SKRIPSI
ANALISIS PENALARAN PARAGRAF PADA TEKS BERITA UTAMA SURAT KABAR
LOMBOK POST
EDISI APRIL 2015
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (SI) Pada
Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Mataram
|
Oleh:
PENDIDIKAN
BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MATARAM
2016
HALAMAN
PERSETUJUAN
SKRIPSI
ANALISIS PENALARAN PARAGRAF PADA TEKS BERITA UTAMA SURAT KABAR
LOMBOK POST
EDISI APRIL 2015
Telah memenuhi syarat dan disetujui
Tanggal,
2016
Pembimbing I Pembimbing
II
Drs. Akhmad H. Mus,
M.Hum. Erwin, M.Pd.
NIDN 0822086002 NIDN
0809108401
Menyetujui:
Program
Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Mataram
Ketua Program Studi,
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
ANALISIS
PENALARAN PARAGRAF PADA TEKS BERITA UTAMA SURAT KABAR LOMBOK POST
EDISI
APRIL 2015
Skripsi
atas nama Isti Amini telah dipertahankan di depan dosen penguji
Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Mataram
Tanggal,
6 Agustus 2016
Dosen Penguji:
(Drs. Akhmad H. Mus,
M.Hum.
NIDN 0822086002
|
(Ketua)
|
(……………………………)
|
(Dr.
Halus Mandala, M.Hum.
NIDN 0028115706
|
(Anggota)
|
(…………………………....)
|
(Habiburrahman,
M.Pd.
NIDN
0824088701
|
(Anggota)
|
(…………………………....)
|
Mengesahkan:
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
Dekan,
Syafril, S.Pd, M.Pd.
NIDN 0813037501
SURAT
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini
saya mahasiswa Program Studi Pendidikan BahasaSastra Indonesia dan Daerah,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Mataram
menyatakan bahwa:
Nama : Isti Amini
NIM :
11111A0073
Alamat : Gerung
Memang
benar skripsi yang berjudul “Analisis penalaran paragraf pada teks berita
utama surat kabar Lombok Post edisi April 2015” adalah asli karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik di tempat manapun.
Skripsi ini adalah murni gagasan,
rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan
pembimbing. Jika terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah
dipublikasikan, memang diacu sebagai sumber dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Jika di kemudian hari pernyataan
saya ini terbukti tidak benar, saya siap mempertanggung jawabkan, termasuk
bersedia menanggalkan gelar keserjanaan yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya
buat dengan sadar tanpa tekanan dari pihak manapun.
Gerung, Februari
2016
Yang Membuat Surat Pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya,
sehingga skripsi Analisis Penalaran Paragraf pada Teks Berita
Utama Surat Kabar Lombok Post Edisi April 2015 dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi Strata Satu ( S-1 ) Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram.
Penulis
menyadari bahwa selesainya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis seyogyanya mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada :
1.
Drs. Mustamin H. Idris,
MS. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram.
2.
Syafril, S.Pd, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram.
3.
Sri Maryani,
M.Pd. selaku ketua
Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra.
4.
Drs. Akhmad H. Mus, M.
Hum. Selaku dosen pembimbing
utama yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan
sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Erwin, M.Pd. Selaku
dosen pembimbing II, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu yang juga telah memberi kontribusi memperlancar penyelesaian skripsi
ini.
MOTTO
Membahagiakan
kedua orang tua dan
keluargaku
Adalah tujuan hidupku
Menjadi
anak yang berilmu, beriman
dan berbakti adalah cita-citaku
tiada yang bisakitaandalkankecualidirikita
sendiridengansemangatdando’a.
Ketika
Allah SWT mengatakan “Mungkin”
Maka
tidak ada ada yang “Tidak Mungkin”.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini
kupersembahkan untuk
v Bapak dan Ibu tercinta, H. Apudin, S.Pd dan H. Miati yang telah menyediakan telaga surga di telapak kakinya yang di bawahnya
mengalir kasih dan doa, sehingga tiada harga selain membahagiakan dan berbakti
kepadanya,
Amiiin.. Untuk saudaraku yang aku
sayangi. Kakak-Kakakkuku Pera Astuti, S.Pt, Budi Afandi, S.H, Laily Apriani,
A.Md.Gz dan Sri Sumartini, A.Md.Far. Terimakasih
telah membantu dan
memberikan dukungan serta semangat untukku sehingga skripsiku dapat
terselesaikan. Kalian adalah motivasiku.
v Untuk semua senyum
semangat kalian. Keponakan-keponakanku tersayang, Naura Assyifa, Sofia Azzahra,
Nayla Arkina dan Aisyah Ishadi Putri.
v Seseorang
yang dengan
penuh cinta
selalu menemani dan memberikan motivasi terhadapku selama
ini, Fatwa Muzanni.
v Sahabat Tercinta,
sahabat seprjuangan yang selalu membantu dan berjuang bersamaku, Imam Muhadi,
Nina Diah M, Irawati Kasmi, dan Hilviatun.
v Teman-teman
seperjuangan dan almamater tercinta.
Isti
Amini. 2016. Analisis Penalaran Paragraf Pada Teks
Berita Utama Surat Kabar Lombok Post Edisi April 2015. Skripsi.
Mataram:
Universitas
Muhammadiyah Mataram.
Pembimbing 1: Drs. Akhmad H. Mus, M.Hum.
Pembimbing 2: Erwin, M. Pd.
ABSTRAK
Penelitian
ini membahas tentang bentuk penalaran paragraf. Penelitian ini dilaksanakan
dengan tujuan untuk menganalisis dan mengetahui bentuk penalaran paragraf apa
yang digunakan dalam teks berita utama surat kabar Lombok Post edisi April 2015.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai jawabannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai intsrumen kunci, sedangkan teknik pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumenter dan teknik telaah isi, analisis
data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan
dengan menggunakan metode penyajian formal. Hasil penelitian dilakukan dengan
cara mengidentifikasi, klasifikasi, dan interpretasi dan kemudian menentukan
bentuk penalaran yang digunakan dalam
teks berita utama Lombok Post Edisi April 2015. Adapun hasil penelitian pada
teks berita utama Lombok Post edisi April 2015 yaitu, persentase penggunaan
penalaran dengan pola campuran sebanyak 47 persen, deduktif 38 persen, dan
sisanya sebanyak 15 persen menggunakan pola induktif. Dari ketiga bentuk penalaran paragraf tersebut, pada teks berita
utama surat kabar Lombok Post cenderung menggunakan bentuk penalaran campuran.
Kata
Kunci : Penalaran Paragraf, Teks Berita.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................. iii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................. v
HALAMAN MOTTO............................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................... viii
ABSTRAK................................................................................. ix
DAFTAR ISI.............................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah............................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................... 3
1.4.1
Manfaat Teoretis........................................................... 3
1.4.2
Manfaat Praktis............................................................. 4
BAB II
LANDASAN
TEORI
2.1
Peneltian yang Relevan.................................................... 5
2.2 Kerangka Teori................................................................ 7
2.2.1
Bahasa........................................................................... 7
2.2.2
Paragraf......................................................................... 10
2.2.3
Penalaran....................................................................... 15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian....................................................... 20
3.2 Data dan Sumber Data.................................................... 20
3.2.1
Data.............................................................................. 20
3.2.2
Sumber Data................................................................. 21
3.3
Teknik Pengumpulan Data............................................... 21
3.3.1 Teknik
Dokumenter...................................................... 21
3.3.2 Teknik
Telaah Isi........................................................... 22
3.4
Analisis Data.................................................................... 22
3.5
Cara Penyajian Hasil Analisis Data................................. 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Penalaran dengan Pola Deduktif..................................... 25
4.2
Penalaran dengan Pola Induktif...................................... 34
4.3
Penalaran dengan Pola Campuran................................... 39
4.4 Pembahasan..................................................................... 52
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan.......................................................................... 55
5.2 Saran................................................................................ 55
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kehidupan masyarakat sulit
dipisahkan dari keterlibatan jurnalistik. Kehadiran informasi merupakan suatu
kebutuhan manusia yang sangat diperlukan pada abad modern ini. Dikatakan
demikian karena media massa mampu menumbuhkan motivasi bagi masyarakat untuk memperoleh
kesejahteraan dalam hidupnya.
Surat kabar merupakan salah satu media yang berpengaruh besar dalam menyampaikan
berita atau informasi. Surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan
yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat
umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan di mana saja di seluruh
dunia untuk diketahui pembaca (Effendy, 1993:241).
Pada awalnya surat
kabar sering kali diidentikkan dengan pers, namun karena pengertian pers sudah
luas. Di mana media elektronik sekarang ini sudah dikategorikan dengan media
juga. Arti penting surat kabar terletak pada kemampuannya untuk menyajikan
berita-berita dan gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat pada umumnya,
yang dapat mempengaruhi kehidupan modern seperti sekarang ini. Selain itu surat
kabar mampu menyampaikan sesuatu setiap saat kepada pembacanya melalui surat
kabar pendidikan, informasi dan interpretasi mengenai beberapa hal, sehingga
hampir sebagian besar dari masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk
memperoleh informasi.
Surat kabar juga ikut
berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia, khususnya pembaca surat kabar
melalui tulisan-tulisan yang berkualitas. Setiap pembaca mampu meningkatkan
keterampilan dan pemikirannya untuk dapat membahas berita dalam surat kabar. Di dalam surat kabar terdapat berita utama. Berita utama
adalah suatu berita yang dianggap paling layak untuk dimuat di halaman depan,
dengan judul yang menarik perhatian dan menggunakan tipe huruf lebih besar dari
suatu surat kabar (Djunaidy, 1990:19).
Dalam
menulis teks, baik dalam sebuah karangan atau penulisan teks berita, tentunya
selalu dijumpai susunan dari banyak kata yang membentuk kalimat. Kalimat-kalimat
tersebut harus dihubungkan lagi sehingga terbentuk sebuah paragraf. Paragraf adalah
satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan hasil penggabungan beberapa
kalimat (Finoza, 2004:149). Membentuk suatu paragraf dan dapat memahami isi
teks tersebut bukanlah sesuatu yang mudah. Salah satu contohnya adalah menganalisis pola penalaran paragraf
pada suatu teks bukan perkara yang mudah
untuk dilakukan pembaca, diperlukan pemahaman yang mendalam agar pembaca dapat
memahami penggunaan penalaran apa yang terdapat pada teks tersebut.
Penalaran
merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan
yang dihasilkan melalui penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran maka
proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara dan prosedur tertentu. Pola penalaran
paragraf terdiri dari: pola penalaran induktif, pola penalaran deduktit dan
pola penalaran campuran.
Pola penalaran
paragraf induktif dibagi tiga yaitu: generalisasi, analogi, dan kausal.
Pengidentifikasian secara formal suatu paragraf begitu mudah, karena secara
visual paragraf biasanya ditandai adanya
indensasi, untuk menentukan pola
penalaran paragarf
bukan perkara yang mudah untuk dilakukan. Pembaca harus benar-benar memiliki pemahaman dan ketelitian agar dapat
menentukan pola penalaran paragraf apa yang digunakan. Inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk
menganalisis penalaran paragraf pada teks berita utama dalam surat kabar Lombok
post edisi April 2015, agar setiap pembaca mampu meningkatkan keterampilan dan
pemikirannya untuk dapat membahas berita dalam surat kabar tersebut kemudian
menyimpulkan penalaran apa yang terdapat pada teks tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Mencermati latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut. Bagaimanakah bentuk penalaran paragraf pada teks berita
utama surat kabar Lombok post edisi April 2015 ?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk
penalaran paragraf apakah yang digunakan dalam teks berita utama surat kabar
Lombok Post edisi April 2015.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini dapat dimanfaat untuk memeperkaya konsep
dan teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan bahasa khususnya yang
terkait dengan penalaran paragraf dalam surat kabar.
1.4.2
Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan banyak manfaat untuk berbagai pihak. Adapun pihak-pihak yang dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
1)
Bagi pendidikan, dapat menjadi salah satu sumber bahan
pengajaran bahasa Indonesia.
2)
Bagi pembaca, untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dalam bidang bahasa Indonesia khususnya dalam masalah penalaran
paragraf.
3)
Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan
wawasan serta
dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori tentang penalaran paragraf yang telah diperoleh
selama perkuliahan.
4)
Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya
dalam bidang studi bahasa Indonesia khususnya masalah penalaran paragraf.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitin
yang akan dilakukan peneliti pernah dilakukan sebelumnya oleh Muzakir Saif
(2010) dengan judul “KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KALIMAT TOPIK MENJADI PARAGRAF pada
SISWA KELAS IV SDN SUKARAJA TAHUN PELAJARAN 2009-2010“. Hasil penelitiannya
mengungkapkan bahwa: (a) kemampuan individual siswa adalah nilai rata-rata
siswa 68,26 kemampuan sedang dengan
ketuntasan 82,35 % dari jumlah siswa 34 orang, (b) kemampuan kelompok nilai
rata-rata siswa 73,50 kategori tinggi dengan ketuntasan 100%, (c) upaya
peningkatan menggunakan metode tugas berbentuk subjektif dengan pedoman
penilaian yang telah ditetapkan dapat diketahui bahwa kemampuan mengembangkan
kalimat topik menjadi paragraf pada siswa
kelas IV SDN 4 Sukaraja tahun 2009-2010 menunjukan adanya peningkatan. Adapun
kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah kesamaan materi yang diteliti yaitu terkait dengan paragraf. Skripsi
tersebut meneliti tentang pengembangan kalimat
topik menjadi paragraf
sedangkan peneliti akan meneliti terkait dengan pola
penalaran paragraf. Perbedaan yang paling mendasar terletak pada objek yang
diteliti, skripsi di atas meneliti siswa dengan memberikan materi
terkait dengan judul penelitiannya, sedangan peneliti memilih koran (paragraf
pada koran) sebagai objek untuk diteliti. Selain itu perbedaannya juga terletak pada rancangan
penelitiannya, skripsi di atas menggunakan PTK (penelitian tidakan kelas)
sedangkan peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Penelitian lain yang juga
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Titi Asniawati (2014) dengan judul “ANALISIS PEMAKAIAN HURUF
KAPITAL dan KESALAHAN PENULISAN KATA pada TAJUK RENCANA KORAN LOMBOK POST
PERIODE 2013“. Berdasarkan hasil penelitiannya, peneliti mengungkapkan
kesalahan-kesalahan pemakaian kata yang terjadi pada tajuk rencana koran Lombok
Post meliputi: (a) kesalahan penulisan huruf kapital yaitu penulisan nama bulan
yang ditulis dengan huruf kecil dan penulisan huruf kapital, (b) kesalahan penulisan kata berimbuhan yaitu,
kesalahan awalan atau prefiks, kesalahan
akhiran atau sufiks dan kesalahan konfiks. Kesalahan penulisan kata depan di
dan ke paling banyak ditemukan dalam penelitian ini. Adapun persamaan skripsi
di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama
meneliti dengan menggunakan objek koran, selain itu persamaan lainnya terletak
pada rancangan penelitian yang dilakukan yaitu sama-sama menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Terdapat perbedaan antara skripsi di atas dengan
penelitian yang akan dilakukan peneliti, skripsi ini menganalisis kesalahan
ejaan yang terdapat pada tajuk rencana koran, sedangkan penelitian yang akan
dilakukan peneliti adalah menganalisis bentuk penalaran paragraf pada teks
berita pada koran tersebut.
2.2
Kerangka Teori
2.2.1
Bahasa
Bahasa
merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan maupun secara
tertulis (Rohmadi dan Yakub, 2010:11). Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu
makna atau pengertian, sehingga seringkali membingungkan. Dalam pendidikan
formal di SMA, bahasa adalah alat komunikasi. Sedangkan definisi bahasa menurut
Sapir, Badudu, dan Keraf bahasa itu tidak menonjolkan fungsi, tetapi
menonjolkan sosok bahasa itu. Definisi bahasa yang sejalan dengan pakar lain,
kalau dibutiri
akan didapatkan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau
ciri itu antara lain, adalah: (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa
itu berwujud lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat
arbitrer, (5) bahasa itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvesional, (7)
bahasa itu bersifat unik, (8) bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu
produktif, (10) bahasa itu bervariasi, (11) bahasa itu bersifat dinamis, (12)
bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi sosial , dan (13) bahasa itu merupakan
identitas penutupnya (Chaer, 2007:32-33).
Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau
komponen-komponen yang secara teratur tersusun menurut pola tertentu dan
membentuk suatu kesatuan. Sebagai sebuah sistem, bahasa itu sekaligus bersifat sistematis dan
sistemis. Dengan sistematis, artinya bahasa itu tersususn menurut suatu pola,
tidak tersusun secara acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya
bahasa itu bukan merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari
sub-subsistem atau sistem bawahan. Di sini dapat disebutkan, anatara lain:
subsitem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan subsitem
semantik. Bandingkanlah dengan sebuah sepeda yang terdiri juga dari subsistem
kemudi, subsitem pedal, dan subsitem roda. Tiga unsur dalam setiap subsistem
juga tersusun menurut aturan atau pola tertentu, yang secara keseluruhan
memebentuk satu sistem. Jika tidak tersusun menurut atauran atau pola tertentu
, maka subsistem itu pun tidak dapat berfungsi. Jenjang subsistem ini dalam
lingusitik dikenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahsa. Jika
diurutkan dari tataran yang terendah sampai tataran yang tertinggi, dalam hal
ini yang menyangkut ketiga subsitem struktural di atas adalah tataran fonem,
morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Tataran fonem masuk dalam
bidang kajian fonologi, tataran morfem dan kata masuk dalam bidang kajian
morfologi, tataran frasa, klausa, kalimat dan wacana masuk dalam bidang kajian
sintaksis. Tetapi perlu dicatat, bahwa kata selain dikaji dalam morfologijuga
dikaji dalam sintaksis. Dalam morfologi, kata menjadi satuan terbesar,
sedangkan dalam sintaksi menjadi satuan terkecil. Dalam kajian morfologi kata
itu dikaji struktur dan proses pembentukannya, sedangkan dalam sintaksi dikaji
sebagai unsur pembentuk satuan sintaksi yang lebih besar.
Berikut merupakan definisi secara
ringkas tiap-tiap subsistem bahasa dari yang terkecil sampai terbesar.
1)
Fonem, fonem adalah bunyi-bunyi yang berpotensi
sebagai pembeda makna (Wijana, 2009:22). Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi
fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata
yang mengandung bunyi tersebut lalu membandingkannya dengan suatu bahasa lain
yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama, kalau ternyata kedua satuan
bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah sebuah fonem,
karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua satuan bahasa itu.
Misalnya, kata Indonesia laba atau raba. Kedua kata itu mirip, masing-masing
terdiri empat buah bunyi, yang pertama mempunyai bunyi /l/. /a/, ./b/, dan /a /
dan yang kedua mempunyai bunyi /r/, /a/. /b/, dan /a/ (Chaer, 2007:125).
2)
Morfem, morfem adalah satuan gamatikal terkecil yang
berperan sebagai pembentuk kata (Wijana, 2009:33). Menentukan sebuah satuan
bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di
dalam kehadirannya dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata
bisa hadir secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut
adalah sebuah morfem (Chaer, 2007:147).
3)
Kata, kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang
tidak dapat dibagi menjadi bentuk bebas yang lebih kecil lagi (Wijana,
2009:33). Kata sering kita dengar dan sering kita gunakan. Apakah kata itu
? para linguis yang sehari-hari bergelut
dengan kata ini, hingga dewasa ini kirannya tidak pernah mempunyai kesamaan
pendapat mengenai konsep apa yang disebut kata itu. Batasan kata yang umum kita
jumpai dalam berbagai buku lingusitik umum Eropa adalah bahwa kata merupakan
bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak berubah
dan ke luar mempunyai kemungkinan mobilitasdi dalam kalimat. Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak
dapat berubah, serta tidak dapat diselipi atau diselang oleh fonem lain. Jadi misalnya,
kata sikat urutan fonemnya adalah /s/, /i/, /k/, /a/, dan /t /. Urutan itu
tidak dapat diubah misalnya menjadi /s/, /k/, /a/, /i/, dan /t/ atau diselipi fonem lain misalnya, menjadi /s/, /i/, /u/ /k/, /a/, dan /t/. Kedua,
setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat atau
tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain (Chaer, 2007:162).
4)
Frase, frase lazim didefinisikan sebagai satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Baik dari definisi yang
pertama maupun yang kedua kita lihat bahwa yang namanya frase itu pasti terdiri
dari lebih dari sebuah kata. Dari definisis itu juga trelihat bahwa frase
adalah konstruksi nonpredikatif. Ini berarti, hubungan antara kedua unsur yang membentuk
frase itu tidak berstruktur subjek- predikat atau berstruktur predikat-objek.
Oleh karena itu, konstruksi seperti adik mandi dan menjual sepeda bukan frase,
tetapi konstruksi kamar mandi dan bukan sepeda adalah frase. Dari definisi itu
terlihat pula bahwa frase adalah konstituen pengisis fugsi-fungsi sintaksis. Oleh karena itu dapat dikatakan kelompok kata-kata yang
berbeda (Chaer, 2007:222).
5)
Kalimat, kalimat adalah
satuan lingual yang diakhiri oleh lagu akhir selesai baik lagu akhir selesai
turun maupun naik (Wijana, 2009:56). Kalimat itu sesuatu yang digunakan
langsung dalam berbahasa, maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat
definisi kalimat dengan mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat interaksi dan
kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan. Dari rumusan yang
disimpulkan, bahwa yang penting atau menjadi dasar kalimat adalah konstituen
dasar dan intonasi final sebab konjungsi hanya ada kalau diperlukan. Konstituen
dasar itu biasanya berupa klausa, jadi kalau pada sebuah klausa diberi intonasi
final maka akan terbentuklah kalimat (Chaer, 2007:240)
6)
Paragraf, paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang
terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat
untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca (Tarigan,
2009:7). Paragraf dapat terdiri dari satu atau sekelompok kalimat yang saling
berkaitan (Kridalaksana, 2008:173). Paragraf atau sering juga disebut alinea
merupakan bagian dari suatu karangan yang penulisannya dimulai dengan baris
baru dan merupakan suatu kesatuan pikiran yang berisikan satu ide pokok dalam
rangkaian kalimat-kalimat. Jadi paragraf merupakan kumpulan beberapa kalimat
yang mengandung satu ide pokok dan merupakan bagian dari sebuah karangan utuh
yang mendukung topik pembicaraan karangan tersebut.
7)
Wacana, banyak
dan berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat orang. Namun, dari sekian banyak definisi yang dan yang berbeda-beda itu, pada
dasarnya menekan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam
hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat
konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca
(dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun.
Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau
terbesar, berarti wacana itu dibentuk dari
kalimat-kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan
wacana lainnya. Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi kalau dalam
wacana itu sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu adanya keserasian
hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut. Bila wacana itu
kohesif, akan terciptalah kekoherensian yaitu isi wacana yang apik dan benar (Chaer, 2007:267).
2.2.2
Paragraf
Kita sering
mendengar
istilah paragraf. Istilah tersebut sering digunakan, baik dalam percakapan
maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan. Paragraf adalah satu kesatuan yang terdiri atas
seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk
menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca supaya pikiran
tersebut dapat diterima oleh pembaca. Paragraf harus tersususn secara
logis-sistematis. Alat bantu unuk menciptakan susunan
logis-sisitematis itu adalah unsur-unsur penyususnan paragraf,
seperti transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas (Tarigan, 2009:7-15).
1)
Transisi adalah mata rantai
penghubung antar-paragraf. Transisi berfungsi sebagai penghubung jalan pikir
dua paragraf yang berekatan. Transisi tidak selalu harus ada dalam paragraf.
Kehadiran transisi dalam paragraf bergantung pada pertimbangan pengarang.
2)
Kalimat topik, dalam bahasa
Inggris, kita mengenal istilah-istilah, major
point, main idea, central idea, dan topic
sentence. Keempat-empatnya bermakna sama mengacu kepada pengertian kalimat
topik. Dalam bahasa Indonesia, kita pun mengenal istilah-istilah seperti
pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok, dan kalimat pokok. Kalimat topik
adalah perwujudan pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak
3)
Kalimat pengembang, susunan
kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai
perluasan pemaparan ide pokok yang
bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topik yang
bersifat kronologis, biasanya menyangkut hubungan antara benda atau kejadian
dan waktu. Urutannya masa lalu, kini, dan yang akan datang. Bila pegembangan
kalimat topik berhubungan dengan jarak, hal ini biasanya menyangkut hubungan
antara benda, peristiwa atau hal, dan ukuran jarak. Urutannya dimulai dari
jarak yang paling dekat, lebih jauh, dan paling jauh. Bila pengembangan kalimat
topik berhubungan dengan sebab-akibat, kemungkinan urutannya sebab dinyatakan
terleboi dahulu lalu diikuti akibatnya. Atau sebalinya, akibatnya dinyatakan
pertama-tama baru dipaparkan sebabnya. Penyususnan urutan kalimat pengembang
yang berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga,
dan seterusnya.
4)
Kalimat Penegas adalah
elemen paragraf yang keempat dari terakhir. Elemen pertama adalah transisi,
elemen kedua adalah kalimat topik, elemen ketiga adalah kalimat pengembang. Fungsi
kalimat penegas ada dua. Pertama, kalimat penegas sebagai pengulang atau
penegas kembali kalimat topik. Kedua, kalimat penegas sebagai daya penarik bagi
para pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan.
Paragraf merupakan rangkaian
kalimat yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan pokok pembahasan.
Paragraf
umunya terdiri dari beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut saling berkaitan
satu sama lain dan mengusung satu pokok pikiran tertentu. Paragraf
juga terdiri
dari unit pikiran atau perasaan yang biasanya tersusun atas beberapa unit
kalimat yang bertindak sebagai bagan dari unit yang lebih besar (Akhadiah,
1988:144). Adapun syarat
pembentukan suatu paragraf adalah sebagai berikut ( Rohmadi dan Yakub, 2010:
43-47).
1) Kesatuan Paragraf
Setiap paragraf harus memiliki suatu gagasan pokok. Gagasan pokok
tersebut dituangkan dalam kalimat topik, maka gagasan pokoknya perlu
dikembangkan secara rinci. Apabila dalam sebuah paragraf terdapat lebih dari
satu gagasan pokok maka paragraf itu tidak memiliki kesatuan, untuk
mengatasinya dua gagasan pokok itu harus
dipisahkan ke dalam dua paragraf yang berbeda sehingga masing-masing paragraf
akan memiliki kesatuan.
2) Kepaduan Paragraf (koherensi)
Kalimat yang membangun paragraf biasanya terdiri dari
empat sampai delapan kalimat. Kalimat-kalimat dalam paragraf itu harus memiliki
kepaduan yang dibangun dari kalimat
topik. Kepaduan antar
kalimat dalam paragraf itu meliputi dua macam, yakni kepaduan makna dan kepaduan bentuk. Kepaduan makna
adalah kepaduan informasi yang disebut koherensi dan kepaduan dibidang bentuk
disebut kohesi.
Paragraf yang memiliki kepaduan informasi bersifat koheren dan kepaduan dibidang bentuk berifat kohesif.
3) Kelengkapan Paragraf
Syarat ketiga pembentukan paragraf yang baik adalah adanya kelengkapan. Kelengkapan paragraf ini sangat penting sebab informasai yang
disampaikannya dapat tuntas. Untuk itu, kalimat-kalimat
pendukung harus dapat memberikan kejelasan kalimat topik.
Paragraf dapat dikatakan memiliki kelengkapan jika
kalimat topiknya dapat dikembangkan dengan kalimat pendukung yang cukup.
Adapun fungsi paragraf,
yaitu (1) Sebagai penampung dari sebagian kecil atau ide pokok keseluruhan
karangan dan (2) memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide. Paragraf yang
baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu merupakan bagian
yang integral dari ide pokok yang terkandung dalam keseluruhan
karangan. Ide pokok pragraf tidak hanya merupakan bagian dari ide pokok
keseluruhan, tetapi juga memiliki relevansi dan menunjang ide pokok tersebut.
Melalui ide pokok yang tersirat dari setiap paragraf, pembaca akan sampai pada
pemahaman
total (Tarigan, 2009:5).
Jenis-jenis paragraf ditinjau dari letak kalimat pokok paragraf terbagi
menjadi: paragraf deduktif, induktif, campuran dan narasi deskripsi.
a. Paragraf
deduktif, paragraf yang kalimat topiknya terletak di awal paragraf. Kalimat
topik tersebut dikembangkan dengan pemaparan atau pun deskripsi sampai
bagian-bagan kecil sehingga pengertian kalimat topik yang bersifat umum menjadi
jelas (Tarigan, 2009:26).
b. Paragraf
induktif, adalah paragraf yang kalimat topiknya terletak di akhir paragraf.
Paragraf dimulai dengan penjelasan bagian-bagian kongkret atau khusus yang
dituangkan dalam beberapa kalimat pengembang (Tarigan, 2009:27)
c. Paragraf
campuran, paragraf yang kalimat topiknya terdapat pada kalimat pertama dan kalimat
terakhir. Paragraf dimulai dengan kalimat topik disusul kalimat pengembang dan diakhiri
kalimat penegas (Tarigan, 2009:27).
d. Paragraf
narasi deskripsi, paragraf yang memiliki kalimat topik dan kalimat pengembang.
Semua kalimat yang terdapat pada paragraf merupakan kalimat topik.
Jenis-jenis paragraf ditinjau dari isinya dibedakan menjadi: paragraf eksposisi,
deskripsi, argumentasi, persuasi, dan narasi
a.
Paragraf eksposisi, adalah paragraf yang
tulisannya memaparkan susuatu fakta atau kejadian dan memberikan informasi
mengenai sebuah teori, teknik, kiat atau petunjuk sehingga orang yang
membacanya akan bertambah wawasan. Ciri-ciri paragraf eksposisi
adalah:mengandung informasi di dalamnya, karya tulis yang bersifat nonfiksi
atau ilmiah, bertujuan menjelaskan dan memaparkan suatu kejadian dan peristiwa,
dan berdasarkan fakta.
b.
Paragraf deksripsi, adalah merupakan gagasan
pokok yang menggambarkan suatu objek sehingga para pembaca seakan dapat
melihat, mendengar atau merasakan objek tersebut secara langsung.
c.
Paragraf persuasif, adalah paragraf yang
bertujuan untuk meyakinkan pembaca
disertai dengan fakta-fakta dan bukti
untuk mendukung paragraf persuasif agar pembaca melaksanakan atau
menerima gagasan penulis terhadap suatu hal.
d.
Paragaraf argumentasi, paragraf yang berisi
ide atau gagasan dengan bukti-bukti yang kuat dan alasan yang mendukung untuk
meyakinkan pembaca dengan isinya yang mengemukakan suatu pendapat yang
diyakini.
e.
Paragraf narasi, paragraf yang menceritakan
rangkaian kejadian atau peristiwa yang
disusun berdasarkan urutan waktu terjadinya kejadian tersebut.
2.2.3
Penalaran
Penalaran adalah proses
berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empiris)
yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya yang tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar. Dalam penalaran, penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Penalaran adalah proses berfikir dengan mengubungkan bukti-bukti, fakta, petunjuk atau eviden menuju kepada suatu
kesimpulan (Keraf, 1985:5). Adapun
ciri-ciri penalaran yakni, (1) adanya suatu pola pikir yang secara luas disebut
logika, (2) bersifat analitis yakni kegatan penalaran tidak terlepas dari daya
imajinatif seseorang dalam merangkai petunjuk-petunjuk ke dalam suatu pola
tertentu, dan (3) bersifat rasional.
Pola Penalaran paragraf
dibagi menjadi tiga pola yaitu pola penalaran induktif, pola penalaran deduktif
dan pola penalaran campuran (Tarigan,
2009: 25).
1)
Pola penalaran induktif
Pola penalaran induktif atau yang berpolakan khusus –umum adalah suatu proses berpikir yang berupa
penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang hal-hal yang
khusus. Artinya, dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik suatu kesimpulan. Kesimpulan
umum yang diperoleh melalui suatu penalaran induktif ini bukan merupakan bukti.
Hal tersebut dikarenakan aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa
contoh khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus. Paragraf yang
berpolakan induktif khusus-umum, kerangka paragraf yang tergolong dalam
kategori induktif adalah kalimat pengembang dan kalimat topik (Tarigan,
2009:26).
Aspek dari Pola penalaran induktif dibagi
menjadi 3 bagian, yaitu generalisasi, analogi dan kausal.
a. Generalisasi
Sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau generalisasi
adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sebagaian dari gejala
serupa. Dari sejumlah fakta atau gejala khusus yang diamati ditarik kesimpulan
umum tentang sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses penarikan
kesimpulan yang dilakukan dengan cara
itu disebut dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah pernyataan yang
berlaku umum untuk semua atau sebagian gejala yang diamati. Karena itu suatu
generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang menonjol, bukan rincian. Di
dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan
dengan fakta-fakta, contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang
merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelasan lebih lanjut.
Contoh :
Murid laki-laki itu
pergi ke sekolah, dia memakai seragam sekolah.
Murid perempuan itu
pergi ke sekolah, dia memakai seragam sekolah.
Generalisasi : Semua
murid yang pergi ke sekolah memakai seragam sekolah.
b.
Analogi
Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu
gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang
mempunyai hubungan dengan gagasan yang pertama. Pengembangan analogi biasanya digunakan untuk
membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang tidak dikenal umum. Analogi sangat
tepat untuk menganalogikan sesuatu yang belum dipahami dengan sesuatu yang
sudah sagat dikenal. Paragraf dengan pola
analogi atau perbandingan yakni paragraf yang berisikan perbandingan akan dua
hal. Kalimat topik tersebut dikembangkan dengan memerinci perbandingan tersebut
dalam bentuk yang kongkret atau bagian-bagian kecil (Tarigan, 2009:28).
Contoh:
Struktur suatu
karangan atau buku pada hakikatnya mirip atau bersamaan dengan struktur suatu
pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi pkk (batang), dahan, ranting, dan
daun maka karangan pun dapat diuraikan menjadi tubuh (body) bab, subbab, dan paragraf. Batang sebanding dengan tubuh (body) karangan, cabang sebanding dngan
bab ranting dengan subbab, dan daun sebanding dengan paragraf.
c. Kausal (sebab-akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat)
merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa
yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu
gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab. Paragraf kausal atau sebab-akibat, Paragraf yang kalimat
topiknya dikembangkan oleh kalimat-kalimat sebab akibat (Tarigan, 2009:29).
Pada umumnya cara berpikir seperti itu
sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam
dunia ilmu pengetahuan.
Contoh :
Nilai ujian akhir Cecep pada semester pertama
ini rata-rata baik. Dia pantas mendapat nilai tersebut karena ia telah bekerja
keras dan tekun. Cecep rajin mengikutu setiap pelajaran yang diberikan oleh
guru bidang studi. Ia tidak lupa membaca dua sampai tiga buku tambahan untuk
melengkapi setiap mata pelajaran. Setiap diskusi yang diadakan oleh teman
sekelasnya, ia selalu tampil sebagai pembicara. Rata-rata 4 jam sehari, ia
belajaar sendiri di rumah. Bahkan, ia tidak segan-segan bertanya kepada guru
bila ada hal-hal yang belum mengerti atau belum jelas baginya (Tarigan,
2009:29).
2)
Pola Penalaran deduktif
Pola Pernalaran deduktif merupakan
metode untuk menarik kesimpulan dengan menghubungkan data-data yang bersifat
umum, kemudian dijadikan suatu simpulan atau fakta yang khusus. Paragaraf yang
berpolakan deduktif atau umum ke khusus kerangka paragrafnya berupa kalimat topik
dan kalimat pengmbang
Contoh :
Harga
sebagian barang pkok bergerak naik. Beras seminggu lalu berharga Rp5.00,00/kg
kini berubah jadi Rp6.000,00/kg. Gula pasir melonjak dari Rp5.000,00/kg menjadi
Rp6.500,00/kg. Minyak kelapa mengalami penaikan yang sangat tinggi mencapai Rp
12.00/liter dari sebelumnya Rp7.500,00. Terigu kini mencapai Rp7.00,00/kg
sedangkan seminggu lalu masih Rp5.000,00 (Tarigan, 2009:26).
Contoh di atas
memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat topik. Hal ini terlihat
pada pernyataan yang merangkum semua pernyataan dalam paragraf tersebut.
Sementara itu, kalimat-kalimat selanjutnya merupakan pengembangan dan kalimat
topik tersebut.
3)
Pola
Penalaran Campuran
Paragraf yang berpolakan
campuran, seperti umum-khusus-umum dan khusus-umum-khusus. Kerangka paragraf
yang termasuk dalam pola penaralan ini adalah kalimat topik, kalimat pengembang dan kalimat penegas.
Contoh:
Gengsi
irama dangdut semakin meningkat. Bila dahulu irama ini dianggap kampungan,
peralatan asal ada dan pertunjukannya pun di daerah pinggiran, kini suasana
berubah. Irama dangdut tidak lagi dianggap sebagai kampungan. Peralatannya
lengkap, megah dan modern tidak kalah dengan peralatan grup musik pop.
Artis-artisnya tidak kalah hebat dari artis grup musik terkenal, baik dalam
cara berpakaian, bergaya maupun dalam suara. Irama dangdut sudah biasa muncul
dari tempat-tempat mewah, seperti hotel, klub malam, dan mobil-mobil mewah.
Jelaslah bahwa irama ini sudah menembus kaum “gendongan” dan kampus. (Tarigan,
2009:26).
Kalimat topik pada paragraf
di atas adalah gengsi irama dangdut semakin meningkat. Kalimat topik ini
terdapat pada kalimat pertama paragraf tersebut. Setelah diselingi oleh
kalimat-kalimat pengembang, kalimat topik tersebut ditegskan kembali dalam
kalimat terakhir dengan bahasa yang berbeda.
BAB III
METODE
PENELITIAN
3.1
Rancangan Peneltian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Arikunto, 2002:13). Jadi,
metode penelitian merupakan cara yang dilakukan seorang
peneliti dalam mengumpulkan data-data hasil penelitiannya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai jawabannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intsrumen kunci, sedangkan
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014:9). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif karena peneliti akan
mendeskripsikan bentuk penggunaan penalaran paragraf apa saja yang digunakan pada teks berita utama
surat kabar Lombok Post edisi April 2015.
3.2 Data dan Sumber Data
3.2.1
Data
Suatu hal yang
perlu disadari adalah data berbeda dengan objek penelitian. Data
sebagai bahan penelitian, yaitu bahan jadi (lawan dari bahan mentah), yang ada
karena pemilihan aneka macam tuturan
(bahan mentah). Sebagai bahan penelitian, maka di dalam data terkandung objek
penelitian dan unsur lain yang membentuk data yang disebut kontets (Mahsun, 2013:18). Data pada dasarnya merupakan bahan mentah yang dikumpulkan oleh
peneliti. Data dalam penelitian ini adalah berupa paparan berita yang terdapat pada teks berita utama surat kabar Lombok Post edisi April 2015.
3.2.2
Sumber Data
Bila dilihat dari sumber
datanya, maka pengumpulan data menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpulan data dan sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data misalnya melalui dekomen (Sugiyono, 2012:308).
Sumber data dalam penelitian ini adalah surat kabar Lombok Post edisi April 2015.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama
penelitian adalah mendapatkan data (Sugiono, 2012:308). Agar
memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan tujuan penelitian maka teknik
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik dokumenter dan teknik
talaah
isi.
3.3.1
Teknik dokumenter
Teknik
dokumenter merupakan teknik pengumpulan data yang menggunakan data atau
informasi yang tersimpan dalam bentuk dokumentasi. Data atau informasi yang
digunakan dalam dokumentasi harus berupa data yang belum terlalu lama sehingga
diyakini keasliannya (Nawawi,
dkk, 1994:94). Adapun bentuk dokumentasi pada penelitian ini adalah kumpulan koran
Lombok Post Edisi April 2015.
3.3.2
Teknik telaah isi
Teknik telaah isi yakni membaca dengan
teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide (Tarigan,
1993:30). Peneliti menggunakan teknik
telaah isi karena untuk memahami dan untuk menentukan penalaran paragraf pada
berita harus dengan cara membaca dengan seksama, membaca dengan teliti dan
memahami dengan cermat isi dari berita utama dalam surat kabar
Lombok Post edisi April 2015, sehingga dapat
disimpulkan pola penalaran paragraf apa saja yang digunakan dalam teks berita
tersebut.
3.4
Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat
penting dalam metode ilmiah, karena
analisis data
tersebut
dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian
(Nazir, 2005:346).
Analisis data dalam suatu penelitian bertujuan untuk menyampaikan data
dan membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu yang teratur serta
tersusun dan lebih berarti (Marzuki, 1989:87). Setelah data terkumpul, selanjutnya peneliti dapat
menganalisi data. Metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Analisis data
deskriptif kualitatif adalah cara menganalisis data dengan mendeskripsikan
suatu situasi tertentu secara sisematis dan akurat atau membuat deskripsi atau
narasi semata-mata dari suatu fenomena (Danim, 2002:51). Data yang dianalisis berbentuk kata-kata,
gambaran-gambaran yang diperoleh dengan cara menelaah buku atau dokumen-dokumen
termasuk didalamnya deskriptif mengenai situasi (Danim,
2002: 61).
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1)
Identifikasi
Pada langakah ini, peneliti melakukan pengamatan dengan cara membaca
keseluruhan paragraf pada berita utama surat kabar lombok post secara berulang
ulang dan secara teliti untuk mengumpulkan data tentang penalaran paragraf
sehingga dapat menemukan penggunaan penalaran pargraf apa yang digunakan dalam
berita utama surat kabar Lombok Post edisi April 2015.
2)
Klasifikasi
Setelah dilakukan identifikasi, maka langkah selanjunya adalah
mengklasifikasikan bentuk penalaran paragraf apa yang digunakan dalam paragraf
berita tersebut. Sehingga dapat diketahui penggunaan bentuk penalaran apa saja
yang tedapat pada surat kabar tersebut.
3)
Interpretasi
Setelah melakukan klasifikasi dan identifikasi terhadap penalaran
paragraf yang terdapat pada teks berita utama dalam surat kabar Lombok Post
edisi April. Langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi secara mendalam
terhadap paragraf berita utama surat
kabar Lombok Post lalu menarik kesimpulan dari paragraf tersebut.
3.5
Cara Penyajian Hasil
Data
Hasil analisis data yang berupa temuan
penelitian sebagai jawaban atas masalah yang hendak dipecahkan haruslah
disajikan dalam bentuk teori. Dalam menyajkan hasil temuan peelitian terdapat
dua metode yaitu metode formal dan metode informal (Mahsun, 2013:279).
Hasil analisis data dalam penelitian ini akan
disajikan dengan menggunakan metode penyajian formal. Metode formal digunakan
untuk pemaparan hasil analisis data yang berupa penjelasan tentang pola penalaran paragraf
apa yang terdapat pada berita utama surat kabar Lombok Post
edisi April 2015.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Penalaran
dengan Pola Deduktif
Penalaran dengan pola
deduktif ditemukan pada surat kabar Lombok Post edisi April 2015, antara lain
adalah sebagai berikut.
Tim Reformasi
tata kelola migas menyebutkan banyak cela dalam penentuan harga bahan bakar
minyak (BBM). Dari data yang dimiliki, pemerintah ternyata belum punya rumus
baku penentuan harga premium. Ketua tim RKTM faisal Basri mengatakan,
pemerintah masih mencari pola keseimbangan baru. Tiap bulan, terutama ketika
ada momentum untuk menaikan atau menurunkan harga bensin, rumus hitungannya
berubah. Seperti sebelum Januari 2015, menggunakan Alpha Rp 728 per liter atau
3,23 persen dari MoPS. Lantaran tidak ada klasifikasi RON 88 (premium),
pemerintah menggunakan acuan MoPS RON 92 (pertamax plus) ditambah RP 484.
Begitu juga saat menurunkan premium pada 1 januari dari Rp 8.500 mnjadi Rp
7.600 rumusannya berubah lagi. Hitungannya sangat rumit, tidak mudah dicerna
oleh masyarakat. (Sumber berita: koran Lombok Post edisi Kamis, 2 April 2015
dengan judul “HARGA PREMIUM KEMAHALAN”).
Terdapat penggunaan
penalaran dengan pola deduktif pada berita tersebut, yakni berpola umum-khusus.
Diturunkan dari gejala atau fakta yang bersifat umum lalu dipaparkan rincian
dari fakta tersebut. Pada berita tersebut penulis mengungkapan masalah terkait
harga premium yang naik. Pada kalimat pertama penulis mengungkapkan banyak cela
yang dilewati dalam penentuan harga bahan bakar minyak. Kalimat pertama
tersebut merupakan kalimat topik yang sifatnya umum. Hal ini terlihat pada
pernyataannnya yang merangkum semua pernyataan dalam paragraf tersebut. Kemudian,
kalimat-kalimat selanjutnya merupakan pengembangan dari kalimat topik tersebut.
Kalimat-kalimat tersebut menyatakan tentang fakta-fakta yang mendukung terkait
permasalahan yang dimunculkan terkait dampak dari penentuan harga bahan bakar
minyak.
Terdapat Penggungaan pola
penalaran pada berita berikutnya.
Gerhana
bulan total tadi malam rupanya sudah ditunggu-tunggu waga Mataram. Sebagian
warga sengaja keluar rumah selepas magrib untuk meyaksikan langsung fenomena
alam ini. Ada yang berkumpul di area terbuka ada juga yang naik ke lantai atas
masjid, agar bisa melihat dengan jelas peristiwa langka ini. Seperti
dilingkungan irigasi Kelurahan Taman Sari, Ampenan. Warga beramai-ramai kumpul
di halaman kompleks. Mereka mengabadikan gambar gerhana bulan total dengan
menggunakan kamera dan handpone genggam. “sangat senang bisa melihat gerhana”
kata Raja, salah seorang remaja yang turut meyaksikan bersama orag tuanya.
(Sumber berita: koran Lombok Post edisi Minggu, 5
April 2015 dengan judul “GERHANA BULAN TOTAL PUKAU WARGA MATARAM”).
Terdapat penggunaan
penalaran dengan pola deduktif pada berita tersebut, yakni berpola umum-khusus.
Diturunkan dari fakta yang bersifat umum lalu dipaparkan rincian dari fakta
tersebut. Pada berita tersebut penulis mengungkapan fakta tentang fenomena
gerhana. Pada berita di atas penulis dengan jelas mengungkapkan kalimat topik
di awal paragraf yakni terkait fenomena gerhana bulan total yang sudah sangat
ditunggu masyarakat. Kalimat pertama tersebut merupakan kalimat topik yang
sifatnya umum. Hal ini terlihat pada kalimat tersebut merangkum semua
kalimat-kalimat yang ada dalam paragraf tersebut. Kemudian, kalimat-kalimat selanjutnya
merupakan pengembangan dari kalimat topik. Kalimat-kalimat tersebut menyatakan
tentang fakta yang yang terjadi di masyarakat menjelang terjadinya fenomena
alam yang langka terjadi. Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut.
Kalimat topik: “Gerhana bulan total tadi
malam rupanya sudah ditunggu-tunggu waga Mataram”.
Kalimat pengembang: “Sebagian warga sengaja
keluar rumah selepas magrib untuk
meyaksikan langsung fenomena alam ini. Ada yang berkumpul di area terbuka ada
juga yang naik ke lantai atas masjid, agar bisa melihat dengan jelas peristiwa
langka ini”.
Terdapat penggunaan pola deduktif pada berita
berikutnya.
Misfalah, petani di kelurahan Gerantung,
Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah harus menunggu dua hari agar satu ton
gabahnya mendapat pembeli. Padahal sempat dilihat beberapa tengkulak tapi
lantaran harga tak cocok mereka balik badan. Tak kuasa menunggu, akhirnya Mis
sapaannya pasrah. Dia melepas gabahnya dengan harga Rp 340 ribu sekuintal atau
RP 3400 per kilogram. “maunya harganya Rp 370 ribu sekuintal, tapi nggak ada
yang berani,” kata Mis pada Lombok Post pekan lalu. Dia sebetulnya tak paham
kisaran harga di pasaran. Mantan buruh migran di Malaysia itu hanya menaksir-naksir. Sebab dari
berbagai cerita, sebelum ramai panen harga gabah melonjak tinggi. Bahkan sempat
melampaui harga Rp 400 ribu per kuintal.
(Sumber berita: koran Lombok Post edisi Rabu 8, April 2015 dengan
judul “HARGA GABAH ANJLOK, PETANI PECOK” ).
Pola penalaaran yang digunkan adalah deduktif, yakni
yang berpola umum-khusus. Karena diturunkan dari data yang bersifat umum
diikuti dengan pernyataan-pernyatan yang khusus sebagai rincian dari data
tersebut. Di dalam berita tersebut
penulis mengungkapkan masalah terkait dengan turunnya harga gabah. Pada berita
di atas penulis dengan jelas mengungkapkan kalimat topik di awal paragraf yakni
terkait tentang fakta seorang petani yang harus menunggu berhari-hari untuk
menjual gabahny.. Kalimat pertama tersebut merupakan kalimat topik. Hal ini
terlihat pada pernyataannya tersebut merangkum semua pernyataan-pernyataan yang
ada dalam paragraf tersebut. Pada kalimat berikutnya, penulis mengungkapakan
fakta-fakta yang merupakan pengembangan
dari kalimat topik tersebut. Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut.
Kalimat topik : “Misfalah, petani di kelurahan Gerantung, Kecamatan Praya Tengah,
Lombok Tengah harus menunggu dua hari agar satu ton gabahnya mendapat pembeli”.
Di dalam
berita tersebut juga ditunjang dengan data statistik terkait harga gabah,
sebagai penjelasan lebih lanjut. Terdapat penggunaan pola deduktif pada berita
berikutnya.
Kunjungan presiden Joko Widodo ke NTB di
harapkan membawa angin segar terutama untuk percepatan pembangunan daerah.
Pesawat kepresidenan yang membawa presiden dan ibu Negara Irian, Jokowi dengan
rombongan mendarat sekitar pukul 17.53 Wita. Dalam pertemuan tertutup di rung
VIP Bandara Internasional Lombok beberapa saat setelah mendarat, Presiden
sangat serius memperhatikan empat pembangunan fisik di NTB. “Kita dari Provinsi
menyampaikan presentasi mengenai pemberangunan di NTB. Ada empat hal yang kami
singgung di hadapan presiden,” kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) NTB Ridwan Syah, usai mengikuti pertemuan.
(Sumber berita: koran Lombok Post, edisi Jum’at, 10 April 2015
dengan judul “JOKOWI DATANG BAWA HARAPAN”).
Pada berita tersebut terdapat
penggunaan penalaran dengan pola deduktif, yakni berpola umum-khusus. Di dalam
berita tersebut penulis mengungkapkan masalah terkait kedatang jokowi ke NTB
lalu dipaparkan lebih lanjut terkait masalah tersebut. Pada pola deduktif fakta
yang diturunkan bersifat umum. Pada berita di atas kalimat topik diletakkan penulis
di awal paragraf, yakni terkait masalah kunjungan jokowi yang diharapakan
banyak membawa dampak yang baik. Pada kalimat berikutnya, penulis
mengungkapakan fakta-fakta yang
merupakan pengembangan dari kalimat topik tersebut. Kalimat-kalimat pengembang
tersebut merupakan rincian dari kalimat topik tersebut yakni agar
terrealisasinya harapan-harapan tersebut.
Terdapat penggunaan pola deduktif pada berita
berikutnya.
Fokus urusan pendidikan hari ini (13/4) tertuju pada penyyelenggaraan
Ujian Nasional (UN) 2015 jenjang SMA/MA dan SMK. Banyak yang memprediksikan
tensi kecemasan para peserta sedikit reda. Sebab UN tak lagi menjadi penentu
kelulusan. Namun, kejadian di lapangan tidak dapat diprediksi. Para peserta
tetap cemas. Dari kemrain banyak diantara mereka memburu soal dan dan kunci
jawaban UN. Salah satu peserta UN di Mataram bahkan rela jauh-jauh ke Lombok
Timur untuk mengambil kunci jawaban. Siswa di salah satu sekolah swasta itu
mengaku menerima kabar kalau ada kunci jawaban beredar di Lotim.”Kecemasan
tetap ada mas. Karena semua mencari jalan aman,” tuturnya. Siswa ini
mengatakan, meski kelulusan ditentukan pihak sekolah, namun potensi para
peserta tidak lulus tetap ada. Sehingga, agar lebih tenang mencari kunci
jawaban adalah solusi terbaik.
(Sumber koran
Lombok Post edisi, Senin, 13 April 2015 dengan judul berita KUNCI JAWABAN MASIH DIBURU).
Pada berita tersebut terdapat penggunaan penalaran
dengan pola deduktif. Penulis paragraf pada berita tersebut menggunakan penalaran
dengan pola umum-khusus, karena diturunkan dari fakta atau data yang bersifat
umum kemudian diikuti dengan dengan rincian terkait masalah tersebut. Penulis
mengungkapkan topik di awal paragraf yang merupakan kalimat topik yakni
penyelenggaraan UN menjadi masalah yang banyak dibahas. Setelah dipaparkan
kalimat topik lalu kalimat-kalimat selanjutnya adalah merupakan kalimat
pengembang dari kalimat topik tersebut. Kalimat-kalimat pengembang pada kalimat
tersebut menjelaskan tentang polemik yang muncul mejelang UN yang akan segera
dilaksanakan.
Penggunaan pola penalaran deduktif juga
ditemukan pada brita berikutnya.
Potensi kecurangan ujian
nasional (UN) 2015 jenjang SMA sederajat akibat bocornya soal ujian hanya
terjadi didua provinsi. Naskah un yang diunggah di internet ditunjukkan untuk
siswa di Provinsi Aceh. Naskah itu ternyata sama persis untuk provinsi DI
Jogjakarta Kepala Pusat Penilaian Pendidikan. Kemendikbud Nizam mengatakan,
Kemendibud memang membuat banyak variasi ujian. “tujuannya supaya bisa
melokalisasi jika ada kecurangan atau kebocoran”katanya.Namun nizam memastikan
naskah UN untuk provinsi yang bertetangga berbeda. Dia mencontohkan nasah UN
untuk Aceh yang bocor, tidak sama dengan naskah UN untuk Sumatera Utara.
Kemudian naskah un untuk Provinsi Banten juga berbeda dengan naskah untuk
provinsi Jawa Barat. Lalu naskah untuk Provinsi Jogjakarta juga berbeda dengan
Provinsi Jawa Tengah. (Sumber berita: koran Lombok Post edisi Sabtu, 18 April
2015 dengan judul berita “MASIH PEGANG NASKAH UN BISA DIPIDANA”).
Terdapat penggunaan penalaran dengan pola deduktif
pada berita tersebut yakni berpola umum-khusus. Berita tesebut diturunkan dari fakta
yang bersifat umum. Penulis mengungkapkan masalah terkait kecurangan dalam pelaksanaan
UN. Kalimat pertama dalam berita tersebut merupakan kalimat topik, yakni
potensi kecurangan UN yang trejadi didua provinsi. Setelah pemaparan kalimat
topik tersebut selanjutnya diikuti dengan kalimat-kalimat pengembang yang merupakan uraian dari kalimat tersebut.
Kalimat pengembang ini menjelaskan lebih lanjut terkait kecurangan yang terjadi
didua provinsi lebih lanjut. Hal ini dapat dilihat pada kutipan kalimat
berikut.
Kalimat topik: “Potensi kecurangan ujian nasional (un) 2015 jenjang SMA
sederajat akibat bocornya soal ujian hanya terjadi didua provinsi”.
Kalimat pengembang: “Naskah un yang diunggah di internet ditunjukkan
untuk siswa di Provinsi Aceh. Naskah itu ternyata sama persis untuk provinsi DI
Jogjakarta Kepala Pusat Penilaian Pendidikan”.
Terdapat penggunan penalara dengan pola deduktif
pada berita berikutnya.
Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 yang akan digelar hari ini (20/4)
terjamin keamanannya. TNI memiliki cara tersendiri dalam menjaga keamanan saat
KAA, yakni dengan melakukan analisis intelejen untuk mengantisipasi adanya
ancaman teror, bila ada ancaman tidak langsung dipercaya namun dilakukan
analisa sehingga bisa memprediksi ancaman itu palsu atau tidak. Kapuspen TNI
Mayjen Fuad Basya menjelaskan, beberapa waktu lalu ada ancaman palsu bahwa ada
bom pada pesawat Batik Air. Hal tersebut menjadi salah satu refrensi untuk TNI
mengahadapi situasi yang sama. “KAA harus dijaga dengan sangat ketat, namun
bukan berarti mengesampingkan kenyamanan masyarakat,” ujarnya. Dengan begitu,
bila ada ancaman teror apapun. Nantinya, TNI akan menganalisa ancaman tersebut.
(Sumber koran
Lombok Post edisi Senin, 20 April 2015 dengan judul berita JANGAN ISENG MAIN ANCAM).
Pada berita tersebut terdapat penggunaan penalaran
dengan pola deduktif, umum-khusus. Yakni penulis mengungkapkan fakta yang
bersifat umum. Pada penulisan berita tersebut penulis mengungkapkan maslah
terkait kemungkinan ancaman pada KAA. Kalimat pertama pada paragraf tersebut
merupakan kalimat topik. Kalimat topik tersebut memaparkan tentang keamanan
saat pelaksanaan KAA sudah terkamin. Selanjutnya dijelaskan lebih lanjut
terkait masalah tersebut dalam bentuk kalimat pengembang. Kalimat-kalimat
pengembang ini merupakan rincian dari kalimat topik yang masih bersifat umum.
Kalimat pengembang pada berita tersebut mejelaskan lebih lanjut tentang
upaya-upaya yang dilakukan untuk menjaga keamanan terhadap KAA yang akan
dilaksanakan. Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut.
Kalimat topik: “Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 yang akan digelar hari
ini (20/4) terjamin keamanannya”.
Kalimat pengembang: “TNI memiliki cara tersendiri dalam menjaga keamanan
saat KAA, yakni dengan melakukan analisis intelejen untuk mengantisipasi adanya
ancaman teror, bila ada ancaman tidak langsung dipercaya namun dilakukan
analisa sehingga bisa memprediksi ancaman itu palsu atau tidak”.
Terdapat penggunaan penalaran dengan pola deduktif
pada berita berikutnya.
Razia serentak yang dilakukan satuan politis pamong praja (satpol PP)
kota Mataram dengan tim yustisi tanggal 6 April menjadi awal pelanggaran
penjualan miras golongan A di minimarket dan pengecer. Hasilnya nihil. Tidak
ada yang menjual miras. Meski penertiban miras tanpa gejolak, namun Kota
Mataram bukan tanpa masalah. Para pengusaha hiburan, hotel, spa dan rumah
bernyanyi keluarga main kucing-kucingan. Meski tidak mengantongi izin, mereka
tetap menyediakan miras sebagai menu. Dalam beberapa kali razia, petugas
menemukan miras di tempat spa, hotel dan karoke keluarga. Data dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag), hanya ada satu hotel dan super
market yang mengantongi surat izin tempat usaha minuman beralkohol, yakni
Lombok Plaza dan Niaga Supermarket. Artinya lokasi lain tidak diperbolehkan
(Sumber koran
Lombok Post edisi Rabu, 22 April 201 dengan judul berita “MIRAS NO WAY”).
Terdapat penggunaan penalaran dengan pola deduktif
pada berita tersebut, yakni umu-khusus. Pada pola penalaran deduktif dituangkan
melalui gejala-gejala yang bersifat umum lalu diikuti oleh kalimat yang berisafat
khusus. Pada berit atersebut, penulis meletakkan kalimat topik yang bersifat
umum diawal paragraf, yakni terkait tentang razia miras yang dialkukan oleh
Satpol PP. Kalimat tersebut meruakan alimat topik, hal ini terlihat pada pernyataannya merangkum semua pernyataan
dalam paragraf tersebut. Sementara itu, kalimat-kalimat selanjutnya merupakan
kalimat pengembang dari kalimat topik tersebut yakni mengenai masalah razia
miras yang dilakukan dibeberapa tempat tidak membuahkan hasil. Dalam berita
tersebut juga ditunjang dengan adanya data statatistik penggunaan miras
golongan A dan B sebagai bukti lebih lanjut dari masalah yang dipapaarkan.
Penalaran dengan
pola deduktif juga ditemukan pada berita berikutnya.
Konferensi Asia Afrika kemarin memasuki tahap pertemuan kepala negara dan
utusan khusus. Forum tingkat tinggi yang dihadiri pucuk pimpinan negara besar
Asia dan Afrika ini menghasilkan beberapa sikap tegas. Salah satunya melawan
dominasi lembaga dunia yang dinilai timpang. Rangkaian KAA diawali dengan
penyabutan Presiden Joko Widodountuk kedatangan 21 kepala negara; 71 utusan khususu
setingkat wakil Presiden dan menteri; 16 perwakilan Negara pengamat;dan 18
Delegasi organisasi. Setelah itu peserta pun masuk ke Assembly Hall 2 JCC untuk
mulai rapat. Pertemuan tersebut dimulai dengan tarian kreasi khas Jawa Timur
dengan tema hope of the nations.
Setelah itu, Jokowi pun maju ke podium
memberi sambutan sekaligus membuka konferensi tersebut.
(Sumber berita:
koran Lombok edisi Kamis, 23 April 2015 dengan
judul “ASIA AFRIKA DESAK REFORMSI PBB”).
Pada berita tersebut terdapat pengunaan penalaran
dengan pola deduktif, umum khusus. Penulis mengungkapkan masalah atau fakta
tentang KAA yang dilakukan. Penulis mengungkapkan kalimat topik di awal
paragraf yakni pembukaan KAA yang dilangsungkan memasuki tahap pertmuan kepala
negara. Kalimat tersebut bersifat umum, sehingga pada kalimatkalimat
selanjutnya penulis mengugkapkan kalimat-kalimat pengembang sebagai rincian
dari kalimat topik tersebut. Kalimat-kalimat pengembang pada berita tersebut
menjelaskan tentang KAA yang dihadiri oleh pimpinan-pimpinan dari berbagai
Negara.
Penggunaan pola deduktif juga
digunakan pada berita berikutnya.
Pertemuan tingkat tinggi konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 ditutup
kemarin. Selain mengesahkan tiga dokumen hasil pembahasan, Presiden Joko Widodo
dalam pidato penutupnya di depan para pemimpin negara-negara Asia-Afrika juga
meyakinkan tentang betapa strategisnya berbagai output dari KAA. Dia menyatakan
KAA adalah salah satu forum antar
pemerintahahan terbesar di dunia, di luar
PBB. Selain dihadiri pimpinan dan delegasi negara-negara di Asia
dan Afrika, event kali pertama digelar diBandung pada 1955 tersebut juga
dihairi sejumlah negara observer. Di depan para pemimpin bangsa-bangsa di
Asia-Afrika Jokowi tegas menyatakan kesiapannya bekerja untuk memastikan kemitraan strategis dua
kawasan benar-benar terwujud. Semangat memperkuat dan memajukan tata dunia yang
lebih adil, khususnya kepada bangsa-bangsa di Asia-Afrika, berkali-kali
ditegaskan Jokowi.
(Sumber koran Lombok Post
edisi Jum’at, 24 April 2015 dengan judul berita “PASTIKAN KEMITRAAN STRATEGIS
TERWUJUD” ).
Pada berita tersebut
terdapat peggunaan penalaran dengan pola deduktif, yakni pola umum-khusus. Penulis memaparkan masalah terkait hasil dari
Konferensi Asia afrka. Pada kalimat pertama daam paragraf tersebut terdapat kaimat topik yang bersifat umum,
yakni telah usainya Konferensi Asia Afrika. Dari kalimat topik tersebut
kemudian dijelaskan kalimat-kamat berikutnya yang merupakan pengembangan dari
kalimat topik tersebut. Adapun rincian pada kalimat pengembang tersebut berupa
pemaparan tentang hasil dari Konferensi Asia Afrika yang telah dilaksanakan.
Pada berita tersebut juga terdapat tabel yang berisi penulisan hasil
kesepakatan pada Konferesi Asia Afrika sebagai penjelasan lebih lanjut.
4.2
Penalaran
dengan Pola Induktif
Penalaran dengan pola
deduktif ditemukan pada surat kabar Lombok Post edisi April 2015, antara lain
adalah sebagai berikut.
Masyarakat Patut was-was
saat mengonsumsi produk makanan. Meski memiliki label halal namun makanan itu
belum tentu dijamin halal. Disebabkan kini banyak beredar sempel halal palsu.
Mulai dari makanan ringan dan minuman yang diproduksi usaha kecil menengah. Makanan restoran, pengusaha,
kateringan hingga makanan hotel. Kasus label halal palsu ini cukup banyak,
bahkan megkhawatirkan. Dengan kecanggihan teknologi, para produsen makanan dan
minuman kini bisa membuat label halal dengan mudah. Meski tanpa izin dan
prosedur yang benar, mereka tetap memasang label tersebut. Tujuannya agar
pembeli tidak ragu tentang kehalalan produknya. Pengusaha saat ini ssemakin
berani. Banyak di antara mereka tidak lagi memikirkan keselamatan konsumen.
Modus-modus yang berkembang di Mataram dan NTB secara umum sudah meniru kota
besar di Indonesia. Seperti menjual ayam tiren, sebab tidak ada jaminan
restoran, rumah makan atau usaha
katering tidak menggunakan ayam tiren bila tidak punya lebel halal. Sebab ada
kemugkinan ayam-ayam itu dipasok untuk rumah makan. (Sumber koran Lombok Post
edisi Rabu, 29 April 2015 dengan judul berita LABEL HALAL BELUM TENTU HALAL).
Terdapat penggunaan penalaran dengan pola induktif
dengan jenis kausal, yakni diuraikan dengan unsur-akibat sebab. Pada berita
tersebut penulis memaparkan kalimat topik mengenai banyaknya beredar makanan
yang tidak halal harus diwaspadai masyarakat. Setelah mengungkapkan kalimat
topik, selanjutnya kalimat topik tersebut dijelaskan atau diuraikam oleh
kalimat pengembang yang berisi akibat-sebab. Kalimat penegmbang tersebut
menjelaskan terlebih dahulu akibat yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut
kemudian disusul dengan sebab dari munculnya permasalahan tersebut. Hal ini
dapat dilihat pada kalimat berikut.
Kalimat topik: “Masyarakat Patut was-was saat mengonsumsi produk
makanan”.
Kalimat pengembang: akibat, “Meski memiliki label halal namun makanan itu
belum tentu dijamin halal”. Sebab, “Disebabkan kini banyak beredar sempel halal
palsu. Mulai dari makanan ringan dan minuman yang diproduksi usaha kecil menengah. Makanan restoran, pengusaha,
kateringan hingga makanan hotel. Kasus label halal palsu ini cukup banyak,
bahkan megkhawatirkan”.
Penggunaan pola induktif dengan jenis kausal juga terdapat pada berita
berikutnya.
Presiden Joko Widodo takjub melihat keindahan kawasan Mandalika Resort di
Lombok Tengah. Dia pun siap menyukseskan pengembangannya sebagai kawasan wisata
internasional. Presiden memastikan pemerintahan
akan menggelontorkan anggaran Rp. 21 T. Dana sebesar itu akan dicairkan
dua tahap. Pertama, Rp 250 Miliar lebih dialokasikan melalui APBN perubahan
2015. Sedangkan Rp 1.8 Triliun lebih disiapkan. “Detail rencananya pengembangan
dan pembangunan mandalika Resort jelas memberikan multiplier effect. Tinggal
kita siapkan dana saja selama selama dua tahun,” kata presiden Jokowi saat
meninjau lokasi pembangunan kawasan Mandalika Resort di Dususn Songgong Desa Sukadana, kemarin.
(Sumber berita: koran Lombok
Post edisi Sabtu, 11 April 2015 dengan judul “MANDALIKA RESORT DIGELOTOR RP.2,1
T”).
Terdapat penggunaan penalaran dengan pola induktif dengan jenis hubungan
kausal, yakni sebab-akibat. Penulis mengugkapkan dengan jelas terkait pembangunan resort Mndalika. Di dalam berita
tersebut dipaparkan terlebih dahulu
kalimat topik yakni presiden yang takjup melihat keindahan resort tersebut.
Setelah penulis mengungkapkaan kalimat topik lalu diikuti dengan
kalimat-kalimat pengembang yang berisi sebab-akibat. Kalimat-kalimat tersebut
dipaparkan menggunakan kalimat yang mengandung unsur sebab dan akibat sebagai
penjelas lebih lanjut dari kalimat topik tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan kalimat berikut.
Kalimat Topik: “Presiden
Joko Widodo takjub melihat keindahan kawasan Mandalika Resort di Lombok Tengah
Kalimat pengembang: sebab,
“Dia pun siap menyukseskan pengembangannya sebagai kawasan wisata internasional”.
Akibat, “Presiden memastikan
pemerintahan akan menggelontorkan
anggaran Rp. 21 T. Dana sebesar itu akan dicairkan dua tahap. Pertama, Rp 250
Miliar lebih dialokasikan melalui APBN perubahan 2015. Sedangkan Rp 1.8 Triliun
lebih disiapkan”.
Terdapat pola induktif pada berita berikutnya
.
Teknologi berkembang pesat. Ini memberi banyak kemudahan bagi masyarakat.
Namun, ada saja oknum yang menyalahgunakannya untuk melancarkan beragai
kejahatan. Dari duduk manis di depan laptop Reyna Assabila tertipu jutaan
rupiah. Mahasiswi salah sau perguruan negeri tinggi itu awalya tergiur tawaran
arisan online disitus jejaring sesosial facebook. Perempuan 21 tahun itu
tersebut berkali-kali menetorkan uang sebagai bentuk investasi online.Namun,
selang bebebrapa bulan, pengelola arisan justru kabur. Akun facebook-nya
tiba-tiba di nonaktifkan,” di situ saya sadar sudah terkena tipu. Naisb serupa
juga pernah dialami Ema Rusdiana, gadis asal sumbawa yang kini tingal di
Mataram. Meski akhirnya sempat ragu, ia pun akhirnya terpikat dengan janji
memperoleh uang besar tanpa harus susah payah bekerja. “Ujung-ujungnya salah
beruntung” sesal Ema.
(Sumber
koran Lombok Post edisi Rabu, 15 April 2015 dengan judul AWAS KENA TIPU).
Terdapat penggunaan penalaran dengan pola induktif dengan jenis analogi,
yakni melakukan perbandingan. Di dalam berita tersebut, penulis mengugkapkan
dengan jelas terkait tentang penipuan
yang sering terjadi akhir-akhir ini. Penulis memaparkan terlebih dahulu kalimat
topik yakni kmudahan teknologi dapat meberi dampak buruk. Setelah penulis mengungkapkaan
kalimat topik lalu diikuti dengan kalimat-kalimat pengembang yang berisikan
perbandingan akan dua hal yang berbeda
namun memiliki sifat yang sama. Kalimat-kalimat tersebut dipaparkan untuk
membandingkan sesuatu agar terlihat sama
Hal ini dapat dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “Teknologi
berkembang pesat”.
Kalimat pengembang: “Dari
duduk manis di depan laptop Reyna Assabila tertipu jutaan rupiah. Mahasiswi
salah sau perguruan negeri tinggi itu awalya tergiur tawaran arisan online
disitus jejaring sesosial facebook. Perempuan 21 tahun itu tersebut
berkali-kali menetorkan uang sebagai bentuk investasi online.Namun, selang
bebebrapa bulan, pengelola arisan justru kabur. Nasib serupa juga pernah
dialami Ema Rusdiana, gadis asal sumbawa yang kini tingal di Mataram. Meski
akhirnya sempat ragu, ia pun akhirnya terpikat dengan janji memperoleh uang
besar tanpa harus susah payah bekerja”.
Upaya Surya Dharma Ali (SDA) lolos dari jeratan
hukum akhirnya gagal. Praperadilan atas penetapa dirinya sebagai tersangka
korupsi tak dikabulkan Hakim pengadilan Negeri jakarta selatan, Tatik
Hidayanti. SDA pun terancam dipanggil paksa jika kembali mangkir dari panggilan
penyidik KPK. Dalam Putusannya, Tatik menolak seluruh gugatan praperadilan yang
diajukan mantan menteri agama tersebut.”Penentapan tersangka yang dilakukan KPK
sebagai bagian dari proses hukum yang bersifat administratif dan tidak ada
untuk paksaan sebagaimana yang dituduhkan pemohon”ujar Tatik di PN JakseL, sore
kemarin.
(Sumber berita: koran Lombok Post, edisi Kamis 9 April 2015 dengan
judul “SDA TERANCAM DIPANGGIL PAKSA”).
Pada berita tersebut terdapat
penggunaan penalaran dengan pola induktif dengan jenis kausal. Terdapaat
kalimat topik lalu diikui dengan kalimat-kalimat pengembang yang merukapan
unsur sebab-akibat. penulis mengungkapkann kalimat topik pada berita tersebut
berupa upaya SDA untuk lolos dari jerat hukum. Lalu diikuti dengan
rincian-rincian dari kalimat topik tersebut yang berupa pemaparan masalah
dengan unsur sebab akibat. dapat dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “Upaya Surya Dharma Ali (SDA)
lolos dari jeratan hukum akhirnya gagal”.
Kalimat pengembang: sebab, “Praperadilan atas
penetapa dirinya sebagai tersangka korupsi tak dikabulkan Hakim pengadilan
Negeri jakarta selatan, Tatik Hidayanti. SDA pun terancam dipanggil paksa jika
kembali mangkir dari panggilan penyidik KPK.
4.3 Penalaraan dengan Pola Campuran
Penalaran dengan pola
campuran ditemukan pada surat kabar Lombok Post edisi April 2015, antara lain
adalah sebagai berikut.
Bagi siswa-siswi waktu menjelang UN sangat menjenuhkan. Pulang sekolah,
harus mengikuti bimbingan belajar (bimbel). Mereka juga didesak segera melunasi
sejumlah biaya di sekolah sebagai syarat mengikuti UN. Satuan pendidikanpun
tidak kalah sibuk. Dalam penyampian hasil sidang komisi IV dibeberkan pemerintah perlu menjaga
semangat siswa tetap belajar sungguh-sungguh
untuk mendapatkan nilai UN setinggi-tingginya. Kepala Balitbang Kemendikbud
Furgon itu menyimpulkan un lebih penting ketimbang ujian sekolah yang menjadi
penentu kelulusan sekolah. Usulan solusi lain yang disampaiakan adalah mulai
tahun ini nilai UN harus memiliki fungsi yang beragam.
(Sumber berita: koran Lombok
Post edisi Rabu, 1 April 2015 dengan judul berita “UN UNTUK APA?”).
Pada berita di atas terdapat
penggunaan penalaran dengan pola campuran, yakni berpolakan umum-khusus-umum. Dipaparkan terlebih dahulu kalimat topik lalu
diikuti dengan kalimat-kalimat pengembang atas kalimat topik tersebut. Di dalam
Berita tersebut dengan jelas mengungkapkan kalimat topik terkait tentang
siswa-siswi yang mulai jenuh menjelang UN. Kemudian fakta-fakta yang dipaparkan
setelahnya yakni merupakan kalimat-kalimat pengembang, kalimat-kalimat tersebut
menyatakan tentang fakta-fakta terkait tentang mengapa menjelang UN siswa-siswi
mulai jenuh. Di akhir paragraf penulis mengungkapka fakta yang bersifat umum
yakni tentang nilai UN yang harus memiliki fungsi yang beragam. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “Bagi siswa-siswi menjelang UN sangat menjenuhkan”.
Penggunaan pola campuran
juga terdapat pada berita-berita berikutnya.
Beban masyarakat di era
pemerintahan Joko Widodo–Jusuf Kalla bertambah. Itu terbukti dengan naiknya
harga-harga, seperti bahan pokok, elpiji12 kg, BBM (bahan bakar minyak), tarif
listrik, dan kereta api secara bersamaan. Pengurus Harian Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abdi mengatakan, kebijakan pemerintah
Jokowi-Jusuf Kalla tidak berpihak pada masyarakat. Terutama masyarakat kecil.
Menurut Tulus, kenaikan harga kebutuhan itu terjadi karena pemerintah terlalu
menyerahkan pada mekanisme pasar. Tidak ada peran pemerintah dalam menentukan
harga-harga tersebut. Hal itu sangat disesalkan karena kondisi pasar tidak
selalu berpihak pada masyarakat. Kalau pasar menuntut harga naik maka
masyarakat yang diminta siap menanggung bebannya. (Sumber berita: koran Lombok
Post edisi Sabt, 4 April 2015 dengan judul “JOKOWI MANA JANJIMU?”)
Pada berita tersebut
terdapat penggunaan penalaran dengan pola campuran, yakni berpolakan
umum-khusus-umum. Dipaparkan terlebih dahulu kalimat topik yang bersifat umum
yakni tentang beban masyarakat di era pemerintahan Jokowi-JK. Lalu diikuti
dengan kalimat-kalimat pengembang atas kalimat topik tersebut. Di dalam kalimat
pengembang tersebut penulis mengungkapkan tentang fakta-fakta yang mendukung
yakni terkait beban masyarakat di era pemerintahan Jokowi-JK. Di akhir paragraf
penulis mengungkapka fakta yang bersifat umum yang merupakan kalimat penegas
dari kalimat topik yakni jika harga naik maka masyarakat yang diminta
menanggung bebannya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “beban
masyarakat di era pemerintahan Jokowi-JK bertambah”.
Kalimat penegas: “kalau
pasar menuntut harga naik maka masyarakat yang diminta siap menanggung
bebannya”.
Polemik down payment pembelian mobil yang
diberikan pemerintah pada 753 pejabat negara terus bergulir. Kalangan DPR terus
menegaskan bantuan itu sangat berguna untuk meningkatkan kinerja dewan. Ketua
DPR Setyo Novanto mengakui DPR yang mengajukan usulan DP pembelian mobil. Menurut
dia usulan itu tidak datang tiba-tiba. Prosesnya panjang, ini bukan barter
politik. Namun, kabar adanya DP mobil sebesar Rp.210 juta per pejabat itu
membuat banyak kalangan protes. Akademis sampai LS ramai-ramai menentang
kebijakan pemerintah Jokowi-JK itu.
(Sumber berita: koran Lombok Post, edisi Selasa , 7 April 2015
dengan judul “DPR KEPINGIN TERIMA DP MOBIL”)
Pada berita tersebut terdapat penggunaan penalaran dengan pola campuran.
Dipaparkan terlebih dahulu kalimat topik lalu diikuti dengan kalimat-kalimat
pengembang atas kalimat topik tersebut dan di akhiri dengan kalimat penegas
yang merupakan penegas atas kalimat topik tersebut dengan bahasa yang berbeda.
Di dalam berita tersebut penulis mengungkapkan kalimat topik yakni tentang
pembelian mobil yang diberikan pemerintah kepada pejabat negara menjadi
polemik. Selanjutnya dijelaskan fakta-fakta yang merupakan kalimat-kalimat
pengembang. Kalimat-kalimat tersebut menyatakan tentang permasalahan terkait
alaasan pengajuan DP mobil oleh DPR. Di akhir paragraf penulis kembali mengungkapka
fakta yang bersifat umum. Fakta tersebut berupa kalimat penegas yakni tentang banyaknnya
pihak yang menentang kebijakan tersebut. Kalimat penegaas berfungsi sebagai
penegas dari kalimat topik. Hal ini dapat dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “Polemik down payment pembelian mobil yang
diberikan pemerintah pada 753 pejabat negara terus bergulir”.
Kalimat
penegas: “Namun, kabar adanya DP mobil sebesar Rp 210 juta per pejabat itu
membuat banyak kalangan protes. Akademis sampai LS ramai-ramai menentang
kebijakan pemerintah Jokowi-JK itu”.
Event pariwisata NTB bertambah. Presiden Joko Widodo menginstruksikan
Menteri Pariwisata Arief Yahya menjadikan Tambora sebagai festival tahunan.
Seluruh biayanya akan disiapkan dari APBN. Instruksi itu disampaikan presiden
saat menyampaikan sambutan singkat perayan puncak Tambora Menyapa Dunia di Doro
Ncanga kemarin. “semua biar tahu di mana Dompu, Bima, NTB, dan di mana
Indonesia,” kata presiden disambut tepuk tangan membahan. Saat yang sama
Presiden juga meresmikan Tambora sebagai taman nasional. Residen yang memberi
sambutan sembari berdiri didampingi Gubernur NTBTGB H.M Zainul Maji, Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanaan Siti Nurbaya, dan Bupati Dompu H. Bambang M. Yasin. Secara khusus
presiden menitipkan agar setelah Tambora menjadi taman nasional, selanjutnya
dijaga keindahan dan juga kelestaran alamnya
(Sumber berita:
koran Lombok Post edisi, Minggu 12 April 2015 dengan judul “ TAMBORA JADI
FESTIVAL TAHUNAN”).
Pada berita tersebut terdapat penggunaan pola
penalaran campuran, yakni berpola umum-khusus-umum. Penulis memaparkan terlebih dahulu kalimat topik yang bersifat
umum lalu diikuti dengan kalimat-kalimat pengembang yang berupa rincian dari kalimat topik
tersebut dan di akhiri dengan kalimat penegas yang merupakan penegas atas
kalimat tersebu namun dituangkan dengan
bahasa yang berbeda. Pada kalimat pertama
merupakan kalimat topik, yakni tentang event pariwisata. Kemudian dari
kalimat topik tersebut dijelaskan fakta-fakta yang merupakan kalimat-kalimat
pengembang atau rincia. Kalimat-kalimat tersebut menyatakan masalah terkait
fesifat tambora yang akan dilangsungkan. Pada kalimat terakhit terdapat fakta,
fakta tersebut berupa kalimat penegas yakni tentang penjagaan keindahan dan
kelestarian terhadap Tambora . Kalimat penegas berfungsi sebagai penegas dari
kalimat topik. Hal ini dapat dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “Event pariwisata NTB bertambah”.
Kalimat penegas: “Secara khusus presiden menitipkan agar setelah Tambora
menjadi taman nasional, selanjutnya dijaga keindahan dan juga kelestaran
alamny”
.
Sebanyak 65.421 siswa jenjang SMA/MA dan SMK di NTB melaksanakan ujian
nasional (UN) dengan tenang di hari pertama kemarin. Tidak ada hiruk pikuk
seperti pelaksanaan UN beberapa tahun sebelumnya. Di SMAN 6 Mataram misalnya,
semua peserta melaksanakan UN dengan rileks,”sudah kelihata kejujuran yang
bangu sekolah” kata Sekda NTB H. Muhammad Nur disela-sela melakukan pemantauan
di SMA 6 Mataram. Hal yang sama nampak di SMAN 1 Narmada, Lombok Barat. Para
peserta seolah tidak peduli dengan beberapa pejabat yang datang memantau
pelaksanaan UN di sekolah mereka. “Un tahun ini lebih tenang dibanding
tahunlalu. Satuan pendidikan telah memberikan
pemahaman kepada siswa terkait fungsi un yang tak lagi menjadi penentu
kelulusan” kata Ketua Panitia un NTB H. Sukran, kemarin. Menurutnya jika fungsi
un tetap dipertahankan seperti ini, siswa tidak akan alergi melaksanakan un.
(Sumber berita:
koran Lombok Post edisi Selasa, 14 April 2015 dengan judul “UN KALI INI LEBIH
TENANG”).
Terdapat
penggunaan pola penalaran campuran pada berita tersebut, yakni berpola
umum-khusus-umum. Penulis memaparkan
terlebih dahulu kalimat topik yang bersifat umum lalu diikuti dengan
kalimat-kalimat pengembang yang
merupakan rincian dari kalimat topik tersebut dan di akhiri dengan kalimat
penegas yang merupakan penegas atas kalimat
topik namun dituangkan dengan bahasa yang berbeda. Kalimat pertama pada
berita tersebut merupakan kalimat topik,
yakni tentang siswa yang menjalankan UN. Kemudian dari kalimat topik tersebut
dijelaskan fakta-fakta yang merupakan rincian atau kalimat-kalimat pengembang.
Kalimat-kalimat tersebut menyatakan masalah terkait siuasi yang dihadapi siswa
saat UN klai ini lebih tenang. Selanjutnya, setelah memaparkan kalimat-kalimat
penjelaas,siswa yang tidak akan takut lagi mengahadapi un jika fungsinya
berubah. Pada kalimat terakhit terdapat fakta, fakta tersebut berupa kalimat
penegas yaitu terkait. Kalimat penegas berfungsi sebagai penegas dari kalimat
topik. Hal ini dapat dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat Topik: “Sebanyak
65.421 siswa jenjang SMA/MA dan SMK di NTB melaksanakan ujian nasional (UN)
dengan tenang di hari pertama kemarin”
Kalimat penegas: “menurutnya
jika fungsi un tetap dipertahankan seperti ini, siswa tidak akan alergi
melaksanakan un.”.
Naskah ujian nasional (UN) 2015 SMA sederajat ternyata benar-benar bocor.
Ironisnya dokumen milik negara yang bersifat sangat rahasia itu bocor di perum
percetakan Negara.Naskah Un yang telah ramai dikabarkan telah diunggah di
Google Drive cocok dengan master ujian milik Kementrian Pendidikn dan
Kebudayaan (Kemendikbud). Mendidkbud Anies Baswedan mengatakan pihaknya
menerima laporan terjadi pengunggahan dokumen naskah UN di internet pada Senin
siang (13/4). “Saat itu saya dan teman-teman media sedang berkunjung melihat
pelaksanaan un di SLB Lebak Bulus, Jakarta”katanya dirunag kontrol laporan un
2015, kemarin. Setelah itu Anies memerintahkan pegawai Kemendikbud untuk
memastikan apakah naskah un yang di-upload ke Google Drive itu dokumen
resmi.Ternyata dokumen yang diunggah itu memang benar dokumen resmi. Penandanya
adalah terdapat kotak-kotak yang ada di keempat sisi naskah ujian.
(Sumber Koran
Lombok Post edisi Kamis, 16 April 2015 dengan judul “BOCOR- BOCOR”).
Terdapat penggunaan pola penalaran campuran pada
berita tersebut, yakni berpola umum-khusus-umum. Di dalam berita tersebut, penulis
memaparkan terlebih dahulu kalimat topik
yang bersifat umum yakni tetang bocornya naskah UN. Lalu diikuti dengan
kalimat-kalimat pengembang yang mrupakan
rincian dari kalimat topik tersebut. Fakta tersebut terkait tentang rincian
masalah bocornya naskah UN yang terjadi. Kemudian, di akhiri dengan kalimat
penegas yang merupakan penegas atas kalimat
tersebu namun dituangkan dengan bahasa yang berbeda. Pada kalimat
terakhit terdapat fakta, fakta tersebut berupa kalimat penegas dari kalimat
topik yang diungkapkan yakni tentang bukti yang menunjukan jika naskah UN
memang telah bocor. Kalimat penegas berfungsi sebagai penegas dari kalimat
topik. Hal ini dapat dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “Naskah ujian nasional (UN) 2015 SMA
sederajat ternyata benar-benar bocor.
Kalimat penegas: “Ternyata dokumen yang diunggah itu memang benar dokumen
resmi. Penandanya adalah terdapat kotak-kotak yang ada di keempat sisi naskah
ujian”.
Ujian tingkat SMA sederajat kemungkinan akan diulang. Menteri Pendidikan
mengatakan kepastiannya menunggu analisis jawaban siswa dititik-titik yang
diduga menjadi penyebaran bocoran soal.”saya belum bisa putuskan UN diulang
atau tidak. Sebaiknya kita tunggu data dulu” paparnya. Menurut Anies analisis
jawaban siswa bakal berjalan cepat. Anies melaporkan kemarin sudah ada beberapa
hasil pemindaian yang masauk ke Kemendikbud. Di antaranya dari Kabupaten Kulon
Progo, Jogjakarta. Jika nanti un terpaks diulang , Anies mengatakan biaya yang ditimbulkan
bukan tanggungan pemerintah. Tetapi akan dibebankan kepada Perum Percetakan
Negara. Dia mengatakan sudah mengabari konsekuensi ini kepada percetakan yang
berada di jalan Percetakan Negara No 21Jakarta Pusat itu. Skenario ujian
ulangan akibat kecurangan juga sudah disiapka. Yakni ujian ulangan hanya
dilakukan di daerah-daerah yang dengan meyakinkan telah tejadi kecurangan.
(Sumber berita: koran Lombok Post edisi, Jum’at 17 April 2015
dengan judul “UN KEMUNGKINAN DIULANG”).
Pada berita tersebut tedapat
pengunaan penalaran dengan pola camuran, umum-khusus-umum. Penulis terlebih
dahulu mengungkapkan kalimat yang besifat umum yang merupakan kalimat topik
yakni kemunginan SMA akan ujian ulang. Pada kalimat berikutnya penulis
memaparkan fakta atau rincian dari kalimat topik tersebut. Kalimat–kalimat
pengembang tersebut berisi tentang permasalahan mengapa ujian akan dilakukan
pengulangan. Setelah penulis menjelaaskan alasn-alasan tersebut lalu pada
kalimat terakhir penulis kembali menegaskan terkait permaslahan topik tersebut.
Kalimat penegas tersebut berisi tentang penegasan dari kalimat topik tersebut.
Hal ini dapat dilihat pada kalimat berikut.
Kalimat
topik: “Ujian tingkat SMA sederajat
kemungkinan akan diulang.”.
Kalimat penegas: “Yakni
ujian ulangan hanya dilakukan di daerah-daerah yang dengan meyakinkan telah
tejadi kecurangan”.
Sistem keamanan perbankan Indonesia kembali mendapat tantangan. Setelah
mengungkap adanya malware penyedot uang di rekening. Kali ini Bareskrim Polri
kembali mengungkap adanya jaringan internasional yang membobol rekening nasabah
asing. Modusnya manggadakan kartu ATM di Bali. Jaringan pembobol rekening itu
diprediksi memanfaatkan sistem perbankan Indonesiayang lemah. Direktur Tindak
Pidana Ekonomi Khusus (Dirtipid eksus) Bareskrim Polri Brigjen Pol Victor Edison Simanjutak
mengatakan modus yang digunakan pelaku, baru kali pertama ada di Indonesia.
Bila biasanya, pembobol itu menggunakan alat skimmer atau alat pembaca magnetic
stripe yang terpasang di mulut ATM. jaringan ini tidak menggunakan skimmer, dan
ini sangat baru, hingga Bareskrim harus ke Eropa bekerja sama dengan Europol
untuk mengetahui bagaimana cara melakukan pembobolan tersebut.
(Sumber koran
Lombok Post edisi Selasa, 21 april 2015 dengan judul berita SISTEM PERBANKAN
INDONESIA LEMAH).
Pada berita tersebut terdapat penggunaan pola
penalaran denag pola campuran, yakni berpola umum-khusus-umum. Di dalam
penulisan berita penulis mengungkapkan fakta yang bersifat umum lalu diikuti
dengan kalimat-kalimat pengembang sebagai rincian dari kalimat yang bersifat
umum tersebut dan di akhir paragraf terdapat sebuah pernyataan yang merupakan
kalimat penegas dari kalimat topik tersebut. Di dalam berita tersebut penulis
meletakkan kalimat topik di awal paragraf yakni terkait tentang sistem keamanan
indonesia yang kembali mendapat tantangan. Selanjutnya, penulis memaparkan
fakta-fakta lebih lanjt terhadap pernyataan tersebut sebagai rincian. Setelah
diselingi kalimat-kalimat pengembang, kalimat topik tersebut kemudian ditegskan
kembali dalam kalimat terakhir dengan bahasa yang berbeda yakni tentang masalah
sistem pembobolan yang dialkukan oknum tersebut bersifat baru. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “Sistem keamanan perbankan Indonesia kembali mendapat
tantangan”.
Kalimat penegas: “jaringan ini tidak menggunakan skimmer, dan ini sangat
baru, hingga Bareskrim harus ke Eropa bekerja sama dengan Europol untuk
mengetahui bagaimana cara melakukan pembobolan tersebut”.
Jaksa Agung M Prasetyo membuktikan janjinya melaksanakan eksekusi
trpidana mati gelombang dua setelah konferensi Asia Afrika (KAA). Kemarin,
kedutaan besar, keluarga, hingga pengacara terpidana mati mendapat undangan
untk mendatangi Nusakambangan, itu memunculkan prediksi eksekusi mati digelar
awal pekan depan. Sesuai informasi internal Kejagung, keluarga sejumlah
terpidana mati diminta datang ke Nusakambangan Sabtu pagi ini oleh Jaksa dari
Kejagung. Permintaan jaksa tersebut sama sekali tanpa keterangan. Hanya
semuanya diajak untuk bertemu terpidana mati. Bisa jadi, ini momentum kali
terakhir keluarga bertemu dengan para terpidana. Bila melihat eksekusi pada
gelombang pertama pada 18 Januari lalu, biasanya jaksa akan mnggelar sidang
kecil untuk memberitahukan jadwal eksekusi mati tersebut pada terpidana mati.
Saat itu terpidana mati mendapatkan satu persatu permintaan terakhirnya.
Artinya, bila keluarga datang pada Sabtu pagi dan sidang pemberitahuan
dilakukan pada hari yang sama, maka eksekusi diprediksi awal pekan depan.
(Sumber berita: koran
Lombok Post edisi Sabtu, 25 April 2015 dengan judul “EKSEKUSI MATI AWAL BULAN
DEPAN”).
Pada berita tersebut teradapat penggunaan penalaran
dengan pola campuran, yakni umum-khusus-umum. Pada berita tersebut, penulis
mengungkapakan gejala atau fakta yang bersifat umum kemudian dikembangkan
melalui kalimat-kalimat dan diakhiri oleh penegasan atas kalimat topik tersebut
yang bersifat umum. Pada kalimat pertama, penulis mengungkapkan kalimat topik,
yakni terkait eksekusi gelombang dua yang akan segera dilaksanakan. Dikatakan
kalimat topik karena dalam pernyataannya
merangkum pernyataan-pernyataan sesudahnya yang merupakan kalimat
pengembang atas topik tersebut. Kalimat-kalimat pengembang, merupakan rincian,
yakni hal-hal yang terjadi jmenjelang eksekusi. Pada kalimat terakhir penulis
menegaskan kembali mengenai kalimat topik tersebut namun dengan bahasa yang
berbeda. Hal ini dapat dilihat pada kutipan kalimat berikut ini.
Kalimat topik: “Jaksa Agung M Prasetyo membuktikan janjinya melaksanakan
eksekusi trpidana mati gelombang dua setelah konferensi Asia Afrika”.
Kalimat penegas: “Artinya,
bila keluarga datang pada Sabtu pagi dan sidang pemberitahuan dilakukan pada
hari yang sama, maka eksekusi dipreiksi awal pkan depan”.
Ajal 10 terpidana mati kasus narkotika kian dekat. Dalam pertemuan dengan
pengacara kemarin, mereka diberi tahu waktu eksekusi tiga hari lagi. Tepatnya
Selasa (28/4) tengah malam pukul 24.00 hingga Rabu dini hari (29/4). Kejaksaan
Agung (Kejagung) memberikan waktu untuk keluarga dan pengacara bertemu
terpidana mati kemrin dan hari ini. Dari informasi yang didapat JPNN, beberapa
konselor datang dalam pertemuan itu. Seperti Konselor Australia Majel Hind dan
Konselor Nigeria Ado N Ibrahim. Selain Konselor, pengacara pun turut hadir.
Seperti pengacara Raheem Abagje Utomo
Karim dan Lembaga Bantuan Hukum yang menjadi kuasa hukum dari terpidana
mati asal Brazill Rodrigo Gularte. Sedangkan dari pihak kjaksaan Kajari
Cilacap. Tepat pukul 13.00, rapat terutup digelar di lantai dua gedung Kejari
Cilacap itu pun dimulai. Mereka menjelaskan forum itu bertujuan memberikan
informasi waktu eksekusi.
(Sumber berita:
koran Lombok Post edisi Minggu, 26 april 2016 dengan judul “ 10 TERPIDANA MATI
DIEKSEKUSI SELASA”.
Pada berita tersebut terdapat pengguanaan penalaran
dengan pola campuran, umum-khusus-umum. Kalimat pertama merupakan topik dari
berita tersebut yang bersifat fakta. Kalimat topik pada brita tersebut yakni
menjelaskan akan segera dilaksanakannya eksekusi. Pada kalimat-kalimat
selanjutnya dipaparkan uraian terkait masalah dari kalimat topik tersebut atau
yang disebut kalimat pengembang. Kalimat penegmbang tersebut merupakan rincian
dari kalimat topik yang dibahas yakni menjelang eksekusi beberapa pihak
diperbolehkan untuk mengunjungi terpidana. Diakhir paragraf tedapat kalimat
penegas. Kalimat pengas merupakan penegasan terhadap topik masalah tersebut,
namun dijelaskan dengan bahasa yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada kalimat
berikut.
Kalimat topik: “Ajal 10 terpudana mati kasus narkotika kian dekat”.
Kalimat penegas: “Mereka menjelaskan forum itu bertujuan memberikan
informasi waktu eksekusi”.
Seseorang terpidana mati mampu menghindar terjangan pelor Jaksa eksekusi
Kejaksaan Agung (kejagung). Lembaga yang dipimpin HM Prasetyo tersebut memastikan terpaksa menangguhkan
eksekusi untuk terpidana mati asal Prancis Serge Areski Atlaoui yang rencananya
dilkukan Selasa tengah malam. Detik-detik terakhir, Serge ternyata mengajukan perlawanan
hukum atas putusan PTUN PN Tangerang
yang menolak gugatannya.Kepala pusat Penenrangan Hukum Kejagung Tony
spontana menentukan bahwa pihaknya baru menyiapkan sembilan peti mati untk
jenazah terpidana mati. Saat didesak, apakah berarti hanya ada sembilan
terpidana mati? Akhirnya, dia menjawab pada eksekusi gelombang dua yang
sebentar lagi digelar, memang hanya ada sembilan terpidana mati yang akan
dieksekusikan. Yang lolosdari hantaman timah panas adalah Serge Areski Atloui.
Dia bisa lolos dari ajal karena akan mengajukan perlawanan hukum atas penolakan
gugatan PTUN.
(Sumber berita: koran
Lombok Post edisi Senin, 27 April 2015 dengan judul “SATU TERPIDANA MATI LOLOS dari AJAL”).
Terdapat penggunaan pola penalaran campuran pada
berita tersebut, yakni berpola umum-khusus-umum. Di dalam berita tersebut,
penulis memaparkan terlebih dahulu
kalimat topik yang bersifat umum yakni tentang satu terpidana berhasil lolos
dari maut. Lalu diikuti dengan kalimat-kalimat pengembang yang merupakan rincian dari kalimat topik
tersebut. Fakta tersebut terkait tentang rincian masalah terpidana yang mampu
lolos dari eksekusi yang telah dilakukan. Kemudian, di akhiri dengan kalimat
penegas yang merupakan penegas atas kalimat topik tersebut namun dituangkan dengan bahasa yang
berbeda. Pada kalimat terakhit terdapat fakta, fakta tersebut berupa kalimat
penegas dari kalimat topik yang diungkapkan yakni tentang alasan yang membuat
terpidana mampu lolos dari eksekusi tersebut. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan kalimat berikut.
Kalimat topik: “terpaksa menangguhkan eksekusi untuk terpidana mati asal
Prancis Serge Areski Atlaoui yang rencananya dilkukan Selasa tengah malam”.
Kalimat penegas: “Dia bisa lolos dari ajal karena akan mengajukan
perlawanan hukum atas penolakan gugatan PTUN”.
Mary Jane boleh lega setelah lolos dari eksekusi gelombang dua. Tapi,
bukan berarti timah panas jaksa eksekutor tidak akan bersarang di tubuhnya.
Jaksa Agung M Prasetyo memasikan eksekusi warga Filipina itu hanya ditunda. Dia
mengatakan, perubahan keputusan terhadap eksekusi Mary Jane yang diambil
detik-detik terakhir itu bukan merupakan pembatalan ujarnya. Hal itu terjadi
karena proses hukum yang terjadi di Filipina, tidak mungkin menghilangkan
pidana memasukan heroin seberat 2,6 kg yang dilakukan di Indonesia. Kepala
Pusat Penerangan Hukum Kejagung Tony Spontana mengatakan, saaat ini Mary Jane
dipindahkan dari lapas Besi Nusakambangan ke lapas Wirogunan. Dalam pemindahan
napi tersebut dipastikan status Mary Jane merupakan terpidana yang menanti
eksekusi. Status tersebut disematkan karena memang Jaksa Agung hanya menunda.
(Sumber berita:
koran Lombok Post edisi Kamis, 30 April 015 dengan judul “MARY JANE BELUM
AMAN”).
Pada berita tersebut terdapat pengguanaan penalaran
dengan pola campuran, umum-khusus-umum. Kalimat pertama merupakan topik dari
berita tersebut yang bersifat umum. Dari kalimat topik kemudian dikembangkan
dalam kalimat pengembang lalu diakhiri dengan kalimat penegas. Kalimat topik
pada berita tersebut yakni Mary Jane yang lolos dari eksuksi gelombang kedua
bekum bisa bernafas lega. Pada kalimat-kalimat selanjutnya dipaparkan uraian
terkait masalah dari kalimat topik tersebut atau yang disebut kalimat
pengembang. Kalimat penegmbang tersebut merupakan rincian dari kalimat topik
yang dibahas yakni pembahasan lebih lanjut terkait Mary Jane. Diakhir paragraf
tedapat kalimat penegas. Kalimat pengas merupakan penegasan terhadap kalimat topik
masalah tersebut, namun dijelaskan dengan bahasa yang berbeda.
4.3 Pembahasan
Penulisan berita pada koran Lombok Post sangat
bervariasi dan memiliki perbedaan dengan koran-koran lainnya. Hal ini yang
mengakibatkan pembaca tertarik untuk membaca berita pada koran Lombok Post,
karena pada umumnya surat kabar atau koran sangat berpengaruh dalam menyampaikan berita tehadap pembaca. Informasi
yang disampikan melalui bahasa yang baik tidak selalu berbetuk lisan namun juga
dapat berbentuk tulisan, lebih lanjut Rohmayadi dan Yakub menjelaskan bahwa,
“bahasa merupakan alat komunikasi yang dapat digunakan secara lisan maupun
secara tulisan” (Rohmadi dan Yakub 2010:11).
Bahasa merupakan alat komunikasi untuk memberikan
informasi. Penggunaan bahasa untuk memberikan informasi dapat dilihat pada
contoh berikut, jurnalis yang menulis berita pada koran Lombok Post melakukan
komunikasi dengan pembaca melalui tulisan-tulisan yang dibuat. Bahasa yang
digunakan dalam berita tersebut juga bervariasi sebagaimana yang telah
dijelaskan Abdul Chaer bahwa, “sifat atau ciri bahasa salah satu diantaranya
adalah bahasa itu bervarasi” (Abdul Chaer, 2007:32-33).
Penulis menyampaikan informasi yang ingin
disampaikan dengan cara memilih bahasa yang tepat dan disesuai dengan kondisi
berita yang ada. Setelah pemilihan bahasa yang tepat, penulis menyusun kata
menjadi sebuah kalimat selanjutnya kalimat-kalimat tersebut disusun menjadi
sebuah paragraf-paragraf. Penulisan paragraf pada koran Lombok Post mengandung
kalimat-kalimat yang berhubungan antara kalimat yang sebelum dan sesudahnya.
Paragraf yang ditulis juga mengandung unsur kesatuan karena memiliki suatu gagasan yang terkait
dengan berita yang akan disampaiakan, kalimat yang membangun paragraf pada
berita tersebut juga memiliki kepaduan dan setiap paragrafnya mengandung
kalimat-kalimat pendudukung yang memberikan penjelasan atas topik yang ingin
disampaiakan, sehingga ini dapat menjadi pelengkap dalam paragraf tersebut.
Lebih lanjut Rohmayadi dan Yakub menjelaskan bahwa “syarat pembentukan paragraf
yakni, (1) kesatuan paragraf, (2) Kepaduan paragraf, dan (3) Kelengkapan
paragraf” (Rohmayadi dan Yakub, 2010:43-47)
Pola penalaran paragaraf terdiri dari pola penalaran
induktif (khusus-umum), pola deduktif (umum-khusus) dan pola camuran
(umum-khusus-umum atau khusus-umum-khusus). Bentuk
penalaran induktif terdiri dari generalisasi, analogi, dan kausal.
Dalam penulisan berita utama surat kabar
Lombok Post, terdapat 3 (tiga) pola penalaran paragraf yang digunakan, yakni penalaran
dengan pola deduktif, penalaran dengan pola induktif (analogi dan kausal), dan
penalaran dengan pola campuran.. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis
yang dilakukan peneliti pada surat Kabar Lombok Post Edisi April 2015, dapat
diketahui bahwa bentuk penalaran yang digunakan yaitu; penalaran dengan pola deduktif digunakan pada
10 (sepuluh) berita,
penalaran dengan pola induktif digunakan
pada 4 (empat) berita dan penalaran dengan pola campuran digunakan sebanyak 12
(dua belas) berita. Pada berita utama Surat Kabar Lombok Post edisi April 2016
cendenrung lebih banyak menggunakan pola penalaran campuran.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
Bentuk
penalaran paragraf pada teks berita utama Surat Kabar Lombok Post Edisi April
2015 menggunakan penalaran dengan pola Deduktif pada
sebelas berita, penalaran dengan pola induktif pada empat berita dan penalaran
dengan pola campuran pada dua belas berita.
Dari
penggunaan penalaran di atas, pada teks berita utama surat kabar Lombok Post
Edisi April 2015 lebih banyak menggunakan pola Penalaran campuran dan pola
penalaran deduktif. Hal ini dapat dilihat pada jumlah persentase penggunaan penalaran.
Penalaran dengan pola campuran digunakan
sebanyak 47 persen, deduktif sebanyak 38
persen, dan sisanya sebanyak 15 persen menggunakan pola induktif.
5.2 Saran
Berdasarkan
hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut.
1)
Bagi redaksi Lombok Post,
agar dalam penulisan teks berita utama Koran Lombk Post seharusnya
mengedepankan judul yang lebih menarik.
2)
Bagi Pendidikan, perlunya
pembahasan lebih lanjut terkait penalaran agar
bertambah pemahaman tentang penalaran.
3)
Bagi Pembaca, selain untuk
menambah wawasan mengenai penalaran diharapkan pembaca juga mampu membedakan
dan menganalisis tentang penalaran.
4)
Bagi peneliti Selanjunya,
perlunya penelitian lebih lanjut terkait tentang penalaan yang lebih luas.
DAFTAR
PUSTAKA
Akadiah. 1988. Pembinaan
Kemampuan Menulis. Jakarta: PT Gelor Aksara.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktek. Jakarta: Pt Bina Aksara.
Asniawati, T. 2014. Analisis Pemakaian Huruf Kapital dan Kesalahan Penulisan Kata pada
Tajuk Rencana Koran Lombok Post Periode 2013 Universitas Muhammadiyah mataram.
Tidak diterbitkan.
Chaer, A.
2007. Linguistik Umum. Jakarta:
Rineka Cipta.
Danim, S.
2003. Menjadi Peneliti Kualitatif.
Bandung: Pustaka Setia.
Effendi, O. U. 1993, Ilmu
Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.
Finoza, L. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta: PT.
Dwasadasa Sarana Bersama.
http://Pratiwi-19.blogspot.com/2012/03/PenalaranInduktif.
Keraf, G.
1985. Argumentasi dan Narasi.
Jakarta: Gramedia.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus
Linguistik(Edisi 4). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mahsun. 2013.
Metode Penelitian Bahasa. Jakarta:
Rajawali Pers.
Marzuki. 1989. Metodologi Riset.
Yogyakarta: BPFE.
Nawawi, dkk. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Nazir, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosda Karya.
Rohmadi dan Yakub. 2010. Paragraf
Pengembangan dan Implementasinya. Yogyakarta: Media Perkasa.
Sugiyono.
2012. Memahami Penelitian Kualitatif.
Bandung: Alfabet.
________.2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Sunarti.
2009. Bahasa Indonesia Ilmiah. Yogyakarta: Andi Offset.
Tarigan, D. 2009. Membina Keterampilan Menulis Paragraf
dan Pengembangannya.
Bandung: Angkasa.
Tarigan, H. G. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa.
Yogyakarta: Duta.
Wijana, I. D. P. 2009. Berkenalan dengan Linguistik. Yogyakarta: Pustaka Araska.
0 komentar: