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja penjualan dengan meraih peluang yang ada serta mengatasi berbagai hambatan dan ancaman baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek”. Sutejo (1945:28) menyimpulkan secara jelas prospek adalah; “Suatu gambaran keseluruhan, baik ancaman ataupun peluang dari kegiatan pemasaran yang akan datang yang berhubungan dengan ketidak kepastian dari aktifitas pemasaran atau penjualan”.
Dengan demikain prospek merupakan kondisi yang akandihadapi oleh perusahaan dimasa yang akan datang baik kecendrungan untuk meningkatkan atau menutup. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai peluang dan ancaman yang dihadapi. Kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan secara baik.Khususnya kebijakan pemasaran dan perusahan dapat meningkatkan pemasaran produksinya dengan memanfaatkan peluang-peluang dan pengetahui berbagai bentuk ancaman dikemudian hari.



2.2.2   Pengembanga
Pengambanganadalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai dengan kebutan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan latihan.
Jadi, prospek pengembangan adalah kebijakan perusahaan untuk meningkatkan kinerja penjualan dengan meraih peluang yang ada serta mengatasi berbagai hambatan dan ancaman baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
2.2.3   Pariwisata
Pada hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergianya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentigan ekonomi, sosial,kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar.
Istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya kerena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiataan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasra ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainnya (Suwantoro, 2002: 28).
Menurut UU NO, 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah sebagai berikut:
a.       Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagai dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk, meningmati objek atau daya tari wisata.
b.      Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.
c.       Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tari wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.
d.      Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata
e.       Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa.
Konsep pariwisata menurut Burkatr (1981:76). Wisatawan memiliki empat ciri adalah: (a). Wisatawan adalah orang melakukan perjalanan dan tinggal di berbagai tempat tujuan, (b). Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tempat tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari, kerana itu dari kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang diam dan bekerja ditempat tujuan wisata, (c). Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau berbulan-bula, kerena perjalan itu bersifat sementara dan berjangka pajang, (d). Wisatawan melakukan perjalan buka untuk mencari tempat tinggal untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah.
Menurut Cohen (1974:48), seorang wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri dan waktu sementara dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang di alami selama perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang. Ada 3 ciri perjalanan wisata, menurut pendapatan yang membedakan wisatawan dari orang-orang lain juga berpergian adalah sebagai berikut:
a.       Sementara, untuk membedakan perjalanan tidak henti yang dilakukan petualang (tramp) dan pengembarab (nomad).
b.      Sukarela atau atas kemampuan sendiri, untuk membedakan perjalanan yang harus dilakukan orang yang diasingkan dan pengungsi.
c.       Perjalan pulang pergi, untuk membedakan dari perjalanan satu arah yang dilakukan orang yang pindah ke negara lain (migran).
2.2.4   Alasan Orang Berwisata
Banyak alasan mengapa sebuah negara, khususnya negara yang sedang berkembang, merancang kebijakan pariwisata. Disamping alasan yang mendasar bahwa segala sumber daya harus dapat digunakan dan dialokasinkan seefisien mungkin, pariwisata juga mampu memberikan kontribusi yang penting terhadap perekonomian negara. Alasan-alasan lainnya adalah sebagai berikut:
1.      Pariwisata sering dianggap sebagai sebuah sumber penting hard foreign exehange earnings(pendapatan nilai tukar mata unag asing)
2.      Sebagai industri ekspor, pariwisata tidak menghadapi atauran perdagangan dan kuata seperti halnya barang-barang pabrikan, bahan mentah dan produk-produk pokok kebutuhan dasar
3.      Wisatawan hanya menggunakan infrastuktur alam, misalnya kondisi iklim, sejarah, kebudayaan, dan sebagainya yang tidak di desain secara khusus. Dari sudut pandang ekonomi, penggunaan pariwisata terhadap infrastuktur alam mempunyai margianlcest yang rendah.
4.      Pariwisata mampu memberikan lapangan kerja baru baik di negara sedang berkembang maupun yang udah maju.
5.      Sebagai sebuah aktifitas campuran untuk memenuhi permitaan akan jasa dan produk pariwisata dapat menjadi pendorong bagi produk lain, seperti makanan, cinderamata dan sebagainya. Dengan adanya pariwisata yang maju di banyak negara terjadi permintaan yang mengkat atas akomodasi dan infrastuktur lainya.
2.2.5   Objek Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalan atau sebagai dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk meningmati objek dan daya tari wisata seseorang wisatawan berkujung kesuatu tempat/daerah/negara di sembut daya tari atau antraksi wisata.
Dalam undang-undang No. 9 tahun 1990, objek wisata dan daya tari wisata adalah yang menjadi sarana perjalanan wisata. Menurut Mappi (2001: 1) objek wisata dikelompokan kedalam tiga jenis yaitu:
a.       Objek wisata alam, misalnya: laut, pantai, gunung (merapi), danau, sungai, fauna (langkah), kawasan lindung, cagar alam, pemandangan alam dan lain-lain
b.      Objek wisata budaya, misalnya: upacara kelahiran, tari-tari (tradisional), musik (tradisional), pakaian adat perkawinan, festival budaya, kain tenun
c.       Objek wisata buatan, misalnya: sarana dan fasilitas olahraga, permainan (layangan), hiburan (lawak atau akrobatik, sulap) ketangkasa (naik kuda) taman rekreasi, taman tradisional, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-lain.
Dalam pembangunan objek wisatatersebut terus memperhatikan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, sosial budaya daerah setempat, nilai-nilai agama, adat istiada, lingkungan hidup dan objek wisata itu sendiri. Pembangunan objek dan daya tari wisata dapat dilakukan pemerintah, badan usaha maupun perseoragan dengan melimbatkan dan berkerjasama dengan pihak-pihak yang terkait.
2.2.6   Pembangunan Objek Wisata
Pembangunan pariwisata bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Basis pengembangan pariwisata adalah potensi sumber daya keragaman budaya, seni, dan alam (pesona alam). Pengembangan sumber daya tersebut dikelola melalui pendekatan peningkatan nilai tambah sumber daya secara terpadu antara pengembagan produk pariwisata dan pengembangan pemasaran pariwisata melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat lokal dalam rangka pengembangan pariwisata, berdasarkan itu untuk mencapainya tri-fungsi tersebut maka harus ditempuh 3(tiga) macam upaya, yaitu (a), pengembangan objek dan daya tarikwisata, (b), meningkatkan dan mengembangkan promosi dan pemasaran (c), meningkatkan pendidikan dan pelatihan kepariwisataan.
Dalam GBHN 1999 disebutkan bahwa pengembangan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisiptoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, tehnik, agronomis, sosial budaya, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan.
2.2.7   Daya Tari Wisata
Alam, masyarakat, binaan, dan minat khusus apapun yang dihasilkan oleh alam baik benda padat, cair maupun gas, hayati maupun nonhayati, serta bentuk dan ukurannya sesuai dengan mantra ruang dan waktu, setiap pembentukan alam walaupun sejenis tetapi jika terbentuk atau tumbuh berkembang ditempat yang berbeda, berbeda pula kualitas dan kuantitas berupa daya tarinya.
Daya tari ini tidak selalu wisata, tetapi dapat juga daya tari dalam sudut pandang lainya, yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa cabang iptek. Apalagi bentukan alam yang umumnya masih tumbuh berkembang sesuai dengan mantra ruang dan waktu, yang umumnya juga berhenti, seandainya mantra ruang dan waktu sudah tidak menunjang dan justru sebaliknya, ikut mematikan perkembangan hingga setapak demi setapak menyusun sebelum musna sama sekali. Bentukan alam yang dalam tahap penyusutan disebut warisan alam. Runtunan penyusutan ini berlangsung amat lambat, hingga memberikan kesan seolah-olah tidak terjadi perubahan sedikitpun. Walaupun adakanya berlangsung dengan cepat, hal ini juga jarang terjadi. Demikian pula runtunan terjadinya pembentukan alam, baik hayati maupun nonhayati. Tetapi hadirnya yang merambah dan mengubah tata alam, kecepatan permusnahan dapat dipercepat oleh mantra baru, yaitu mantra perilaku budaya manusia atau disingkat mantra budaya (Darsoprajitno, 2002).
1.      Daya tarik wisata alam
Di dalam tata alam terpadu berbagai bentukan alam nonhayati dan hayati, dan satuu dengan lainnya terjalin dalam satu ekosistem hingga membentuk daya dukung lingkungan yang mantap. Masing-masing unsur yang terpadu memiliki daya tarik yang tidak sama besarnya, tetapi dapat saling mengisi seandainya salah satu diantaranya rusak atau musnah. Kegiatan ini seluruhnya berlangsung secara alami sesuai dengan mantra ruang dan waktu dan hal ini dapat dipelajari. Berdasarkan data geologis dialam semesta termasuk bumi, sebenarnya tidak yang abadi kehadiratnya. Setiap unsur tata alam selalu berubah.
Semua bentukan alam nonhayati seperti lautan, benua dengan segala unsur hayatinya seperti tumbuhan, hewan dan manusia, lambat atau cepat akan menyesuaikan diri dengan perubahan tata ruang dan waktu. Perubahan tersebut kecuali makhluk hidup akan mengubah bentuk dan ukurannya, sedangkan tumbuhan dan hewan jika tidak mampu menyesuaikan dri akan musnah, sementara itu perubahan yang terjadi pada manusia ialah perilaku budayanya, sebab disamping memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan tata runag dan waktu, manusia juga didukung oleh kemampuan iptek. Sebaliknya manusia yang tidak memiliki kemampuan akan selalu tertinggal, atau punah dengan sendirinya baik oleh peperangan atau akibat penyakit sebagai dampak kemajuan jaman.
Perlu pula dipahami bahwa setiap bentukan alam yang dibina untuk kepentingan pariwisata, selalu mendapat beban tambahan baik tehnik maupun nontehnik. Beban berat yang paling banyak diperoleh antara lain, kehadiran pariwisata yang umumnya tidak memahami masalah ekologi pariwisata sedangkan beban teknik, umumnya lebih banyak disebabkan oleh rancangan bangunan yang tidak sesuai. Karena itu tidak mustahil dapat merangsang kehadiran manusia dengan perilaku yang mudah menimbulkan terjadinya dampak negatif yang menyusutkan dayatari wisatanya.
2.      Daya tari masyarakat
Di mana saja masyarakat ditemukan, unsur sosial, ekonomi,dan selalu menjadi muatanya. Melalui ketiga unsur itulah manusia bermukim dan masyarakat berlindung didalam tata alam. Bermasyarakat dengan tata alam bertujuan agar kebutuhan untuk memenuhi hajat hidup berupa sandang, pangan, dan papan selalu terjamin. Sementara itu, berlindung di dalam tata alam bertujuan agar keselamatan, kenyamanan, dan ketentraman hidup juga terjamin.
Di manapun juga manusia bermukim, selalu ada aja perbedaan yang satu dengan yang lainya. Betapa kecilnya perbedaan yang disebabkan oleh tata alam sudah mampu mempengaruhi perilaku budaya hidup manusianya. Karena ittu tidak mungkin ada dua masyarakat atau yang persisi sama kualitas dan kuantitas adat istiadanya. Pengaruh tata alam memang dapat menimbulkan beberapa perbedaan yang disebabkan oleh hukum alam, daya dukung, dan ekosistem alami yang ada disetiap titik (tempat) dipermukaan bumi. Karena itu dengan kearifanya, setiap manusia dapat merancang bangun dan merekayasa alam tempatnya bermukim dan bermasyarakat, agar mampu memenuhi hajat hidupnya.
Tata masyarakat disetiap tempat selalu berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh tata alam, topografi medan, dan tersedianya sumber daya alam. Oleh karena itu, tata masyarakat didaerah pegunungan, tentu ada perbedaan denggan tata masyarakat di daerah ngarai. Begitu pula dengan tata masyarakat didaerah pantai. Perbedaan tata ini disebabkan oleh pengaruh tata alam, terutama keanekaragaman sumber daya alam yany terpadu secara alamiah.
3.      Daya tari wisata binaan
Jenis daya tari wisata binaan amat banyak sudah ada sejak ratusan, bahkan ribuan tahun yang lalu. Walaupun bangunan atau hasil binaan manusia tersebut, pada saat dibangun tidak untuk kepentingan pariwisata, namun keberadaanya sekarang sangat menarik. Daya tari tersebut antara lain keunikan penampilan, latar belakang sejarah, dan fungsinya yang jauh berbeda dengan selera manusia masa kini. Banguan atau hasil binaan manusia masa lalu tersebut jenisnya memang banyak, tetapi jumlahnya sudah menyusun sehingga berubah menjadi warisan yang lengah. Inilah yang perlu diperhatiakan keberadaanya yang sekarang sudah menjadi data dan informasi ilmiah untuk kepentingan pendidikan, penelitian, dan dapat dibina menjadi unsur daya tari wisata.
Seperti diketahui, hidup manusia dengan segala perilaku budayanya tidak terlepas dari pengaruh tata alam disekitarnya. Pengaruh tata alam ini adakalahnya demikian kuat, hingga dapat menunjang kegiatan hidup manusia yang ingin megenal tata alam tidak terbatas hanya untuk menjelajahi dan melihatnya saja, tetapi juga ingin memanfaatkan sebagai sumber daya alam untuk kepentingan hidupnya. Akibat dari keinginan untuk memanfaatkan tata alam akan mengebabkan terjadinya pengubahan untuk pemukiman, lahan garapan, jaringan jalan, dan lainya. Meluasnya pengubahan tata alam yang dirambah untuk memenuhi hajat hidup manusia, ikut meluas pula sebaran pemukiman yang perilaku hidupnya, berbeda dengan masyarakat yang bermukim ditempat lain. Perilaku hidup yang berbeda ini juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan alam.  Adanya perbedaan perilaku masyarakat yang satu denga yang lainya, ternyata dapat menciptakan perilaku saling memberi dan saling menerima pengalama dan ketrampilan masing-masing anggotan masyarakat sehingga dapat memacu. Berkembangkan kegiatan sosial, ekonomi, budaya (Seowarno, 2002)
2.2.8   Motivasi Wisatawan Untuk Berwisata
Meurut Wahab, (1975: 35) (dalam Pitana, 2005:35) lebih menekankan, motivasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam studi tentang wisatawan dan pariwisata, kaerena motivasi merupakan “trigger” dari proses perjalanan wisata, walaupun motivasi ini acapkali tidak disadari secara penuh oleh wisatawan itu sendiri. Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal, motivasi tersebut dapat dikelompokan menjadi empat kelompak besar sebagai berikut:
1.      Physical or physiological motivation yaitu motivasi yang bersifat  fisik antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpatisipasi dalam kegiatan olahraga, bersantai, dan sebagainya.
2.      Cultural motivatio yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenia daerah lain,
3.      Social of interpersonal motivation yaitu motivasi yang bersifat sosial, seperti mengunjungi teman dan keluarga, menemui mita kerja, melakukan hal-hal yang dianggap mendatangkan gengsi (prestie), melakukan ziarah, pelarian dari situasi yang membosakan dan sebagainya.
4.      Faniasy motivatoin yaitu adanya motivasi di daera lain, seseorang akan dapat lepas dari rutinitas keseharian yang mejenuhkan dan yang memberikan kepuasaan psikologi.
Perce, (1998:99) (dalam Pitana 2005:99) berpendapat, wisatawa dalam melakukan perjalanan wisata termotivasi oleh beberapa faktor yaitu: kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, prestise dan aktualiasi diri.
2.2.9   Berbagai Macam Bentuk Wisata
Ada berbagai macam perjalanan bila ditinjauh dari berbagai macam segi:
1.      Dari segi jumlah, wisata dibedakan atas:
a.       Individual tour (wisatawa perorangan), yang suatu perjalan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami-istri
b.      Famili group tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalan yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan  kerabatan satu sama lain.
c.       Grou tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalan yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggung jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Biasanya paling sedikit 10 orang, dengan dilengkapi diskon dari perusahaan prinsipal bagi orang yang kesebelas, potongan ini besarnya berkisar antara 25 hingga 50% dari ongkos penerbangan atau penginapan.
2.      Dari segi kepengaturanya, wisata dibedakan atas:
a.       re-arrngen tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh dari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik trasportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi. Biasanya wisata jenis ini diatur oleh suatu lembaga yang khusus mengurusnya, mengatur maupun mengelenggarakan perjalanan wisata dengan bekerja sama dengan semua  instasi atau lembaga yang terkait dengan kepentingan tersebut.
b.      Oplional tour (wisata tambahan/mansuka), yaitu suatu perjalan wisata tambahan diluar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaan, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.

2.2.10    Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata
Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau kondisi (Kamus Besar Bahasa Indonesia onine). Modal kepariwisataan (torims assets) sering disebut sumber kepariwisataan (tourism resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang di kembangkan menjadi antraksi wisata.
Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan (Yoeti, 20060, modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan.
2.2.11    Faktor Penghambat Pengembangan Objek Wisata
Pengembanganobjek wisata pastilah tidak lepas dengan adanya faktor-faktorpenghambat. Beberapa permasalahan yang menyebabkan kurangnya daya tarik wisata, objek wisata yang ada dikabupaten bima khususnya dipantai lariti adalah belum tertatanya jalan menuju pantai dengan baik berbagai macam potensi wisata maupun sarana dan prasarana objek wisata dikabupaten bima. Masih rendahnaya kualitas pariwisata diakibatkan karena kurangnya, pengembangan, pengelolaan dan perawatan terhadap potensi wisata. keterbatasan sarana dan prasarana menunjang pariwisata, hal tersebut merupakan dampak dari kurangnya alokasi anggaran dana yang belum optimal diperuntukan bagi pengembangan sektor pariwisata.
2.2.12    Pariwisata Pantai lariti
Pantai Lariti Bima adalah sebuah karya sempurna ciptaan Tuhan yang bisa anda nikmati secara langsung dengan telanjang mata di Negeri Dou Mbojo Bima, Pantai Lariti tergolong dalam Pantai Perawan yang terdapat di sepanjang pesisir Kabupaten Bima NTB. dengan pasir putihnya yang mempesona beserta panorama sekelilingnya yang mampu membuat mata terpana, keindahan yang terdapat di pantai ini seakan membuat sepasang mata enggan untuk berkedip walaupun hanya sedetik. oleh karena itu pantai ini sangat layak bahkan wajib untuk dijadikan sebagai salah satu tujuan wisata pantai. ketika anda sedang berada di Kota Bima, jangan pernah buang kesempatan emas anda untuk sejenak menikmati pesona surga dunia yang terdampar nyata di sepanjang Pantai Lariti ketika anda sedang berada di tanah yang berjuluk Duo Mbojo ini
Pantai Lariti layaknya pecahan surga dengan alamnya yang mempesona ini memang belum begitu santer terkenal di dunia maya maupun dunia nyata karena lokasi dan keberadaan dari pantai ini memang belum banyak di publikasikan oleh media, baik itu media cetak maupun media televisi, oleh karena belum terpublikasikan tersebut, keberadaan pantai ini hanya diketahui oleh sekelompok kecil dari masyarakat bima saja padahal tempat wisata ini sangat layak untuk dijadikan sebagai tempat wisata Internasional.


2.3  Kerangka  teori
Kerangka teori merupakan model konseptual tentang bagaimana teoriberhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 283). Untuk lebih jelasnya mengenai alur pemikiran penelitian dapat dilihat pada skema berikut. Pada umumnya, masalah pariwisata telah diorientasikan ke arah kemajuan usaha, peningkatan ekonomi, dan pengembangan  kawasan wisata tersebut. Dalam pengembangan pariwisata khususnya daerah yang diharapkan tentunya adalah peningkatan jumlah wisatawan. Selain itu, dilibatkannya masyarakat sekitar ke dalam pembangunan pariwisata tersebut akan memberikan dampak positif bagi mereka untuk meningkatkan taraf hidupnya. Prospek pengembangan, pariwisatabertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun masyarakat setempat melalui keuntungan ekonomi yang di dapat dari tempat tujuan wisata.

PROSPEK PENGEMBANGAN PARIWISATA PANTAI LARITI

EKSTERNAL

INTERNAL

KELEBIHAN

KELEMAHAN

ANCAMAN

PELUANG

STRATEGI PENGEMBANGAN
 

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1    Rancangan Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dan tujuan dan kegunaan tertentu. Margono (2007:19) mengatakan bahwa metode penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui, sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.
Sedangkan menurut Sugiyono, (2012:01) penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan permasalahan dalam kehidupan kerja organisasi pemerintah, swasta, kemasyarakatan, olahraga, seni dan budaya, dan lain lain, sehingga dapat dijadikan suatu kebijakan untuk dilaksanakan demi kesejahteraan bersama.
Sehubungan dengan pendapat diatas maka metode penelitian yangdigunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang akan di peroleh dilapangan lebih banyak bersifat informasi dan keterangan bukan dalam bentuk simbol atau angka. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang menghasilkan data yang bersifat kualitatif, karena peneliti tidak menyusun data atau menyimpulkan. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan sebagai berikut: (a) penelitian ini dilakukan pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan, (b) penelitian ini menggunakan manusia sebagai alat penelitian, (c) jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
3.2    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berdasarkan di Desa Soro Kabupaten Bima. Peneliti mengambil Pantai Lariti karena pantai ini di jadikan salah satu objek wisata oleh masyarakat yang ada di Desa Soro dan masyarakat kota Bima, sehingga Pantai Lariti memiliki daya tari dan potensi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat daerah sekitar pantai. batas-batas wilayahnya adalah:
ü  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bugis Kecamatan Sape
ü  Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumi Kecamatan Lambu
ü  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Melayu Kecamatan Lambu
ü  Sebelah timur berbatasan denganLaut
3.3    Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti, sebagai individu yang sangat penting. Informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkap permasalahan penelitian, (Arikunto, 2010: 188).
Adapun teknik yang digunakan untuk penentuan informal adalah dengan cara mengunakanpurposive sampling seperti telah dikemukakan bahwa purposive sampling adalah pengambilan sampel sumber data dengan pertimbagan tertentu. Pertimbagan tertentu ini orang tersebut di anggap paling tau tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelahi objek atau situasi sosial yang di teliti.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini ialah:
a.       Informan kunci
Informan kunci adalah orang yang menjadi narasumber utama, orang yang memiliki informasi secara luas dan lengkap dalam penelitian ini, yaitu wisatawan yang datang di Pantai Lariti, pengelola pantai, Kepala Desa, Kepala Dusun, dan Dinas Pariwisata
b.      Informan biasa
Informan biasa adalah orang yang memberikan informasi secara. Adapun yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini adalah wisatawan yang datang saat penelitian dan masyarakat sekitar Pantai Lariti
3.4    Metode Pengumpulan Data
Pada jenis penelitian kualitatif yang menjadi data utaman adalah kata-kata dan tindakan, sebaliknya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moleong 2005: 157). Sedangka, pengumpulan data di lakukan secara simulta selama masa penelitian sambil menganalisan data tersebut. Dengan demikian, dalam melakukan pengumpulan data dari subjek di perlukan teknik/metode tertentu agar data yang di hasilakan bisa relevan dengan masalah penelitian.
Menurut Sugiyono (2007: 309) metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif bisa di lakukan dengan cara, instrumen manusia (human instruman), dokumentasi, catatan lampagan (fieldnotes), observasi partisipasi (participan observationn), dan wawacara mendalam (deep interview). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi, wawacara dan dokumentasi.
3.4.1   Metode Observasi
Observasiadalah suatu pengumpulan data yang dilakukanmelalui pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis yang digunakan untuk memperoleh informasi. Arikunto (2004:225) mengungkapkan bahwa observasi adalah suatu pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis dengan prosedur yang tersandar.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi, yaitu penulis mengadakan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti dan digunakan sebagai informasi data yang belum diperoleh sebelumnya. Dalam penelitian ini metode observasi digunakan untuk melihat secara langsung perubahan yangterjadi di lokasi penelitian.
3.4.2   Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan informan yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2010:186).
Pendapat lain juga mengatakan bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh dengan data dengan mengajukan pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana,2008:180).
 (Esterberg,2002:22) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu wawancara terstruktur, semiterstruktur,dan tidak terstruktur.
1.      Wawancara Terstruktur(Struktured Interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, mengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabanya telah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan mengumpul data mencatatnya. Dengan wawancara terstruktur ini pula, pengumpulan data dapat menggunakan beberapa pewawancara sebagai pengumpul data.
2.      Wawancara Semiterstruktur (Semistructure Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasukdalam kategori in-dept interview, dimanadalampelaksanaanya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancarastruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukanpermasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancaradiminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan peneliti perlumendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
3.      Wawancara Tak Terstruktur (Unstructured Interview)
Wawancaratidakterstruktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, seringdigunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti. Pada penelitian pendahuluan,peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada objek sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa yang harus di teliti.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semistruktur dimana peneliti memberikan pertanyaan kepada informan dengan mengacu pada daftar pertanyaan yang telah disediakan dengan tujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan masalah penelitian. Untuk mempermudah peneliti dalam proses wawancara, maka disiapkan alat bantu berupa alat tulis dan buku,atau juga menggunakanrecorder pada ponsel. Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukaninterview (wawancara) terhadap50 informan, baik terhadap informan kunci ataupun informan biasa yang bekerja di pengembagan pariwisata.
3.4.3   Metode Dokumentasi
Dokumentasi ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relavan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto, film documenter (Ridwan,2006:77). Secara bebas dapat di terjemahkan bahwa dokumentasi merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak yang dapat berupa catatan, anecdotal, surat, buku harian dan dokumen-dokumen (Djam’an dan Aan,2009:147). Penggunaan dokumentasi ini dimaksudkan terutama untuk memperoleh data umum tentang lokasi penelitian beserta dokumen-dokumen terkait dengan penelitian ini dalam bentuk dokumen.
3.5  Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006:160).
Menurut Tohiri (2012:62). Dalam penelitian kualitatif, penelitian merupakan instrumen yang efektif untuk mengumpulkan data. Hal ini karena dalam penelitian kualitatif data dikumpulkan umumnya secara partipasipf (pengamatan berperan serta).
Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian peneliti sendiiri, karena peneliti sendiri yang melakukan penelitian di lapangan dan dilengkapi oleh
alat benda, pedoman wawancara, kamera, dan alat tulis.
3.6  Jenis Dan Sumber Data
3.6.1   Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini sangat mendasar untuk disklasifikasikan, mengingat kedua masalah ini akan melandasi kegiatan selanjutnya. Pemahaman jenis data adalah suatu hal yang mutlak dalam penelitian. Hal ini cukup beralasan karena dengan mengetahui data tersebut, peneliti dapat mencari alternative metode apa yang paling cocok sehubungan dengan jenis data yang tersedia.Data berdasarkan jenisnya menurut (Ridwan, 2002:8) adalah dua yakni:
1.        Datakualitatifyaitudata yang berhubungan dengan kategorisasi karakteristik berjudul pertanyaan atau berupa kata kata.
2.        Datakuantitatif adalah data yang berwujud angka angka.
Dalam penelitian ini akan memfokuskan pada jenis data kualitatif yangmenggunakan kalimat atau pertanyaan.
3.6.2   Sumber Data
Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:
1.        Data Primer
Data Primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya tampaperantara atau juga dapat dikatakan sebagai data yang diperoleh dari kesaksian seseorang dengan mata kepala sendiri, sebagai orang yang mengetahui tentang obyek dan masalah penulisan (Moleong,2005). Dalam penelitian ini, data primernya adalah hasil wawancara, observasi langsung pada lokasi penelitian, dan dokumentasi kegiatan penelitian.
2.        Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari siapapun yang bukan merupakan saksi yang terlibat yakni yang dapat memberikan keterangan atau data pelengkap sebagaibahan pembanding (Margono,2005:45). Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi dari kantor desa (deskripsi tentang lokasi penelitian).


3.7    Teknik Analisis Data
Teknik analisan data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2009 : 334) yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang di peroleh dari hasil wawacara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah di pahami dan temuannya dapat di informasika kepada orang lain.
Teori SWOT adalah teori yang di gunakan untuk merencanakan sesuatu hak yang di lakukan dengan SWOT. SWOT adalah sebuah singkatan dari S, adalah Streghtatau Kelebihan, W adalah WeaknessatuanKelemahan, O adalah Opputunity atau Kesempatan, T adalah Threatatau Ancaman. SWOT ini bisa digunakan untuk menganalisis suatu kondisi dimana akan dibuah suatu rencana untuk melakukan sesuatu, sebagai contoh program kerja (wordpress, com).
Menrut Freedy Rangkuti dalam Sri Yati Prawisataan (2010 : 27), SWOT adalah identitas berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pelayanan. Analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan peluang namun secara bersamaan meminimalkan kekuatan dan ancaman. AnalisisSWOT membandingkan antara faktor eksternal dan faktor internal.
                                     Diagram analisis SWOT

BERBAGAI PELUANG
 

3.     

KELAMAHAN INTERNAL

KELEBIHAN INTERNAL
Mendukung Srategi Turnaround         1.  Mendukung Srategi Agresi

4.     

BERBAGAI ANCAMAN
Mendukung Srategi Defenisi              2. Mendukung Srategi Difervikasi

Gamabar 3.2 Freedy Rangkuti (2010)
1.      Merupakan situasi yang sangat mengutungkan wisata tersebut memiliki peluang dan kelebihan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif
2.      Meskipun menghadapi berbagai ancaman, tama wisata ini masih memiliki kelebihan dari segi internal. Stretegi yang harus di terapkan adalah menggunakan kelebihan untuk memanfatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diverfikasi (prroduk/jasa).
3.      Wisata pantai Lariti menghadipi peluang tempat wisata yang sangat besar, tetapi lain pihak, wisata Pantai Lariti ini mampu menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal pariwisata sehingga dapat merebut peluang wisatawan yang lebih biak.
4.      Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, karena taman wisata tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
Dalam penelitian ini selain menggunakan teknik analisi data kualitatif  penulisan juga teknik analisis matriks SWOT. Analisis matriks SWOT adalah idenfikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengembangan (Rangkuti, 2008: 19). Analisis ini di dasari atas logika yang dapat memaksimalkan kelebihan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman. Analisis situasi internal (faktor-faktor kelebihan dan kelemahan) di kombinasikan dengan situasi eksternal (faktor peluang dan ancaman) akan menghasilkan beberapa strategi alternatif pengembangkan yang dalam bentuk table sebagai berikut:
                           INFAS
EFAS
STRANGTH (S)
WEAKKNESSES (W)
OPPORTUNITES
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
THREATS (T)
STRATEGI (ST)
STRATEGI (WT)
Tabel 3.1 Tabel Metrik Analisis SWOT
         Keterangan:
1.      Strategi SO, yaitu strategi yang di buat berdasarkan pemanfatan seluruh kekuatan yang dimiliki untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.
2.      Strategi ST, yaitu strategi dengan menggunakan seluruh kelebihan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
3.      Strategi WO, yaitu strategi yang di buat berdasarkan pemanfaatkan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
4.      Strategi WT, yaitu strategi ini digunakan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.
Dengan demikain kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, kerana seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkambang setelah penelitian di lapagan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Soro adalah merupakan salah satu Desa di Kecamatan Lambu yang terletak di bagian timur wilayah Kabupaten Bima. Secara geografis Desa Soro perpaduan suasana perbukitan dan pantai, berada di belah timur, Desa Soro relatif sangat maju dan sangat berkembang, sehingga cocok bagi tanaman perkebunan, untuk tanaman semusim yang umum di usahakan oleh warga adalah padi, kedelai, bawang, dan sayur-sayuran. Dan desa mempunyai batas-batas sebagai berikut
ü  Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bugis Kecamatan Sape
ü  Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumi Kecamatan Lambu
ü  Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Melayu Kecamatan Lambu
ü  Sebelah timur berbatasan dengan Laut


4.1.1 Letak Administrasratif Desa
Secara administratif Desa, Desa Soro adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Desa Soro terdiri dari 4 dusun yaitu: Dusun Moti, Dusun Panta Paju, Dusun Oi Wontu, Dusun Oi Ncinggi, yang terbagi dalam !% RT. Desa Soro memiliki tata pemerintahan yang lengkap terdiri dari: Kepela Desa, Sekretaris Desa, BPD, LPM, serta Kepala Dusunya.
Table 4.1 Luas Wilayah Berdasarkan Peruntukan Data BPS Tahun 2015
No
Peruntukan
Luas Wilayah (Ha)
Prosentase (%)
1
2
3
4
1
Tanah sawa
177,76
26.71%
2
Tanah kering ( Pemukiman, penggembalaan, tandus/kritis, padang alang – alang )
166,98
25.09%
3
Tanah perkebunan
82,00
12.32%
5
Tanah fasilitas umum ( kas desa, perkantoran / sekolah, taman rekreasi, pekuburan dll)
71,81
10.79%
6
Tanah hutan/Tegalan
105,00
15.78%
7
Tambak/lahan pugar
62,00
9.32%

J u m l a h
665,55  Ha
100 %
Sumber : Profil Desa Tahun 2015
Dengan perkembangan pembangunan dan bertambahnya jumlah penduduk luas wilayah pemukiman makin hari makin bertambah. Akibtanya banyak lahan perkebunan, dan lahan perkebunan yang tergusur dan beralih fungsi menjadi pemukiman ataupun menjadi tempat sarana ekonomi sosiallainnya.
4.1.2 Letak Geografis Desa Soro Kecematan Lambu
Desa Soro yang terletak disebelah utara pusat kota kecamatan sehingga menjadi desa pertama memasuki Kecamatan Lambu. Berdasarkan kelas ketinggian wilayah Desa Soro berada pada 0 – 3500 meter di atas permukaan laut. Kondisi dan ekosistem hutan sebagian besar telah beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dengan tipe hutan hujan dataran rendah. Posisi Desa Soro yang berada pada daerah dataran pantai dengan kemiringan lereng 0 – 65 persen sehingga mempunyai jenis tanah hitam liat.
4.1.3 Demografi
Menurut data profil Desa tahun 2014, tergambarkan jumlah penduduk Desa Soro sebanyak 4855jiwa yang terdiri dari 2395 laki – laki dan 2460 perempuan, dengan jumlah KK 521 (tidak tersediah data rincian KK Perempuan).
Table 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
NO
Umur
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
0-12 Bulan
65
36
101
2
11-5 Tahun
126
101
236
3
6 Tahun
25
24
49
4
7-12 Tahun
171
134
305
5
13-18 Tahun
151
130
281
6
19-20 Tahun
55
41
96
7
21-15 Tahun
141
142
283
8
26-30 Tahun
181
140
321
9
31-35 Tahun
145
126
271
10
34-40 Tahun
139
151
290
11
41-45 Tahun
139
127
266
12
46-50 Tahun
91
105
196
13
51-60 Tahun
121
75
196
14
61-70 Tahun
104
86
190
15
70 Tahun ke atas
67
68
135

Jumlah                      
1721                      
1495                  
3216
Sumber: profil desa soro tahun 214.
4.1.4 Tingkat Kesejahteraan
Produk utama sensu Klasifikasi kesejahteraan adalah di hasilkan data dan informasi tentang tingkatkesejahteraan warga, serta sebaran aset dan potensi ekonomi warga. Informasi tentang tingkat kesejahteraan warga di hasilkan melalui ukuran-ukuran yang digunakan dan di tentukan oleh warga sendiri, hal ini sangat penting dalam rangka membangun kesadaran bersama. Penggunaan ukuran-ukuran lokal tersebut bukan berarti menafikkan indikator-indikator umum yang sudah bisa di gunakan BPS maupun pihak lain.
Setelah melalui proses yang cukup panjang dan partisipatif, maka di hasilkan data tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Soro. Secara umum data keluarga miskin hasil sensu menggunakan matriks Klasifikasi kesejahteraan dengan 15 faktor dan ciri pembedaan yang di sepakatin warga menunjukan bobot nilai terendah dengan ciri umum.
1.      Tidak memiliki lahan pertanian
2.      Tidak memiliki perkerjaan
3.      Tidak memiliki rumah dan masih tinggal menumpang
4.      Tidak memiliki kendaraan
5.      Tidak memiliki alat mekanisasi pertanian
4.1.5 Mata Pencaharian
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan bahwa yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima.
Tabel 4.3 Data Mata Pencaharian Penduduk
No
Mata Pencaharian
Jumlah
Prosentase ( % )
1
2
3
4
1
Petani
                       1079
22.22%
2
Buruh Tani
147
3.03%
3
Tukang
27
0.56%
4
PNS
35
0.72%
5
Guru
67
1.38%
6
TNI / Polri
4
0.08%
7
Pedagang
52
1.07%
8
Peternak
27
0.56%
9
Pengrajin
25
0.51%
10
Bengkel motor / mobil
15
0.31%
11
Dokter
0
0.00%
12
Montir
0
0.00%
13
Nelayan
1309
26.96%

Jumlah
2787
54,40 %
Sumber : Profil Desa Tahun .2015

4.1.6  Kondisi Ekonomi
Wilayah Desa Soro merupakan wilayah yang cukup strategis kerana tidak terlaluh jauh dari kota kecamatan. Selain itu wilayah Desa Soro merupakan salah satu wilayah yang banyak memproduksi hasil sumber daya alamnya (SAD) seperti, pertanian serta banyak menawarkan pemandangan alam yang asli. Mengingat wilayah ini sebagai besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani.
Kondisi ekonomi masyarakat Desa Soro jika dilibat dari segi gegrafisnya yang merupakan Desa pesisir dengan mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan, walaupun ada sebagai dari masyarakatnya yang memiliki pekerjaan selain petani separti buru tani, pedagang, tukang bangunan, bahkan PNS, namun jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan yang berkerja sebagai nelayan
Tinjauan perekonomian masyarakat Desa Soro yang dapat dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat Desa Soro anatara lain.
a.       Nelayan
Dengan kondisi alam yang merupakan daerah pesisir masyarakat Desa Soro sebagai besar mata pencaharian umta nelayan. Masyarakat yang hanya mengadalkan hasil laut dan petani dapat mencukupin  kebutuhan keluarganya.

b.      Perkebunan/nelayan
Lahan kering yang ada juga dimanfatkan sebagai perkebunan terutama yang berada dipinggir pantai. Perkebunan tersebut lebih banyak ditanami pohon kelapa yang dapat di jual atau di olah secara langsung dipasarkan untuk menambah kebutuhan pokok.
c.       Pedagang
Semenjak pengembangan wisata pantai lariti kini masyarakat dapat, mendapatkan peluang untuk membuka usaha dengan berjualan dipinggir-pinggir pantai atau di teras rumahnya masing-masing
4.1.7  Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat yang berperan meningkatkan kecerdasan dan kualitas hidup manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik pula kualitas sumber daya manusianya. Dengan demikian , kualitas pendidikan masyarakat mempunyai peran yang sangat signifikan terhadap kemajuan sosial ekonomi suatu daerah, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting, Pendidikan pertama kali yang kita dapatkan di lingkungan keluarga,lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Sekolah di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaen Bima terdiri dari SD sampai SMA atau SMK. Dari data ini dapat dilihat bahwa akses kenjenjang pendidikan berikutnya kurang memadai. Hal ini disebabkan karena kemiskinan dan fasilitas pendidikan yang kurang memadai.
4.2 Analisis Penelitian
4.2.1 Hasil Data
Sesuai dengan tujuan pemerintah Masyarakat Bima yang ingin menjaga kelestarian Pantai Lariti agar atraksi wisata yang ada di Pantai Lariti tersebut dapat di kembangkan, serta menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun domestik. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu menentukan strategi yang tepat untuk melihat prospek pengembangan wisata Pantai Lariti.
Upayah merumuskan strategi yang tempat ini membutuhkan analisis baik itu analisis internal maupun esternal. Analisis intrnal di maksudkan untuk mengetahui segala kekuatan dan kelemahan yang saat ini dimiliki, sedangkan analisis eksternal adalah analisis tentang segala peluang dan ancaman yang dihadapi oleh wisata Pantai Lariti pada masa yang akan datang.
4.2.2 Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti
4.2.2.1 Kekuatan Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti
a.       Panorama Alam Yang Indah, Sejuk Dan Masih Asli
Suasana pantai yang tidak begitu ramai dapat menjadi lokasi yang tepat untuk memberikan ketenangan bagi anda. Bersantai dalam suasana yang hening dan hanya di warnai suara deburan ombak, tentu dapat menjadi salah satu kegiatan menarik bagi beberapa wisatawan.
Kabupaten Bima kaya akan potensi wisata. Salah satu potensi wisata yang cukup menakjubkan disini adalah Pantai Lariti. Keindahan pantai, danpasir yang agak putih , air laut yang membiru, dan panorama alam yang mempesona, dapat dinikmati di objek wisata ini. Pantai lariti berada di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Objek wisata ini cukup mudah dijangkau dari Desa Soro, yang hanya berjarak 60 kilometer. Untuk mencapai Pantai Lariti anda dapat menggunakan mobil atau motor tersebut, wisatawan dapat berenang dengan tenang. Selain itu, di objek wisata ini pun wisatawan dapat melihat indahnya belah dua pantai, dan bisa menikmati mandi matahari (sun baking), Menerut nur dan imam pengunjung pariwisata pantai Lariti.
 “panorama alam yang terdapat di pantai lariti sangat berpangaruh penuhterhadap pengembangan pariwisata khususnya pariwisata pantai lariti seperti pasir yang agak putih, air laut yang jerni, batu karang yang ada di bibir pantai, dimana keindahan ini para pengunjung dapat meningmati pandangan alam disekitar pantai. Kami pengunjung manyatakan bahwa keindahan pariwisata pantaiLariti ini sangatlah luar biasa, namun jadi kendala jalan dan Pembangunan yang masih kurang (wawacanra 5 juni 2016)

Potensi alam yang dimiliki pariwisata pantai lariti sangat mendukung keberadan obyek pariwisata pantai lariti sebagai salah satu tempat wisata di Kecamatan Lambu. Keindahan alam tercermin dari sumber alam yang melimpah pepohonan yang rindang di sekitar obyek wisata merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Alam yang masih asli dan indah yang didukung dengan suasana peDesaan memberikan udara yang sejuk dan masih nyaman bagi pengunjung. Dengan adanya pantai yang memiliki keindahan sendiri dengan berbagai vegetasi yang beragam serta lingungan peDesaan yang dimiliki.
Objek pariwisata pantai lariti sangat mendorong dalam pengembangan dan menjadi keunikan serta keunggulah tersendiri bagi objek pariwisata pantai lariti. Tempat-tempat yang ada di sekitar pantai bruga, vila, pohon yang rindang itu dapat digunakan oleh para pengunjung yang kebanyakan muda-mudi untuk sekedar melepas lelah sambil menikmati pemandangan pariwisata pantai lariti. Di tempat itupun  juga dapat digunakan sebagai area camping bagi para wisatawan, karena tempat yang luas dan sejuk.
Pantai Lariti juga memiliki keunggulan yang tidak kalah dengan tempat wisata lain seperti akses jalan yang lancar serta tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi, serta parkir kendaraan yang selalu On Time ketika kita memasuki gerbang wisata cukup dengan isi saku Rp. 6000,- anda akan lansung dapat menikmati tampa rasa resah. Tidak hanya itu, ketika anda memasuki pantai lariti, andah akan melihat indahnya pantai yang belah dua, dan gunung yang ada didalam air laut dan membuat mata lebih berwarna dengan sejuta variasi.
 “Pantai Lariti lebih indah pada pantai manapun, hanya saja belum terawat begitu maksimal, dan jika saja terawat mungkin lebih indah dari pada ini pemandangannya” ujar salah satu seorang pengunjung Asli dari Desa Soro yang bernama pak ahmad

b.      Keindahan Suasana Pantai
Suasana pantai yang tidak terlalu padat pengunjuk, menjadikan anda betah lama-lama bercanda dengan deburan ombak di pantai ini. Pantai Lariti yang masih relatif asli, hanya pada pengunjung di saat akhir pekan. Tak hanya itu, Pantai Lariti anda juga bisa meningmati keindahan-keindahan alam.
c.       Suasana Pariwisata Pantai Lariti Yang Memberikan Kenyamanan
Obyek pariwisata pantai lariti merupakan tempat wisata yang memberikan kenyamanan dan kesejukan. Ketika masu ke kawasan obyek wisata maka kita akan diberikan pemandangan yang indah seperti keindahan pantai, laut, serta pasir yang agak putih yang indah, suasana yang hijauh, dan gunung yang ada di dalam laut yang membuat mata tak bosan untuk memandanginya dari gardu pandangan yang ada dilokasi obyek wisata. Menurut yamal tinggal di sekitar pantai lariti.
“Suasana Pantai Lariti sangat nyaman yang membuat parapengunjung senang berlama-lama dan betah berada di pantai lariti, serta denga adanya orang yang jualan di sekitar pantai, serta menjadi menjadi peluang usaha bagi masyarakat Desa Soro” (wawancara 8 juni 2016)

d.      Wilayah Lahan Pariwisata Yang Potensi
Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima merupakan salah satu wilayah yang di tetapkan Pemerintah Kabupaten Bima sebagai kawasan pengembangan pariwisata. Mamang sangat menjanjikan sebagai tujuan wisata baru. Salah satu keindahan itu tersaji di pantai lariti, berlokasi di Desa Soro, pantai ini termasuk masih sangat alami. Pasir yang agak putih terhampar dengan indahnya dan terdapat gundukan karang disudut menambah ekosistim pantai ini. Jika air laut surut, kita dapat jalan untuk kegunung yang ada di air laut, aktivitas yang di lakukan di tempat ini adalah berenang, bermain pasir, dan berjemur. Menurut Syamsuddin Muhammad(Kepala Desa Soro)
“Dari hasil wawancara di atas maka pariwisata pantai lariti memiliki peluang untuk berkembang walaupun pembangunan pariwisata ini belum sebagus pariwisata papan sudah dikenal wisatawan mancaNegara” (wawancara 13 juni 2016)

e.       Air  Laut
Dilihat dari pengamatan di lapangan bahwa air laut yang jerni salah satu pendukung obyek pariwisata, yang bias member nilai positif para pengunjung, dan sehingga para pengunjung bias meningmati suasana keindahan air lautnya
4.2.2.2 Kelemahan Pengembangan Objek Wisata Pantai Lariti
1.      Promosi wisata yang kurang
Promosi obyek pariwisata pantaai lariti Kabupaten Bima masih tergolong kurang efektif yang terlihat dari belum adanya peningkatan arus kunjungan wisatawan di Desa Soro khususnya di pantai lariti yang segnifikan. Informasi yang diberikan melalui situs internal tersebut saat ini masih banyak keterbatasan informasi yang diberikan untuk mempromosikan dan mengenakan pariwisata Kecamatan Lambu khususnya.Obyek pariwisata pantai lariti kepada masyarakat luar. Selain informasi-informasi yang diberikan tersebut belum memasukan semua potensi-potensi pariwisata di Kecamatan Lambu, kurangnya inovasi pengguna teknologi informasi seperti belum menggunakan vidio untuk mengenakan pariwisata Kecamatan Lambu, merupakan bentuk kurangnya inovasi pariwisata upayah telah dilakukan. Menurut Usman (sekdes Desa Soro) dan junaidin (staf Desa Soro)
“Sisim promosi yang dijalankan pada pariwisata Desa Soro sekaranghanya terbatas pada sistim promosi ini dengan menggunakan pafle dan buflet pada acara  vesstival baik di tingkat regional, provinisi maupun nasional. Selain mengadakan pafle dan buflet dalam promosi di DesaSoro. Media telekomunikasi seperti pemanfaatan media internet juga telah dilakukan (wawancara 20 juni 2016)

Program pengembangan obyek wisata merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas obyek wisata dan meningkatkan jumlah pengunjung pada objek wisata tersebut. Namun pengembangan obyek wisata pantai lariti ini masih sederhana, seperti pintu masuk, pemasangan baliho, spanduk di tempat objek wisata. Meningkatkan jumlah pengunjung Pemerintah Kabupaten Bima harus melakukan perbaikan intrastruktur yang memadai seperti perbaikin jalan yang menuju ke pantai lariti, dan rumah makan sekitar obyek wisata pantai lariti agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke obyek wisata.
2.      Kondisi keamanan yangkurang baik
Kondisi keamanan yang baik di lokasi obyek wisata merupakan faktor penting dalam pengembanganya. Keamanan diperlukan untuk menjaga barang-barang pengujung yang ditinggal bermain atau jalan-jalan disekitar pantai dari tindakan pencurian yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Dengan kondisi keamanan yang baik membuat nyaman pengunjung yang ingin berekreasi di obyek wisata pantai tersebut.
3.      Kurangnya tenaga kerja profesional dalam pengelola obyek wisata
Manajerial merupakan komponen yang dibutuhkan untuk semua kegiatan usaha. Manejemen yang baik dalam promosi, perencanaan, pemasaran maupun pengembangan produk agrowisata sangat mempengaruhi keberhasilan upayah peningkatan arus pengunjung. Namun, pengelolaan obyek pariwisata pantai lariti masih terliha kurang profesional. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya kualitas maupun kualitas dari tenaga kerja yang ada sehingga mereka kurang menguasai permasalahan.
Menurut hasill wawancara dengan pemerintah staf Desa pengembangan Desa pariwisata, kualitas tenaga kerja yang dimiliki oleh pegelolah obyek wisata pantai lariti sumber daya manusianya masih rendah karena tidak sesuai dengan spesialisasi bidang pariwisata. Sehingga, perlu tenaga pengelolahkhusus pariwisata agar dapat mengelolah obyek wisatayang baik
4.      Tidak terjaganya kebersihan
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya salah satu ancaman yang di pariwisata Pantai Lariti adalah pengunjung yang tidak sadar lingkungan sehingga menyebabkan tempat wisata tersebut menjadi kotor karena tidak terjaganya kebersihan dan masih saja pengunjung membuang sampah di sembarang tempat. Selain itu pengelola sampah juga kurang menyediakan tempat sampah sehingga hal tersebut  menyebabkan pengunjung membuang sampah disembarang tempat.
5.      Tidak terdapat fasilitas kamar mandi
       Di wisata pantai lariti yang menjadi kelemahan juga adalah tidak tersedianya fasilitas kamar mandi sehingga pengunjung sulit untuk dapat buang air besar maupun air kecil, sehingga sering sekali pengunjung ketika inggi buang air besar maupun kecil harus bersembunyi di emak-semak. Serta sebagai tempat untuk ganti pakaian apabila pengunjung selesai mandi air asing maupun air.

  

4.2.3        Peluang dan Ancaman Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti
4.2.3.1  Peluang Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti
Dalam pengembangan obyek pariwisata pantai lariti terdapat berbagai peluang yang mampu mendorong pengembangan diantarnya:
a.       Menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat
Wisata pantai lariti membukapeluanh usaha bagi masyarakat sekiar, karena lokasi wista pantai lariti jauh dari toko/warung sehingga hal ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk membuat usaha dengan cara membuka toko/warung di sekitar lokasi pantai lariti. Salain itu, ada juga upayah dari pemerintah untuk memberi pengarahan dan sosialisasi dalam pengembangan lokasi wisata dan juga memberikan pengarahan dibidang pengelolaan kelompok usaha bagi masyarakat dan pengusaha untuk membuka fasilitas wisata di area pariwisata pantai lariti. Sekaligus memberi ijin kepada masyarakat untuk berjualan di kawasa tersebut, kerjasama pemerintah dan masyarakat.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan wisata pantai lariti yaitu dengan cara melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar tentang arti penting pariwisata” (wawancara 25 juni 2016)

b.      Tingkat aksebilitas yang mudah
Perbaiki jalan dan keamanan menuju tampat wisata merupakan hal terpenting dalam proses pengembangan obyek wisata, yakni aksebilitas yang sangat mendukung. Wisatawan biasanya sangat berat hati mendatangi obyek yang aksebilitasnya tidak bagus. Tingkat aksebilitas yang mudah memberikan kenyamanan bagi pengunjung yang ingin berkunjung ke obyek pariwista pantai lariti karena letaknya mudah terjangkau.
4.2.3.2  Ancaman Pengembangan Objek Wisata Pantai Lariti
Dalam setiap upayah pengembangan pasti terdapat ancaman yang menghambat proses pengembangan bila tidak cari jalan keluarnya. Berikut adalah beberapa ancaman yang terdapat di obyek pariwisata pantai lariti
1.      Kurangnya Kesadaran wisatawan untuk menjaga obyek wisata
Kebiasaan para pengunjung membuang sembaragan sampah-sampah dari sisa hasil makanan dan minuman. Selain itu, pengelola wisata juga kurang menyediakan tempat sampah hal tersebut menyebabkan pengunjung membuang sampah disembarang tempat sehingga menyebabkan tempat wisata tersebut menjadi kotor dan tidak terlihat terurus.
2.      Kerusakan lingkungan akibat pengembangan wisata yang salah
    Pengembangan obyek wisata yang dilakukan secara tidak baik,     mengakibatkan kerusakan lingkungan, limbah sampah-sampah anorganik hasil yang dibawa oleh wisatawa. Misalnya pembangunan villa, dan penginapan yang tidak memperhatikan lingkungan.
3.      Banjir dan tanah longsor
    Yang menjadi ancaman secara alamiah dalam proses pengembangan suatu obyek wisata pantai yakni banjir dan tanah longsor. Pemerintah dan masyarakat harus dapat menemukan solusi terbaik untuk menanggulangi hal ini. Biasanya banjir bandang dan tanah langsor terjadi ketika pada musim hujan. Keadaan seperti ini membuat pantai terlibat kotor dikarenakan sampah-sampah yang dibawah oleh banjir. Tanah longsor juga terjadi akibat tidak adanya tanggul buatan dan alat seperti mangrove.
4.      Adanya perubahan dan kebijakan pemerintah
     Perubahan dari pemerintah merupakan kebijakan yang dapat menjadi tolak ukur untuk pengembangan Wisata Pantai, khususnya pantai lariti. Dengan adanya kebijakan otonomi daerah, pemerintah harus berperang untuk mendapatkan asli daerah khususnya dalam proses pengembangan wisata pantai lariti. Karena pengembangan obyek wisata pantai lariti merupakan salah satu pendapatan asli daerah
     Hal ini mewujutkan obyek pariwisata pantai lariti tingkat ancaman yang tinggi yang harus segera dicari solusinya kerana menghentikan langkah pengembangan obyek pariwisata pantai lariti. Banyaknya obyek wisata memberikan variasi bagi pengunjung dan memacu pengembangan obyek wisata tersebut agar dapat menarik pengunjung. Obyek pariwisata pantai lariti juga ikut dalam persaingan tersebut, hal ini dapat dilihat di Kabupaten Bima juga terdapat obyak wisata alam lainya seprti pantai papan, dimumoro, mutiara. Untuk bersaigan dengan obyek-obyek lain, obyek pariwisata pantai lariti perlu inovasi-inovasi untuk menarik pengunjung yang merupakan berat pengelolah obyek wisata, maka dibutuhkan sumbar daya manusia yang handal dan berkualitas.
Untuk ancaman yang lain separti kesadaran wisatawan untuk menjaga obyek wisata, kerusakan lingkungan akibat pengembangan yang seadanya, banjir dan tanah langsor merupakan anncaman yang disebabkan oleh manusia dan alam. Kesadaran pengujung untuk ikut menjaga obyek wisata merupakan hal penting agar pengunjung satu sama lainya memperoleh kenyamanan dan menjaga kelestarian obyek wisata. Dalam pengembangan perlu perhati-hati agar tidak merusak lingkungan
Dalam perkembangan perekonomian daerah, perubahan paragdima pembangunan dari era sentralisasi menuju dengan desetralisasi yang tertuang dalam konsep otonomi daerah dengan landasan hukumnya pada Undang-Undang No, 32 Tahun 2004, memberi konsepkuensi pada daerah untuk dapat menggali dan memperdayakan seluruh potensi yang dimiliki sebagai pemerintah daerah yang dapat digunakan sebagai model pembangunan tampa harus bergantung pada pemerintah pusat.
Dengan pemberian kewengan yang luas kepada kabupatan/kota maka kabupaten/kota dituntut harus benar-benar berpikir jauh kedepan untuk dapat mengembangkan semua potensi sumber daya alam, yang pada giliranya akan bermuara kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini memungkinkan pemerintah daerah Bima membuat berbagai peraturan daerah. tidak semua peraturan daerah tersebut menguntuhkan semua pihak walaupun peraturan tersebut dibuat untuk kesejahteraan masyarakat Desa Soro. Hal inilah yang perlu diwaspadai dan dicari jalan keluarnya.
4.2.4        Analisis SWOT Sebagai Alat Formulasi Strategi Pengembangan
Obyek wisata panatai lariti. Analisis SWOT merupakan idenfikasi berbagai faktor secara sistimatis untuk merumuskan suatu strategi perusahan, menuru Fredi Rangkuty  2006, 19. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal strategi (kekuatan) danweaknets (kelemahan) serta lingkunga eksternal oppertunites(peluang) dan enreats(ancaman) yang dihadapi didunia bisni. Analisis didasarkanpada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strategi) dan peluang(oppertunites) namun secara bersamaan dapat memaksimalkan kelamahan (weaknets) dan ancaman (enreats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan, misi, strategi, dan kebijakan perusahan. Dengan demikian prencanaan strategis (strategi planne ) harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
      Dalam penyusunan strategi pengembangan obyek wisata pantai lariti peneliti melakukan analisis SWOT dengan terlebih dahulu mengindentifikasikan faktor kekuatan, kelemahan, kelebihan dan ancaman.
Tabel 4.1 Matriks SWOT Analisis Lingkungan Internal dan Esternal Obyek
               Pariwisata Pantai Lariti

Kekuatan (Streght)
Kelemahan (Weaknesess)

                         INFAS











EFAS
·         Panorama alam yang indah, sejuk dan masih alami
·         Suasana yang memberikan kenyamanan
·         Keadaan yang
yang baik
·         Wilayah lahan pariwisata yang potensi
·         Bentuk pantainya bertebing.
·         Promosi wisata yang kurang
·         Jarak tempuh yang lumayan jauh
·         Tingkat keamanan yang belum baik
·         Keterbatasan anggaran
·         Tingkat terjaganya kebersihan
·         Tidak dapat fasilitas kamar mandi

Peluang (Opportuni)
Strategi SO
Strategi WO
·         Terbukanya peluang usaha bagi masyarakat setempat
·         Tingkat eksebilitas yang mudah: seperti. Perbaiki jalan yang rusak dan pelebaran jalan
·         Meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung lokal maupaun mancanegara: seperti, kebersihan pantai, menyediakan fasilitas dll
·         Penyediaan tempat-tempat jual bagi masyarakat: seperti, rumah makan, warung kopi, sewa ban renang dll 
·         Meningkatkan promosi pantai
·         Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola pengembangan pariwisata
·         Memperbaiki jalan menuju obyek wisata
Ancaman (Terasth)
Strategi ST
Strategi WT
·         Kesadaran wisatawan untuk menjaga obyek wisata
·         Kerusakan Lingkungan seperti: membuang sampang sembarangan, menembang pohon yang liar
·         Banjir dan tanah longsor
·         Adanya perubahan dan kebijakan pemerintah
·         Keterbatasan anggaran untuk biaya sarana dan prasarana obyek wisata
·         Mengembangkan potensi yang ada, agar tidak kala saing dengan obyek wisata lain: seperti, menyediakan tempat berjemur, membagun tendak pondok disisir pantai
·         Meningkatkan kesadaran pengunjung terhadap kebersihan pantai: seperti, membuat palang kebersihan, tidk membuang sampah sembaragan
·         Membuat tanggul untuk mencegah longsor
·         Meningkatkan kualitas tenaga kerja
·         Meningkatkan promosi
·         Mengembangkan pariwisata pantai dengan memperhatikan lingkungan disekitar pantai


4.2.5 Stratei Pengembangan Obyek Wisata Pantai Lariti
Dari analisis SWOT maka akan menghasilkan beberapa pengamatan
pariwisata yaitu tentang Strategi Pengembangan Pantai Lariti di Desa Soro Kecamatan Lambu Kabupaten Bima sebagai brikut:
1.      Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksterna yaitu:
a.         mengelolah potensi obyek wisata yang dimiliki,penaroma alam yang indah, sejuk dan masih asli, air yang berwarna biru dan suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan
b.        meningkatkan keamanan obyek pariwisata pantai lariti guna menjaga kenyamanan dan menarik pengunjung.
c.         meningkatkan produk dan permainan wisata dalam pengembanganya sehingga mampuk menarik investor.
2.      Strategi WO adalah strategi yang meminimalkan kelemahanuntuk memanfaatkan peluang yang ada
a)      Membuka lahan usaha untuk masyarakat setempat dengan adanya lokasi wisata pantai lariti itu dapat membantu masyarakat Desa Soro membuka lahan usaha bagi masyarakat setempat.Hal ini dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Desa Soro.
b)      Aksebilitasyangmudah menuju obyek pariwisata pantai lariti karena adanya memperbaiki jalan yang rusak dan pelebaran jalan sehingga meningkatkan jumlah pengunjung.
c)      meningkatkan inventasi swasta dapat membantuh membangun fasilitas yang masih kurang memadai dan obyek-obyek yang belum dikelolah secara profesional,
d)     banyaknya wisatawa serta peningkatan produk dan antraksi wisata mendorong peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan obyek pariwisata pantai lariti.
3.      Strategi ST adalahstrategi yang menggunakan seluruhkekuatan untuk mengatasi ancaman
a)    dengan adanya panorama alam yang indah dan suasana obyek wisata yang memberikan kenyaman yang dimiliki obyek pariwisata pantai lariti, maka pengunjung tidak akan bosan dalam berkunjung. Sehingga tidak terpangaruh dengan munculnya obyek wisata baru serta persaigan antar obyek wisata.
b)   kondisi keamanan obyek wisata yang baik, memberikan obyek wisata dari pengunjung yang kurang sadar dalam menjaga keindahan alam.
c)    menyediakan tempat-tempat sampah agar masyarakat lebih mudah untuk melihat tempat sampah sehingga pengunjung tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat.
4.      Strategi WT  adalah  strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan yang adaserta menghindari ancaman.
a.       Meningkatkan promosi mengenai obyek pariwisata pantai lariti melalui berbagai media baik media cetak maupun media elektronik, pameran-pameran, wisata yang dilakukan dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga
b.      Pengembangan obyek pariwisata pantai lariti memang perlu ditingkatkan lagi, semakin bertambahnya obyek-obyek wisata lain dan bertambahnya  persaigan obyek wisata maka obyek pariwisata pantai lariti memerlukan inovasi baru untuk berkembang yang lebih baik.
c.       Dalam pengembangan obyek pariwisata pantai lariti perlu segera dilaksanakan pengembangan dan pembangunan terhadap potensi yang terdapat di obyek pariwisata pantai lariti secara bertahap sesuai prioritas dengan memperhatikan keungulan saing dan keungulan banding, kebijaksanaan pengembangan serta ketersediaan dan tenaga
d.      Memanfaatkan potensi yang dimiliki obyek pariwisata pantai lariti sekaligus mengembangkan peluang yang dapat menarik pengunjung.
4.3      Pembahasan
1.    Strategi SO adalah strategi menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksterna yaitu.
a.    Mengelolah potensi obyek wisata yang dimiliki,penaroma alam yang indah, sejuk dan masih asli, air yang berwarna biru dan suasana obyek wisata yang memberikan kenyamanan
b.    meningkatkan keamanan obyek pariwisata pantai lariti guna menjaga kenyamanan dan menarik pengunjung.
c.    meningkatkan produk dan permainan wisata dalam pengembanganya
sehingga mampuk menarik investor.
2.    Strategi WO adalah strategi yang meminimalkan kelemahanuntuk memanfaatkan peluang yang ada
a.    Membuka lahan usaha untuk masyarakat setempat dengan adanya lokasi wisata pantai lariti itu dapat membantu masyarakat Desa Soro membuka lahan usaha bagi masyarakat setempat.Hal ini dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di Desa Soro.
b.    Aksebilitasyangmudah menuju obyek pariwisata pantai lariti karena adanya memperbaiki jalan yang rusak dan pelebaran jalan sehingga meningkatkan jumlah pengunjung.
c.    meningkatkan inventasi swasta dapat membantuh membangun fasilitas yang masih kurang memadai dan obyek-obyek yang belum dikelolah secara profesional,
d.   banyaknya wisatawa serta peningkatan produk dan antraksi wisata mendorong peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan obyek pariwisata pantai lariti.
3.    Strategi ST adalah  strategi yang menggunakan seluruhbkekuatan untuk mengatasi ancaman
a.    dengan adanya panorama alam yang indah dan suasana obyek wisata yang memberikan kenyaman yang dimiliki obyek pariwisata pantai lariti, maka pengunjung tidak akan bosan dalam berkunjung. Sehingga tidak terpangaruh dengan munculnya obyek wisata baru serta persaigan antar obyek wisata.
b.    kondisi keamanan obyek wisata yang baik, memberikan obyek wisata dari pengunjung yang kurang sadar dalam menjaga keindahan alam.
c.    menyediakan tempat-tempat sampah agar masyarakat lebih mudah untuk melihat tempat sampah sehingga pengunjung tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat.
4.    Strategi WT  adalah  strategi yang digunakan untuk meminimalkan kelemahan yang adaserta menghindari ancaman.
a.    Meningkatkan promosi mengenai obyek pariwisata pantai lariti melalui berbagai media baik media cetak maupun media elektronik, pameran-pameran, wisata yang dilakukan dinas kebudayaan pariwisata pemuda dan olahraga
b.    Pengembangan obyek pariwisata pantai lariti memang perlu ditingkatkan lagi, semakin bertambahnya obyek-obyek wisata lain dan bertambahnya  persaigan obyek wisata maka obyek pariwisata pantai lariti memerlukan inovasi baru untuk berkembang yang lebih baik.
c.    Dalam pengembangan obyek pariwisata pantai lariti perlu segera dilaksanakan pengembangan dan pembangunan terhadap potensi yang terdapat di obyek pariwisata pantai lariti secara bertahap sesuai prioritas dengan memperhatikan keungulan saing dan keungulan banding, kebijaksanaan pengembangan serta ketersediaan dan tenaga.
d.   Memanfaatkan potensi yang dimiliki obyek pariwisata pantai lariti sekaligus mengembangkan peluang yang dapat menarik pengunjung.

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari nilai peluang faktor-faktor tersebut di gunakan rumus SWOT yang menghasilkan analisis antara lain meningkatkan sarana dan prasarana, paket promosi, menyediakan tempat jualan untuk masyarakat khususnya di pantai lariti, menjadi kawasan wisata luar Daerah Kecamatan Lambu sejalur dengan pantai lariti agar wisatawan dari luar dapat berkunjung ke pantai lariti dan melanjutkan ke atraksi wisata dimumoro dan pantai papan
      Dari kesimpulan di atas pengembangan suatu abyek wisata harus di rancang sedemikian rupa dengan mengambil peluang-peluang yang ada.



4.2  Saran 
a.    Pemerintah Kabupaten Bima perlu meningkatkan pelayanan publik didaerah wisata seperti:kebersihan, kenyamanan dan pelayanan sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan. Karena saat ini fasilitas obyek pariwisata pantai lariti kurang begitu baik. Selain itu juga jumlah wisatawan dapat meningkatkan dari tahun ke tahun maka diharapkan pendapatan-pendapatan pariwisata dapat meningkatkan jugaa. Namun pemerintah juga harus dapat mengumpulkan agar pengeluaran yang dikeluarkan melebihi pendapatan yang masuk
b.    Dinas Pariwisata Kabupaten Bima, untuk menunjang pengembangan obyek wisata, aksebilitas menuju obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di obyek pariwisata pantai lariti perlu di tingkatkan lagi.
c.    Masarakat sekitar Kabupaten Bima perlu ditingkatkan lagi untuk mengenalkan dan mempromosikan potensi-potensi wisata kepada masyarakat luar. Selain mengenalkan kepada masyarakat luar, pemanfaatan informasi juga dapat menarik investor-investor untuk berkontribusi dalam usaha peningkatkan obyek pariwisata pantai lariti

DARTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.  2002.  Prospek Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka cipta
Burkatr. 1981. Perencanaan Kawasan Pariwisata. Denpasar. Alfebela
Cohen. 1974. Pengatar Ilmu Pariwisata. Bandung: PT angkasa
Darsoprajitno H. Soewarno, 2002. Ekologis Pariwisata. Bandung: Angkasa
H. Oka. 2006. Pariwisata Budaya. Jakarta: PT Pradnya Paramita
Karyono. 2002. Perencanaan Pengembangan Pariwisata. Jakarta: PT PadnyaParimita
Krugman. 2003. Prospek Pengembangan Pariwisata. Bandung: Gramedia
Margono. 2009. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT rineka cipta
Paturasi. 2004. Perencanaan Kawasan Pariwisata. Denpasar: Alfabeta
Perce. 1998. Psikologi Pariwisata. Bandung: PT, Rineka cipta
Rangkuti. 2006. Analisis SWOT: teknik membedakankasus bisni. Jakarta
Ryanto, Yadi. 2001. Metodologi Penelitia Pendidikan. Jakarta: Rineka cipta
Soewarno. 2002. Ekologi Pariwisata. Bandung: Angkasa
Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitafi. Bandung; Alfabeta
Suwantoro, Gamal, 1994. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Angkasa
Undang-Undang RI NO. 9. Tentang Kepariwisataan. Jakarta
Wahab. 2003. Manejemen Kepariwisataan, Jakarta: PT pradaya paramita
Wardiayanto, dkk. 2011. Panduan Wisata Muslim. Bandung: Lubuk Agung  



Previous Post
Next Post

0 komentar: