Sunday, July 30, 2017

PARTISIPASI KUSIR CIDOMO DALAM PENGENDALIAN KOTORAN KUDA

SKRIPSI

PARTISIPASI KUSIR CIDOMO DALAM PENGENDALIAN
KOTORAN KUDA DI KELURAHAN PAGESANGAN KOTA MATARAM
TAHUN 2016



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Pogram Studi Pendidikan geografi 
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram











OLEH:







PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIFERSATAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN 2016
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal penelitian dengan judul “Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram”.


Oleh


Proposal ini telah disetujui pembembing untuk dapat izin penelitian

Mataram,                       2016
Dosen Pembimbing I                                     Dosen Pembimbing II


(Dr. Harry Irawan J, S.Hut., M.Si)             (Arif S.Pd., M.Pd)
NIDN. 0810017901                                        NIDN. 0814028001




Mengetahui;
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi



                                                                                  
(Agus Herianto, S.Pd., M.Pd)
NIDN. 0831128220
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PARTISIPASI KUSIR CIDOMO DALAM PENGENDALIAN KOTORAN KUDA DI KELURAHAN PAGESANGAN KOTA MATARAM
TAHUN 2016

Skripsi atas nama Anas Setiawan telah dipertahankan didepan dosen penguji program studi pendidikan geografi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan
Universitas muhammadiyah mataram

Tanggal,(………………………….)
Dosen penguji

1.      Dr. Harry Irawan J, S.Hut., M.Si  (ketua)             (                                   )
NIDN.0810017901

2.       Muhammad Nizaar, S.Pd., Si      (anggota)         (                                   )
NIDN. 0821078501
3.       Alfian Pujian Hadi, S.P., M.Sc    (anggota)         (                                   )
NIDN.


Mengesahkan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

Dekan,
MOTTO

(At the firs you make habbits at the last habbits make you)
“Pada awalnya engkau membuat kebiasaan, kemudian akhirnya kebiasaan itu yang akan membentuk kepribadian mu”
















PERSEMBAHAN

SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHKAN KEPADA
1.   Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikn
2.  Ayah dan Bunda tercinta (H. Arba Mustakim dan Siti Nursa) yang selama ini telah merawat dan membimbing anaknya/penulis mulai dari kecil hingga dewasa dan mendapatkan gelar sarjana S1 di UM Mataram.
3.  Special untuk seseorang yang telah memberikan semangat kepada peneliti
4.  Semua dosen Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu pengetahuanya selama peneliti duduk di bangku kuliah
5.  Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis
6.  Special untk IMAHAGI sebagai organisasi pertama yang membuat penulis tetap semangat untuk mencari pengalaman dan ilmu pengetahuan selama kuliah.








SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan dibawah ini saya mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Mataram Menyatakan bahwa
Nama               : Anas Setiawan
Nim                 : 11214A0139
Alamat            : Jln. Merdeka No. 3 Mataram
Memang benar skripsi yang berjudul Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Pasar Pagesagan Kelurahan Pagesangan Kota Mataram Tahun 2016 adalah asli karya sendiri dan belum pernah diajukkan untuk mendapatkan gelar akademik ditempat manapun.
            Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan pembimbing. Jika terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah dipublikasikan memang diacu sebagai sumber dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Jika dikemudian hari pernyataan saya ini terbuti tidak benar saya siap mempertanggung jawabkanya, termasuk bersediah menanggalkan gelar sarjana yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa tekanan dari pihak manapun.

Mataram 02 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan.




Anas Setiawan
Nim. 11214A0139
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiini, yang berjudul Partisipasi Kusir Cidomo Dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Kelurahan Pagesangan Kecamatan Pagesangan Kota Mataram  Tahun 2016 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Sripsi ini mengkaji tentang partisipasi para kusir cidomo dalam menjaga kebersihan lingkungan dari kotoran kuda mereka.Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi strata satu (S-1) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiya Mataram.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasi yang mendalam kepada:
1.   Bapak Drs. Mustamin H. Idris, M.S Sebagai Rektor UM-Mataram
2.   Bapak Syafril, S.Pd., M.Pd. sebagai Dekan FKIP UM-Mataram
3.   Bapak Agus Harianto, S.Pd., M.Pd. sebagai Ketua Prodi Pendidikan Geografi
4.   Bapak Dr. Harry Irawan Johari, S.Kel., M.Si. sebagai pembimbing I
5.   Bapak Arif, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing II
6.   Bapak ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan maupun saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya demi dan untuk pengembangan dunia pendidikan kedepanya.
                                                     Mataram 02 Agustus 2016
                                                                              Penulis,



                                                                              Anas Setiawan
Anas Setiawan.11214A0139. Partisipasi Kusir Cidomo Dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram.Skripsi. Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram

Pembimbing 1            : Dr. Harry Irawan Johari, S.Hut., M.Si
Pembimbing 2            : Arif, S.Pd., M.Pd

ABSTRAK

Dalam program pembangunan kesehatan salah satunya adalah program lingkungan sehat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan. Masalah limbah padat kotoran kuda adalah masalah yang rumit karena kurangnya pengertian dari para kusir cidomo terhadap akibat yang ditimbulkan oleh limbahah kotoran kuda serta kurangnya biaya dari pemerintah untuk mengusahakan tempat pembuangan dan pengelolaan kotoran kuda yang baik dan benar, berdasarkan uraian diatas maka maka peneliti bertujuan untuk mengetahui bagaiman partisipasi kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda di pasar Pagesangan Kota Matara.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda di pasar Pagesangan Kota Mataram.Informan dalam penelitian ini adalah kusir cidomo yang berada di Paras Pagesangan Kota Mataram dengan jumlah 31 orang.Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat dan dalam bentuk grafik.
Dalam hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan informan tentang pengendalian kotoran kuda dalam kategori baik, sedangkan sikap informan dalam kategori kurang baik atau sedang begitupun tindakan informan dalam mengendalikan kotorann kuda kurang baik.Tiga hal ditas menunjukkan kurangnya partisipasi atau kepedulian para kusir cidomo terhadap dampak dari limbah kotoran kuda bagi lingkungan, disamping itu kurangnya perhatian dan pengawasan dari pemerintah terhadap terhadap dampak yang diakibatkan oleh limbah kotoran kuda. Untuk meningkatkan partisipasi kusir cidomo dalam pengendalian dan pengelolaan kotoran kuda yang lebih baik untuk kedepanya adalah: pertama pemerintah harus mempersiapkan fasilitas yang memadai seperti alat penampung kotoran kuda sementara disetiap pangkalan cidomo, yang kedua  aspek kelembagaan yaitu membentuk kelomok disetiap pangkalan cidomo berada, kemudian membentuk lembaga khusus pengelolaan limbah kotoran kuda yang terpusat, yang ketiga aspek aturan atau hukum dengan meningkatkan kepatuhan para kusir cidomo dalam pemasangan gendongan kotoran kuda yang baik dan benar dengan jarak 5cm dari femur, pelaksanaan razia gabungan, meningkatkan kegiatan sosialisasi oleh Dinan Kebersihan dan Dinas Perhubungan Kota Mataram yang terprogram dengan baik.
Kata Kunci :Partisipasi, Kusir Cidomo,Pengendalian Kotoran Kuda
Anas Setiawan. 11214A0139. Participation driver Cidomo In Control Dirt Riding in Market Village Pagesangan Mataram City.Skripsi. Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram
Supervisor 1: Dr. Harry Irawan Johari, S.Hut., M.Si
Supervisor 2: Arif, S.Pd., M.Pd
ABSTRACT
In the healt of development especially about health area programs that is purposes to create the quality of the live environment than maked pleasant for protection humanity from peril of humanity area especialy  problem of wastel solid dirt hourse is the difficult problems because of lack of awareness of coachman aused by wastel solid dirt hourse through that lack of expence from goverment to making place that receives and manage  of wastel hourse, according to explanation above, so the purposes of research is to know the participate of coachman for management procces of wastel solid dirt hourse at pagesangan market city of mataram.
The characteristic of this research is descriptive and qualitative approach trough of descriptive of knowledgment, act and attitide from coachman in management of wastel solid dirt hourse at pagesangan market city of Mataram. The source in this research is coachman of cidomo as with 30 participant. The technique of collecting data are: (1) Observation methods, (2) Interview methods and (3) Dokumentation methods, through manual process and server into words and graphics.The result of research  that is knowledgment about wasted solid dirt hourse of coachmen is kind categories, whereas from the attitude and management process of wastel solid dirt hourse is decrease.
The case obove showed less participant or careless about impact of wactel solid dirt hourse. To improving participant of cidomo coachman in management process of wastel solit for the next generations are : (1) Goverment needs to prepared complete facilities as tools of place that receives of wastel solid at each anchorage of cidomo coachman. (2) Organization aspect to form of groups at each anchorage of cidomo coachman, through form special organization for management of wastel solid, (3) The aspect of rule is to improving calmed of cidomo coachman to instruction  wearing pocket of wastel solid with 5 cm from femur, the implementation of joint roads, improving socialization activity by sanitary agency and department of transportations the city of mataram.


Key Word: Participant, the cidomo coachman, Management of wastel solid dirt hourse




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………..…………… i
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………….………… ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………………. iii
MOTO……………………………………………………………………...…… iv
PERSEMBAHAN……………………………………………………………...... v
SURAT PERNYATAAN…………………………………………….………… vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………..…... vii
ABSTRAK………………………………………………………….……..…... viii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….….... ix
DAFTAR TABEL…………………………………………….…………………. x
DAFTAR GAMBAR………………………………………………….………... xi

BAB I      PENDAHULUAN
1.1.Latara Belakang……………………………………….………………. 1
1.2.Rumusan Masalah…………………………………….……………….. 3
1.3.Tujuan Penelitian……………………………………….……………... 3
1.4.Manfaat Penelitian………………………………………….…………. 3
BAB II     STUDI KEPUSTAKAAN
2.1.      Kajian Pustaka Atau Penelitian yang Relevan……….…….….…….. 5
2.2.      Kajian Teori……………………...……………….…………………. 6
2.2.1.   Pengertian Partisipasi………………………………..……….. 6
2.2.2.   Pengertian Kusir Cidomo………………………..………….... 9
2.2.3.   Pengertian Cidomo………………………………….…….… 11
2.2.4.   Pengertian Kotoran…………………………………..……… 11
2.2.5.   Dampak yang diakibatkan oleh transportasi cidomo…….…. 12
2.2.6.   Pengendalian……………………………….…..…………….13
2.2.7.   Cara Pengelolaan Kotoran Ternak/kuda………….………… 15
2.2.8.   Pengetahuan (knowledge)……………………………………….. 17
2.2.9.   Pengertian Sikap……………………………..……………… 18
2.2.10.     Pengertian Tindakan…………………………………..….. 20
BAB III    METODE PENELITIAN
3.1.      Rancangan Penelitian………………………….…………………… 22
3.2.      Lokasi dan Waktu Penelitian………………………….…………… 22
3.3.      Tehnik Penentuan Subjek Penelitian……………………….……… 23
3.4.      Jenis dan Sumber Data…………………………….….……………. 24
3.5.      Tehnik Pengumpulan Data………………….……………………... 25
3.6.      Instrumen Penelitian………………………....…………………….. 28
3.7.      Tehnik Analisis Data………………………………………………. 28
BAB IV    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.       Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………… 33
4.1.1.   Gambaran Umum Kelurahan Pagesangan………………….. 33
4.1.2.   Data Kependudukan Kelurahan Pagesangan……………….. 34
4.1.3.   Sarana Prasarana……………………………………………. 36
4.1.4.   Data Umum Informan………………………………….….... 38
4.2.      Penyajian Data Hasi Penelitian…………………………..………… 40
4.3.      Pembahasan…………………………….………………………….. 59
4.3.1.   Pengetahuan Kusir Cidomo Tentang Pengendalian Kotoran.. 59
4.3.2.   Sikap Kusir Cidomo Tentang Pengendalian Kotoran Kuda... 62
4.3.3.   Tindakan Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda. 65
4.3.4.   Harapan Kusir Cidomo untuk Meningkatkan Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda…..……………. 67
4.3.5.   Hambatan Dalam Melakukan Penelitian………….………… 68
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1.       Kesimpulan………………….…………………………………….. 69
5.2.      Saran……………………………….………………………………. 69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN


DAFTAR TABEL

Tabel   Halaman
Tabel 4.1 Disribusi Penduduk Berdasarkan Umur…………...………….……… 32
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama…………………………… 32
Tabel 4.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Pagesangan………. 33
Tabel 4.4 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan   Pagesangan…….… 34
Tabel 4.5 Prasarana Kesehatan dan Kantor…………………………….………. 34
Tabel 4.6 Prasarana Pendidikan…………………………….…………………... 35
Tabel 4.7 Prasarana Ibadah……………………………………….…………….. 35
Tabel 4.8 Prasarana Umum……………………………………….…………….. 36
Tabel 4.9 Prosentase Informan Berdasarkan Umur (Tahun)……….…………... 36
Tabel 4.10 Tinkat Pendidikan Informan………………….………….…………. 47
Tabel 4.11 Pekerjaan Informal……………………….……………..…………... 38
Tabel 4.12 Jenis Bantuan dan Sumber Bantuan…………………….…………... 54
Tabel 4.13 Harapan Kusir Cidomo………………….…..……………………… 56
  



DAFTAR GAMBAR

Gambar  Halaman
Gambar 2.1 Delapan tangga Partisipasi Masyarakat………………….…..……… 8
Gambar 3.2 Komponen analisis data kualitatif…………………….…………… 29
Gambar 4.3 Gambar Peta Lokasi Penelitian………………….………………… 31
Gambar 4.4 Grafik pernyataan tentang pengertian kotoran………………...…... 39
Gambar 4.5 Grafik pernyataan tentang jenis kotoran menurut sifatnya…..……. 40
Gambar 4.6 Grafik dampak kotoran kuda bagi kehidupan…………..…………. 41
Gambar 4.7 Grafik pernyataan tentang manfaat kotoran kuda…………..……... 42
Gambar 4.8 Grafik pernyataan tentang cara pengeloaan kotoran kuda…...……. 42
Gambar 4.9 Grafik pernyataan tentang kegiatan sosialisasi oleh pemerintaah..... 44
Gambar 4.10 Grafik pengetahuan informan dalam pengendalian kotoran kuda...45
Gambar 4.11 Grafik tentang dampak kotoran kuda terhadap lingkungan…..….. 46
Gambar 4.12Grafik tentang manfaat dari pengelolaan kotoran kuda………….. 47
Gambar 4.13Grafik tentang kotoran kuda yang berserakan ditengah………..… 48
Gambar 4.14Grafik lingkungan yang indahmembuat hidup kita nyaman…..… 48
Gambar 4.15 Grafik tentang kotoran kuda harus dikelola dengan baik…..…….. 49
Gambar 4.16 Grafik tingkat sikap informan dalam pengendalian kotoran kuda.. 50
Gambar 4.17 Grafik kesadaran kusir memasang gendongan kotoran………...… 51
Gambar 4.18 Grafik jarak pemasangan gendongan kotoran kuda………….…... 52
Gambar 4.19 Grafik tindakan kusir cidomo dalam membuang kotoran kuda.…. 52




DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran     Halaman
Lampiran 1.                 Surat Izin Penelitian dari Fakultas FKIP UM Mataram
Lampiran 2.                 Izin Penelitian Penelitian dari BLHP (Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian) Provinsi NTB
Lampiran 3.                 Instrumen Penelitian
Lampiran 4.                 Kartu Konsul
Lampiran 5.                 Lembar Perbaikan Skripsi
Lampiran 6.                 Dokumentasi Penelitian




BAB I
PENDAHULUAN
1.1.    Latar Belakang
Limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat, cairan,  dan sisa pakan, limbah yang terdiri dari kotoran hewan dan urine (air kencing) adalah limbah yang paling banyak dihasilkan dan dapat memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan apabila tidak diolah dengan baik dan benar Antaressa, (2010).
Kuda merupakan hewan yang telah lama digunakan untuk kepentingan manusia, baik untuk digunakan tenaganya, kecepatannya, dagingnya sebagai pangan, bahkan limbah yang dihasilkan dari kuda, di Indonesia sendiri sudah banyak orang yang tertarik untuk memelihara kuda untuk berbagai kepentingan seperti hewan pacuan, dan banyak pula yang menjadikan kuda sebagai alat trasportasi baik itu transportasi perorangan dengan cara menungganginya dan yang lebih menariknya lagi kuda dijadikan sebagai alat taransportasi masal seperti andong yang berada di pulau Jawa, benhur yang berada di pulau Sumbawa, dan cidomo yang berada di pulau Lombok, dan kendaraan tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan belanda dulu dan sampai saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat dengan berbagai keperluan. Lombok juga terkenal akan kendaraan terdisional yang dimilikinya yaitu cidomo, yang dimana kendaraan tersebut digunanakan dalam berbagai aktivitas manusia setiap harinya, baik itu untuk melayani para wisatawan untuk menuju objek wisata tertentu atau melayani masyarakat Lombok dalam berbagai aktivitas setiap harinya.   
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti  bahwa dibalik banyaknya manfaat dari transportasi cidomo bagi masyarakat baik manfaat secara ekonomis maupun sosial, akan tetapi berbagai permasalahan juga timbul akibat adanya trasnportasi cidomo tersebut, seperti terjadinya kemacetan dijalan, dan yang paling berbahayanya lagi adalah banyaknya kotoran kuda yang berserakan di tengah jalan yang kemudian akan berdampak pada keindahan lingkungan dan kenyamanan masyakat akibat bau yang tidak sedap dari kotoran kuda tersebut. Berkaitan dengan adanya dampak negatif yang diakibatkan oleh transportasi cidomo tersebut,   Pemerintah Kota Mataram sudah membuat peratura bagi kusir cidomo seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian (Pramono 2008), bahwa setiap cidomo yang akan dioperasikan harus dipasang gendongan untuk menampung kotoran kuda dengan jarak 5 cm dengan kudanya.
Akan tetapi setelah peneliti mengamati bahwa begitu banyak kusir cidomo yang mengabaikan hal itu bahkan begitu banyak para kusir cidomo yang tidak memasang kantong atau gendongan untuk menampung kotoran kuda mereka, sehingga akibatnya kotoran kuda tersebut jatuh dan berserakan ditengah jalan. Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari pengurus Rukun Keluarga Cidomo (RKC), bahwa jumlah transportasi cidomo yang beroperasi di Kota Mataram diperkirakan ± 2.156 unit meliputi 1.156 unit berasal dari dalam Kota Mataram dan 1.000 unit berasal dari Kabupaten Lombok Barat. Jadi dalam jumlah tersebut tentunya juga menghasilkan limbah padat kotoran kuda dengan jumlah yang banyak.  
Berdasarkan gambaran diatas maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram.

1.2.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka pokok permasalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bagaimana partisipasi kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram? 

1.3.    Tujuan Penelitian
1.3.1.      Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram.
1.3.2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui pengetahuan kusir cidomo tentang pengendalian kotoran kuda.
b.      Untuk mengetahui sikap kusir cidomo terhadap pengendalian kotoran kuda.
c.       Untuk mengetahui tindakan kusir cidomo dalam berpartisipasi terhadap pengendalian kotoran kuda.

1.4.    Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:  

1.4.1. Manfaat Teoritis
a.       Menambah pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang tingkat partisipasi kusir cidomo dalam penegelolaan kotoran kuda di pasar pagesangan.
b.      Memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang lingkungan.
c.       Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/i FKIP UM Mataram khususnya dalam pengelolaan kotoran kuda domestik.
1.4.2.   Manfaat Praktis
a.       Sebagai sumbangan pemikiran dan bahan masukan bagi kusir cidomo di pasar Pagesangan Kota Mataram.
b.      Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak pemerintah, sebagai bahan masukan dalam program kesehatan lingkungan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian yang Relevan
Dalam hasil penelitian Lasmana Rohani 2007 yang berjudul “Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Desa Medan Kabupaten Deliserdang dan di Kelurahan Asam Kumbang Kota Padang”. Dalam program pembangunan kesehatan salah satunya adalah program lingkungan sehat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam pengelolaan sampah di Desa Medan Kabupaten Deliserdang dan di Kelurahan Asam Kumbang Kota Padang. Dari hasil penelitian diketahui pengetahuan respoden tentang pengelolaan sampah berada pada kategori baik di Medan Senembah 59,37% dan asam kumbang 86,46%. Sikap responden terhadap pengelolaan sampah berada pada kategori sedang di Medan Senembah 100% dan di Asam Kumbang 100%, sedangkan tindakan responden dalam pengelolaan sampah berada pada kategori sedang di Medan Senambah 85,42% dan di Asam Kumbang 84,36%.
Dalam hasil penelitian Pramono 2008 yang berjudul “Pengelolaan Transportasi Ramah Lingkungan di Kota Mataram”. Kemudahan dan kelancaran transportasi merupakan salah satu indicator pembangunan yang berkelanjutan. Transportasi ramah lingkungan adalah transportasi yang tidak membahayakan keselamatan manusia dan lingkungan dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari dan gene rasi yang akan datang. Transportasi jarak dekat di Kota Mataram dilayani “cidomo” yang tergolong Non-Motorised Transport menggunakan tenaga penarik kuda dan tidak menghasilkan gas buang berupa CO 2  dan NOx. Pemerintah Kota Mataram dalam situasi krisis energi saat ini memfungsikan “cidomo” sebagai transportasi jarak dekat  pinggiran Kota Mataram.
Jadi adapun perbedaan dari hasil penelitian diatas dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti adalah dimana dari kedua judul penelitian diatas yang petama lebih menekankan pada perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah sedangkan yang kedua lebih menekankan pada pengelolaan taransportasi ramah lingkungan sedangkan dalam judul penelitian yang akan peneliti teliti lebih menekankan pada partisipasi kusir cidomo dalam pengelolaan kotoran kuda di pasar pagesangan Kota Mataram.
2.2. Kajian Teori
2.2.1.      Pengertian Partisipasi
Menurut Newstorm, (dalam Remiswal 2013), bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka memberikan kontribusi pada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab untuk mencapainya.
Sedangkan menurut Cary, (dalam Remiswal 2013) berpendapat bahwa partisipasi merupakan kebersamaan atau saling memberikan sumbangan untuk kepentingan dan masalah-masalah bersama  yang tumbuh dari kepentingan dan perhatian individu warga masyarakat itu sendiri. Menurut Joyomartono, (dalam Lubistoro 2012), bahwa berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila tergantung dari Partisipasi seluruh rakyat serta sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan dan disiplin dalam menyelenggarakan  pembangunan.
Menurut Slamet, (dalam Lubistoro 2012), memahami arti partisipasi dapat dilihat dari 3 pandangan, khususnya dalam partisipasi pembangunan:
a.       Cara pandang dimana partisipasi merupakan kegiatan pembagian massal dari hasil-hasil pembangunan
b.      Cara pandang dimana masyarakat secara massal telah menyumbang jerih payah dalam pembangunan
c.       Partisipasi harus terkait dengan pengambilan keputusan di dalam pembangunan, misalnya pembangunan hutan rakyat melalui strategi program penghijauan
Partisipasi atau peran serta masyarakat pada dasarnya ialah usaha untuk menumbuhkan rasa memiliki dan semangat terhadap kegiatan pembangunan masyarakat yang dilihat atas keterlibatanya melalui proses perencanaan, implementasi dan evaluasi pembangunan. Hal utama dalam perrtisipasi yakni self conciusnes (penyadaran diri) dan penumbuhan semangat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Ditambahkan oleh Sulistiyani (2004) peran serta masyarakat akhirnya akan terjadi pentahapan dimana peran dan fungsi pemerintah serta peran agen perubahan akan bergerak secara logis masing-masing bergeser menurut pola kekuasaan dominan. Tahap pertama pemerintah cenderung lebih dominan terhadap memperhitungkan sstakeholder maupun pihak luar pemerintah menurut Arntein disebut non partisipasi. Kondisi kedua mulai terdapat ruang partisipasi masyarakat secara logika akan masuk peran pihak diluar pemerintah yang hanya sebatas sebagai pelaksana pembangunan dengan cakupan partisipasi yang sangat terbatas, belum ada penghargaan ide dan Arnstein mengelompokkan pada tingkat tokenisma dan kondisi yang terakhir adalah domain masyarakat, telah terjadi kemitraan yang sebenarnya dan memberikan keleluasaan bagi rakyat oleh Arnstein merupakan sebuah manifestasi  dan untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah ini.
Jaringan partisipasi dalam kehidupan sehari hari yang digmbarkan pada gambar diatas Arnstein mengungkapkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dapat digambarkan menjadi delapan tingkat partisipasi sebagai berikut:
a.       Tangga pertama yaitu manipulasi atau penyalahgunaan serta tangga yang kedua terapi (perbaikan) tidak termasuk dalam konteks partisipasi yang sebenarnya. Pada kasus ini masyarakat ikut dalam program tetapi tidak sepenuh hati baik secara psikologi, mental dan disertai konsekwensi keikut sertaan yang memberikan konstribusi dalam program tersebut. Dalam hal ini masyarakat dilibatkan hanya untuk mendapatkan dukungan public semata dan oleh Arnstein menyebut sebagai ketidak pedulian.
b.      Tangga ketiga yaitu pemberian informasi, tangga keempat konsultasi dan tangga yang kelima penentraman adalah sarana untuk menampung saran, masukan dan ide dari masyarakat guna meredam keresahan. Hal tersebut disebut “tokenisme”.
Pada dasarnya penyampaian informasi merupakan suatu bentuk pendekatan kepada masyarakat untuk mendapat legitimasi public, atas segala program yang telah dicanankan hal ini kenyataanya merupakan bentuk dari komunikasi top down. Sementara konsultasi dalam sebuah forum adalah untuk megundang ketertarikan public tidak sampai pada memperhatikan keberatan public. Kemudian tangga kelima peredaman. Pada ketiga tangga yang dimaksud sesungguhnya masyarakat sudah mulai diberi kesempatan untuk berpartisipasi dengan bentuk menyampaikan pendapat, saran dan keberatan tetapi sifatnya formalitas. Arnstein menyebutka sebagai tingkat penghargaan atau formalitas (Sulistiyani, 2004).
c.       Menurut Arnstein pada tingkat tangga keenam mulai dapat terdeteksi apa yang disebut sebuah partisipasi dan kemitraan dengan masyarakat dalam hal ini masyarakat sudah mendapat tempat pada sebuah program pembangunan, tingkat yang ketujuh lebih pada pelimpahan kewenangan oleh pemerintaj kepada masyaraka. Selanjutnya yang terakhir tangga kedelapan masyarakat telah mampu melakukan kontrol. Ketiga kelompok tingkat disebutkan diatas merupakan merupakan kategori tingkat kekuasaan masyarakat (Sulistiyani, 2004).
Partisipasi memang mempunyai arti yang sangat beragam, sehingga selama 10 tahun terakhir ini, istilah partisipasi menjadi sangat terkenal dalam kontek berbagai kegiatan pengembangan pariwisata di Indonesia maupun di seluruh dunia. Partisipasi masyarakat lebih lanjut akan menyebabkan keterlibatan masyarakat dalam mengikuti perubahan yang lebih nyata. Adanya perasaan ikut memiliki dan partisipasi masyarakat menunjukkan adanya interaksi antara masyarakat dengan hutan di dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental, fisik dan emosi seseorang dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang sedang dilakukan guna mencapai tujuan bersama. Pada pengendalian kotoran kuda di pasar Pagesangan Kota Mataram dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan. Partisipasi kusir cidomo dalam penegendalian kotoran kuda sangatlah penting untuk menciptakan  lingkungan Kota Mataram yang indah dan nyaman.

2.2.2.   Pengertian Kusir Cidomo
Kusir cidomo merupan orang yang mengendarai cidomo dengan cara ditarik menggunakan tali atau karet ban bekas. Jadi dengan adanya kusir maka cidomo akan bisa berjalan sesuai yang diarahkan oleh sikusir tersebut. Arti lain daripada kusir adalah merupakan sopir cidomo yang mengarahkan cidomo tersebut sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Wikipedia bahasa Indonesis, 2014).
Jadi bisa disimpulkan bahwa kusir cidomo merupakan seseorang yang mengarahkan kuda cidomo dengan cara ditari menggunakan tali atau karet ban bekas yang mengarahkan cidomo sesuai dengan tujuan tertentu.

2.2.3.   Pengertian Cidomo
Cidomo atau kadang disebut Cimodok adalah alat transportasi tenaga kuda khas pulau Lombok, secara fisik kendaraan ini mirip dengan delman atau andong yang terdapat di pulau Jawa. Perbedaan utamanya dengan delman atau andong adalah alih-alih menggunakan roda kayu, cidomo menggunakan roda mobil bekas sebagai rodanya, sampai saat ini alat transportasi ini masih menjadi sarana utama transportasi terutama pada daerah-daerah yang tidak dijangkau oleh angkutan publik dan daerah-daerah sentral ekonomi rakyat seperti pasar (Wikipedia bahasa Indonesia 2014).  
Menurut Jawad, (2013), dalam sejarahnya, cidomo muncul dari kebudayaan agraris Masyarakat Lombok. Pedesaan Lombok yang dipenuhi oleh hamparan sawah dan kebiasaan suku Sasak memelihara kuda, memunculkan sebuah ide untuk membuat sebuah alat pengangkut padi yang ditarik oleh kuda, lalu lahirlah cidomo. Dalam perkembangannya cidomo tidak hanya mengangkut padi tetapi juga mengantar manusia ke sawah-sawah yang jauh dari permukiman penduduk. Cidomopun sekarang tidak hanya di Desa-desa, tetapi sadah masuk kejalanan Kota bersaing dengan kendaraan bermotor.
2.2.4.   Pengertian Kotoran
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI 2013), Kotoran/tahi merupakan ampas makanan dari dalam perut yang keluar melalui dubur; tinja, atau berbagai kotoran, endapan, atau barang yang dianggap sebagai ampas (sisa, karat, buangan, dan sebagainya). Jadi bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa kotoran/tahi itu merupakan ampas makanan yang sudah diolah oleh perut baik perut manusia maupun hewah yang kemudian keluar melelui saluran pembuangan menghasilkan kotoran. Seperti halnya kotoran kuda yang bersal dari kuda itu sendiri.

2.2.5.   Dampak yang diakibatkan oleh transportasi “cidomo”
Menurut Pramono, (2008), ada dua dampak yang diakibatkan oleh trasportasi cidomo yaitu dampak positif dan dampak negative sebagai berikut:
a.       Dampak Positif
Dampak positif dari ”cidomo” yakni tidak membutuhkan BBM, tidak menghasilkan pencemaran CO2  dan NOx,  atau dari aspek lingkungan sangat bermanfaat mengurangi emisi gas rumah kaca  4.792    CO2 ton/tahun, hemat energi BBM  2.065.717,50 liter/tahun, dari aspek sosial  “cidomo” tidak menghasilkan kebisingan yang mengganggu masyarakat, tergolong kendaraan yang aman, melayani pembangunan disegala bidang dengan fungsi angkutan yang multifungsi, menurunkan kesenjangan dari pelayanan transportasi masyarakat yang tidak mampu, tidak menghasilkan CO2 dan NOx pada pelayanan transportasi jarak dekat yang akhirnya akan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, menghasilkan bahan dasar pupuk dan biogas.

b.      Dampak Negatif
Dampak negatif yang ada pada kegiatan transportasi cidomo pada   saat sekarang lebih dikarenakan tidak terkelolanya transportasi ”cidomo”. Dampak sosial yang langsung dapat dilihat  adalah tumpukan kotoran kuda di jalan dan dipinggir jalan yang terkesan tidak terkelola dengan baik. Kotoran kuda yang dibuang atau ditumpuk begitu saja dapat menimbulkan gas (metana)  CH4 yang merupakan salah satu sumber emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan jumlah 1.967.350 liter per tahun.
2.2.6.      Pengendalian

a.       Pengertian Pengendalian
Menurut George. R terry (dalam Sandi 2013) Pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar.
Menurut Koonz (dalam Sandi 2013) Pengendalian adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat diselenggarakan.
Menurut Syamsi, (dalam Sandi 2013) Pengendalian adalah fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan/ kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, patokan, pengaturan atau hasil yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa pengendalian merupakan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh atasan atau pimpinan dalam organisasi terhadap komponen organisasi dan sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumya, secara terus menerus dan berkesinambungan agar semua dapat berfungsi secara maksimal sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini bagaimana para kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kudanya secara terus menerus agar kedepanya limbah kotoran kuda ini dapat tekelola dengan baik dan benar melalui pengendalian.
b.      Jenis Pengendalian
1)      Pengendalian umpan balik (feedback control) memperoleh informasi mengenaiaktivitas-aktivitas yang telah selesai dijalankan. Pengendalian ini memungkinkan perbaikan di masa mendatang dengan mempelajari apa yang terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, tindakan perbaikan terjadi setelah kejadian. 
2)      Pengendalian simultan (concurrent control) menyesuaikan proses yang sedang berjalan. Pengendalian real-time ini mengendalian aktivitas pemantauan yang terjadi saat ini untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang terlalu jauh dari standarnya. 
3)      Pengendalian ke depan (feedforward control) mengantisipasi dan mencegah masalah masalah. Pengendalian ini memerlukan perspektif jangka panjang.

c.       Proses Pengendalian
1)      Menetapkan standar dan patokannya. Langkah ini meliputi standar dan ukuran untuk segala hal mulai target  kerja yang harus dicapai, penyelenggaraan kerja. Patokan ini dapat berupa peraturan, pembakuan, instruksi, dan lain-lain. Agar langkah ini efektif standar ini perlu dirinci dalam bentuk-bentuk operasional, dipahami dan diterima oleh setiap individu pegawai.
2)       Pengukuran hasil pelaksanaan (performance). Langkah ini merupakan proses berkesinambungan, berulang-ulang (refetitif) dengan frekwensi aktual sesuai dengan jenis aktivitas yang sedang diukur. Pada langkah ini kita mengecek, mengukur, melihat hasil senyatanya atau juga dapat mengecek pelaksanaanya.
3)      Memperbandingkan antara pelaksanaan dan standarnya. Langkah ini banyak hal merupakan paling mudah ditempuh dalam proses pengendalian, sifat kompleksnya mungkin telah diatasi dalam langkah sebelumnya. Sehingga dalam langkah ini tinggal membandingkan hasil yang telah dicapai dan telah ditetapkan sebelumnya. Jika hasil sesuai dengan standar, maka dapat dikatakan bahwa segala sesuatunya  berjalan secara terkendali. Tetapi mungkin juga terjadi suatu ketidaksamaan atau penyimpangan, ini merupakan feed back yang perlu diperbaiki.
4)      Mengambil tindakan perbaikan. Apabila hasil belum tercapai atau menurun, dan analisis menunjukkan perlunya diambil tindakan. Tindakan ini dapat berupa penggandaan perubahan terhadap satu atau lebih banyak hasil.
2.2.7.   Cara Pengelolaan Kotoran Ternak/kuda
a.      Pemanfaatan Kotoran Menjadi Biogas
Menurut Hendri, (2010), biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Pada umumnya hampir semua jenis bahan organic dapat diolah menjadi biogas, antara lain kotoran dan urin hewan, kotoran manusia, sisa sampah organik, sisa proses pembuatan tahu dan sebagainya. Terkait dengan pengembangan biogas di rumah tangga peternak, maka bahan organik yang dapat digunakan adalah kotoran ternak, baik sapi, kuda, ayam, kambing dan lain sebagainya.
Teknologi Pembuatan Biogas Secara teknologis, prinsip  pembuatan  biogas  adalah memanfaatkan  gas  metana  gas yang  mudah  terbakar yang  terdapat  di  dalam  kotoran  hewan sebagai  bahan  bakar,  terutama untuk  konsumsi  rumah  tangga.  Untuk  itu,  selain  diperlukan  adanya  ternak  sebagai  pemasok kotoran, juga diperlukan sarana penampungan kotoran itu agar dapat berproses menghasilkan gas metana.
Tangki  penampung  kotoran  hewan  yang  digunakan  sebagai  tempat  pembentukan biogas  disebut  digester.  Di  dalam  digester  yang  tertutup  rapat,  kotoran  ternak  diencerkan dengan  air.  Hal  ini  dilakukan  untuk  mempercepat  proses  keluarnya  gas  dari  kotoran  ternak. Dengan memanfaatkan tekanan gas di dalam digester, gas metana yang terbentuk dialirkan ke penampungan  gas.  Tempat  penampungan  gas  dapat  berupa  kantong  plastik  berukuran  besar, tetapi  ada  pula  berbentuk  tabung  dari fiberglass.  Dari  tempat  penampungan  ini,  gas  metana dapat dialirkan langsung melalui pipa menuju kompor yang ada di dapur. Instalasi  biogas  dapat  dibuat  dengan  teknologi  sederhana  yang  akan  mampu  dikuasai oleh  rumah  tangga  peternak  atau  masyarakat  setempat  setelah  sebelumnya  diberikan sosialisasi dan pelatihan dalam membuat instalasi biogas (Hendri, 2010).

b.      Pengomposan (Composting)
Menurut Hendri, (2010),  pengomposan merupakan pemanfaatan kotoran kuda menjadi bahan kompos, sehingga hasilnya nanti bisa menjadi pupuk organik yang nantinya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organic, bagaimana cara mengolah kotoran kuda menjadi bermanfaat contoh pembuatan kompos Bahan dan Komposisi: (1). 100 kg arang sekam berambut (2). 200 kg kotoran hewan (30). 3-5 kg dedak atau bekatu (4). 0,5 kg gula pasir atau gula merah yang dicairkan dengan air (5). 0,5 liter bakteri air secukupnya.
Cara Pembuatan: Arang sekam, kotoran hewan, dedak, dan gula dicampur sampai rata dalam wadah yang bersih dan teduh. Jangan terkena hujan dan sinar matahari secara langsung. Bakteri dicampurkan ke dalam air kemudian campuran di atas dicampurkan sambil diaduk sampai rata. Campuran ditutup dengan plastik atau daun-daunan. Tiap dua hari sekali campuran disiram dengan air dan diaduk-aduk. Dalam 10 (sepuluh) hari kompos sudah jadi.

c.       Pertisida alami dan pembasmi hama
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), urine kuda sebaiknya tidak dibuang. Sebab urine yang berbau menyengat itu ternya laku dijual untuk pertisida alami. Sebelum dijual, tentu saja urine harus dioplos dengan empo-empo seperti campuran kunyit, kencur, jahe dan temu ireng. Sesuai dengan standar pengolahan, 100 liter urine dicampur dengan 10 kg empon-empon. Setelah dicampur dan diolah sedemikian rupa, cairan ditampung dalam tong plastic didiamkan selama empat hari. Setelah itu cairan tersebut siap dijual ke pasaran. Pertisida alami itu ternyata bisa mengusir dan membunuh hama tanaman. Penyamprotan dilakukan cukup mudah, yaikni menggunakan sprayer yang biasa dipakai petani untuk menyamprotkan pertisida berbahan kimia.
2.2.8.      Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan rabadengan sendiri (Notoatmodjo, 2003).
Ada beberapa tingkat pengetahuan dalam domain kognitif seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo, (2003) yaitu sebagai berikut:
a.       Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
b.      Memahami Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c.       Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari atau diketahui pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d.      Analisis atau kemempuan untuk mejabarkanmateri atau suatu onjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitanya satu sama lain.
Kriteria Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, (2003), pengetahuan sikap dan tindakan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: Baik, hasil persentase 76%-100% Cukup, hasil persentase 56%-75% Kurang, hasil persentase < 56%.
2.2.9.      Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menujukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Notoatmodjo, (2003), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a.       Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b.      Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c.       Kecenderungan untuk bertindak
Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Berbagai tingkatan sikap yaitu :
a)      Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 
b)      Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c)      Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d)     Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003). 
Notoatmodjo, (2003), mengkategorikan fungsi sikap menjadi empat golongan yaitu: Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, sikap berfungsi sebagai alat pengatur tingkah laku, sikap berfungsi sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman, sikap sebagai pernyataan kepribadian.
2.2.10.  Pengertian Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujutkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping itu juga diperlukan factor dukungan dari pihak luar (Notoatmojo, 2003).
Tindakan atau praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
a.    Persepsi mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktek tingkat pertama.
b.   Respon terpimpin dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar atau atau sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkatan kedua
c.    Mekanisme apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia telah mencapai praktek tingkat tiga.
d.   Adaptasi suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2003).
                                      

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Menurut Sugiyono, (2013), dalam melakukan penelitian diperlukan metode penelitian yang disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti guna untuk mendapatkan data dan informasi dalam mendukung penelitian, secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sugiyono (2013) mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Peneialitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan alasan sebagai berikut:
1.      Dalam penelitian ini data yang diperoleh berupa kata-kata tertulis bukan dalam bentuk angka.
2.      Penelitian ini menggunakan manusia (peneliti sendiri) sebagai alat penelitian
3.      Tehnik analisi data menggunakan pendekatan secara induktif
4.      Penelitian ini menggunakan desain yang berubah-ubah disesuaikan dengan kenyataan di lapangan.
5.      Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.

3.2.    Lokasi dan waktu Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di kawasan Pasar Pagesangan Kota Mataram. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan oleh letak lokasinya yang strategis sehingga mudah dijangkau dan memudahkan peneliti untuk memperoleh data-data yang sesuai dengan penelitian, disamping itu juga karena belum ada yang melakukan penelitian berkaitan dengan masalah yang akan peneliti teliti di lokasi penelitian tersebut. Kemudian Penelitian ini dilikukan pada tanggal 18 Juni 2016 sampai dengan tanggal 28 Juni 2016.

3.3.      Tehnik Penentuan Subyek Penelitian
Menurut Sugiyono, (2015: 53), dalam penelitian kualitatif, tehnik sampling yang sering diganakan adalah puporsive sampling, dan snowball sampling. Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan tehnik sampling purposive sampling. Adapun yang dimaksud dengan purposive sampling adalah tehnik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
Karena dalam penelitian ini merupakan penelitian kualitatif maka peneliti menggunakan informan dalam penentuan subyek penelitian. Sesuai dengan pendapat (Sugiyono, 2013), sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber atau informan, teman dan guru dalam penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Sugiyono, 2013). Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan sebagai subyek penelitian. Informan ada dua yaitu informa kunci dan informan biasa:
1.      Informan Kunci Merupakan orang yang dapat memberikan informasi secara detail dan dan komperhensif serta mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang masalah yang di teliti seperti judul proposal mengenai tingkat partisipasi kusir cidomo dalam pengelolaan kotoran kuda di pasar pagesangan Kota Mataram. Jadi yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kusir cidomo yang berjumlah 30 orang.
2.      Informan Biasa Merupakan orang yang dapat memberikan informasi secara mendalam mengenai permasalahan-permasalahan yang akan diteliti namun sebatas hala-hal tertentu. Jadi yang menjadi informan biasa disini adalah penumpang cidomo dan Kepala Lurah Pagesangan. 

3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1.   Jenis Data
Menurut Sugiyono, (2013), secara umum jenis data dikelompokan menjadi dua:
a.       Data kualitatif yaitu jenis data dalam bentuk uraian-uraian dengan melalui penelitian sosial
b.      Data Kuantitatif yaitu jenis data dalam bentuk angka-angka yang perlu dihitung.
Jadi dalam penelitian ini jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah jenis data kualitatif.
3.4.2.   Sumber Data
Setelah jenis data diketahui, maka sumber data perlu ditetapkan untuk mendapatkan data yang diperlukan pada saat peneliti melakukan penelitian, perlu disadari ditinjau dari tujunn penelitian maka dapat digolongkan sumber data tersebut atas dua golongan sebagai berikut:
a.       Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan dokumen, bahan laporan atau catatan penting lainnya yang ada hubungannya dengan penyusunan skripsi ini.
b.      Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan penelitian langsung terhadap obyek penelitaian melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2013).
3.5.    Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan suatu penelitian. Pada penelitian ini dalam proses pengumpulan data maka peneliti menggunakan metode obserfasi, wawancara dan dokumentasi.

3.5.1.   Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap sesuatu hal yang akan diteliti. Menurut Sugiyino, (2013) bahwa metode observasi adalah melengkapi dengan format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa observasi adalah pengamatan atau penyelidikan yang menggunakan alat indra, baik langsung maupun tidak langsung terhadap fakta atau gejala yang diteliti. Teknik observasi yang digunakan peneliti adalah:
a.       Observasi partisipasi pasif yaitu dalam hal ini penliti mendatangi tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b.      Observasi terus terang atau tersamar, dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data atau informan, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak berterus terang dalam melakukan obserfasi.
Adapun fokus yang akan diamati dalam penelitian ini adalah lokasi pasar Pagesangan dan jalan yang dilalui oleh cidomo di sekitar lingkungan Kelurahan Pagesangan Kota Mataram. 
3.5.2.   Metode Wawancara
Menurut Sugiyono, (2013), Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Hal-hal utama yang akan menjadi topik pembicaraan adalah:
a.       Pengetahuan  kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda
b.      Sikap kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda
c.       Tindakan kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda
d.      Harapan kusir cidomo kepada pemerintah dalam pengendalian kotoran kuda
Adapun tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)         Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabanya telah disiapkan.
2)         Wawancara semiterstruktur
Dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
3.5.3.   Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan/cara melihat, mempelajari, kemudian mencatat data yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. Menurut Sugiyono, (2013), bahwa metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau fariaber yang berupa data, catatan-catatan, surat kabar, transkip, buku-buku, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Dari pengertian diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode dokumentasi adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti atau menyelidiki buku-buku catatan resmi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian.  Dokumen digunakan sebagai dasar untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada dalam penelitian ini seperti jumlah cidomo yang beoperasi di pasar Pagesangan, profil Kelurahan Pagesangan, dan sebagainya.

3.6.    Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono, (2013), Instrumen penelitian merupakan alat yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga denagan menggunakan instrument maka peneliti akan bisa dan mudah mendapatkan informasi dan data di lapangan saat melakukan  penelitian, dalam penelitian kualitatif yang menjadi insrumen utamanya adalah penelti iti sendri. Jadi berdasarkan teori diatas maka yang menjadi instrumenn utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, kemudian pedoman wawancara, pedoman observasi/pengamatan, dan dibantu oleh beberapa alat lainya yang dapat mendukung atau membantu peneliti dalam melakukan penelitian seperti pulpen, buku tulis, alat perekam, kamera dan lain-lain.

3.7.    Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono, (2013), adalah upaya yang dilakukan dalam mengorganisasikan data, memilih-milihnya menjadi kesatuan yang dikelola menetralisasikannya, mencari dan menemuka pola, menemukan apa yang penting dan perlu dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data yang bersifat kualitatif, artinya data diperoleh dari dokumen berupa jawaban atau keterangan bukan berupa angka-angka. Menurut Sugiyono, (2013), meliputi (1) reduksi data, (2) display data, (3) verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Ketiga teknik analisis data akan dipakai dlam penelitian ini.
1.      Reduksi Data  (memilah data)
Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data memlalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Proses reduksi ini sebaiknya dikerjakan sejak awal penelitian. Jika hal ini ditunda-tunda, maka akan menyulitkan penelitian, sebab data akan semakin bertumpuk dan sulit untuk dikuasai dan disusun kembali.
2.      Display Data (penyajian data)
Display data merupakan proses menampilkan data cara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat, naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah dikumpulkan dikuasai sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.
3.      Verifikasi Data (penarikan simpukan)
Mengambil kesimpulan merupaka proses penarikan intisari dari data-data yang terkumpul kedalam bentuk pernyataan kalimat yang tepat dan memilki data yang jelas. Penarikan kesimpulan bisa jadi diawali dengan kesimpulan yang belum sempurna. Setelah data yang masuk terus-menerus dianalisis dan diverifikasi tentanng kebanarannya akhirnya didapatkan kesimpulan akhir yang lebih bermakna dan lebih jelas.
Kesimpulan adalah istilah dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat akhir yang berdasarkan pada uraian sebelumnya atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif dan deduktif.  Simpulan yaqng dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan interprestasi dan pembahasan.

Adapun kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:
1.      Persiapan
a.       Melaksanakan observasi atau survey guna melihat situasi di lapangan.
b.      Pembuatan proposal sesuai dengan judul penelitian yang ingin dikaji
c.       Melakukan perbaikan proposal.
d.      Mengurus perijinan penelitian : fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram, Ke BLHP Provisi NTB, Ke Kelurahan Pagesangan Kota Mataram. 
e.       Menyusun rencana penelitian seperti dengan menyiapkan pedoman wawancara serta melakukan pendekatan dengan pamong desa Wirun dengan melakukan kunjungan.
2.      Pengumpulan data
a.       Mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan melakukan wawancara mendalam kepada para informan yang terdiri dari 31 orang informan kunci dan 5 orang penumpang cidomo.  
b.      Mencatat dokumen data sekunder dari Kelurahan Pagesangan
c.       Mencatat hasil wawancara

3.      Analisis data
a.       Melakukan pengkroscekkan data yang diperoleh dari informan I ke informan yang selanjutnya dan berjalan seterusnya hingga informan terakhir.
b.      Melakukan reduksi data (dibuang yang tidak perlu) oleh peneliti.
c.       Membuat transkrip wawancara berupa teks naratif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
d.      Menarik kesimpulan.

4.      Penyusunan skripsi penelitian
a.       Penyusunan skripsi awal
b.      Peneliti menyusun semua data dan analisis yang telah dibuat.
c.       Setelah semua disusun secara sistematis, peneliti mendiskusikannya dengan dosen pembimbing. Dari proses konsultasi tersebut terdapat revisi-revisi yang hasilnya bisa memperbaiki laporan yang tersaji.
d.      Peneliti memperbaiki hal-hal yang kurang sesuai dan menambahkan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing.
e.       Perbanyakan laporan sesuai dengan kebutuhan.
  


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.4. Deskripsi Hasil Penelitian
Kelurahan Pagesangan terletak di Kecamatan Mataram Kota Mataram yang terdiri dari 7 Lingkungan yaitu lingkungan Pagesangan Baru, Lingkungan Pagesangan Indah, Lingkungan Pagesangan Timur, Lingkungan Pagesangan Utara, Lingkungan Pagesangan Selatan, Lingkungan Pagesangan Barat, Lingkungan Bebidas. Jumlah penduduk Keluraha Pagesangan sebanyak 8.303 jiwa dan terdapat 2.382 Kepala Keluarga. Luas Wilayah Kelurahan Pagesangan adalah 19,6 km2 dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
-          Sebelah Utara  berbatasan dengan Kelurahan Punia
-          Sebelah Selatan berbatasan dengan    Kelurahan Jempong Baru
-          Sebelah Barat  berbatasan Kelurahan Pagesangan Barat
-          Sebelah Timur berbatas Kelurahan Pagesangan Timur
Adapun jarak Kelurahan Pagesangan dengan pusat Pemerintahan Kecamatan maupun Ibu Kota atau ibu Kota Kabupaten dan Provinsi adalah sebagai berikut:
1.      Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan yaitu sekitar 1 km
2.      Jarak dari Kota/Ibu Kota Kabupaten yaitu sekitar 2 km
3.      Jarak dari ibu Kota Provinsi yaitu sekitar 2 km

           
4.4.1.      Data Kependudukan Kelurahan Pagesangan Kecamatan Mataram 2014
Tabel 4.1 Disribusi Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2014
No
Umur (Tahun)
Jumlah
Presentase
1
0 – 15
1.844
22,20
2
16 – 65
5.724
68,94
3
66 ke atas
735
8,86
Jumlah
8.303
100
Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari tebel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan Pagesangan pada kelompok umur tahun 16-65 tahun sebanyak 5.724 orang (68,94 %). Dalam hal ini rata-rata penduduk Kelurahan Pagesangan berada pada tingkat usia produktif.
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
No
Agama
Jumlah
Presentase
1
Islam
3.194
38,47
2
Katolik
89
1,08
3
Protestan
107
1,29
4
Hindu
4.875
58,72
5
Budha
38
0,46
Jumlah
 8303
100
Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari  tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Pagesangan berdasarkan Agama adalah Agama Hindu sebanyak 4.875 orang (58,72%). Jadi dalam hal ini Penduduk Kelurahan Pagesangan mayoritas beragama Hindu.
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan   Pagesangan 2014
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Presentase
1
TK
251
3,03
2
SD
1.622
19,54
3
SMP
1.560
18,79
4
SMA/MA
1.273
15,34
5
Akademi / D1 – D2
1.284
15,47
6
Sarjana
670
8,07
7
Pasca Sarjana
16
0,20
8
Pondok Pesantren
205
2,47
9
Pendidikan Keagamaan
240
2,89
Jumlah
 8303
100
Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Pagesangan berfariasi mulai dari tingkat pendidikan TK sampai dengan perguruan tinggi, namun dalam tabel diatas tingkat pendidikan yang terbanyak ditinkat SD yaitu sebanyak 1.622 orang (19,54%). Jadi tingkat pendidikan Penduduk Kelurahan Pagesangan yang paling tinggi adalah Akademik/PT yaitu 1.284 orang atau (15,47%), sedangkan tingkat pendidikan yang paling rendah adalah TK yaitu 3,03 orang atau (3,03%). Dalam hal ini dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan informan di Kelurahan Pagesangan adalah tingkat pendidikan rendah.

Tabel 4.4 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan   Pagesangan 2014
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Presentase
1
PNS
490
7,03
2
ABRI/Polri
177
2,54
3
Swasta
2.061
29,56
4
Pedagang
2.772
39,76
5
Petani
89
1,28
6
Pertukangan
152
2,18
7
Buruh Tani
348
4,99
8
Pensiunan
93
1,34
9
Keuangan
54
0,78
10
Pemulung
30
0,43
11
Jasa
425
6,09
12
Lainya
282
4,04
Jumlah
 6.973
100
Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa penduduk berdasarkan pekerjaan adalah mayoritas Pedagang dengan jumlah 2.772 orang (39,76%).
4.4.2.      Sarana Prasarana
a.      Prasarana Kesehatan dan Kantor
Tabel 4.5 Prasarana Kesehatan dan Kantor

NO
KESEHATAN
JUMLAH
1
Kantor Lurah
1 Buah
2
Puskesmas
1 buah
3
UKBM (Posyandu)
7 buah
4
Poliklinik
1 Buah
 Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa prasarana Posyandu yang paling banyak di bandingkan dengan prasarana kesehatan lainya yaitu sebanyak 7 buah.

b.      Prasarana Pendidikan
Tabel 4.6 Prasarana Pendidikan


NO
PENDIDIKAN
JUMLAH
1
Gedung Sekolah PAUD
2 Buah
2
Gedung Sekolah TK
2 buah
3
Gedung Sekolah SD
3 buah
4
Gedung Sekolah SMP
-
5
Gedung Sekolah SMU/SMK
1 Buah
6
Gedung Perguruan Tinggi
1 Buah
Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari tabel 4.6 diatas maka dapat dilihat bahwa di Kelurahan terdapat beberapa prasarana Pendidikan mulai dari tingkat PAUD dan TK hingga Perguruan tinggi, dan prasarana yang paling banyak adalah gedung Sekolah SD yaitu sebanyak 3 buah
c.       Prasarana Ibadah
Tabel 4.7 Prasarana Ibadah
a.          
b.            
NO
IBADAH
JUMLAH
1
Masjid
3 Buah
2
Musholla
2 buah
3
Gereja
-
4
Pura
11 Buah
5
Vihara
-
6
Surau
1 Buah
Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa prasarana ibadah yang palin dominan di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram adalah prasarana ibadah pura bagi agama hindu Bali yaitu sebanyak 11 buah.


d.      Prasarana Umum
Tabel 4.8 Prasarana Umum
d.            
NO
PRASARANA UMUM
JUMLAH
1
Olahraga
2 Buah
2
Kesenian/ Budaya
-
3
Balai Pertemuan
1 buah
4
Kuburan
1 Buah
5
Pasar
1 Buah
Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa  prasarana umum yang paling banyak di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram adalah Prasarana olahraga yaitu sebanyak 2 buah.
4.4.3.      Data Umum Informan
4.4.3.1. Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa para kusir “cidomo” seluruhnya berjenis kelamin laki-laki sesuai dengan data yang diperoleh bahwa belum pernah terjadi ada kusir cidomo yang dengan jenis kelamin perempuan.
4.4.3.2. Informan Berdasarkan Umur
Umur Informan berdasarkan hasil penelitian dapat dibedakan menjadi 4 yaitu umur 20 tahun sampai dengan 30 tahun, umur 31 tahun sampai dengan 40 tahun, 41 tahun sampai dengan 50 tahun dan 51 tahun keatas, prosentase informan berdasarkan umur disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.9 Prosentase Informan Berdasarkan Umur (Tahun)
No
Umur (Tahun)
Frekuensi
Presentase
1
20 s/d 30
4
13
2
31 s/d 40
12
40
3
41 s/d 50
9
30
4
51 keatas
5
16
Jumlah
30
100
Sumber : data primer diolah tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.9 diatas komposisi umur informan bervariasi mulai dari 20 tahun sampai 51 tahun keatas, jadi dilihat dari tabel diatas maka umur informan terbanyak pada umur 31 tahun sampai dengan 40 tahun yaitu sebanyak 12 orang (40%). Jadi dalam hal ini berdasarkan umur informan berada pada usia produktif.
4.4.3.3. Pendidikan Terakhir Informan
Tingkat pendidikan informan dibedakan menjadi 4 tinkatan yaitu tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SD dan SLTPN. Komposisi informan menurut pendidikan disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10 Tinkat Pendidikan Informan
No
Pendidikan
Frekuensi
Presentase
1
SLTPN
9
30
2
Tamat SD
12
40
3
Tidak Tamat SD
4
13
4
Tidak Sekolah
5
16
Jumlah
30
100
Sumber : data primer diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.10 diatas maka dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan kusir cidomo dari jumlah keseluruhan informan sebanyak 30 orang mayoritas tidak tamat SD yaitu sebanyak 12 orang (40%). Jadi tingkat pendidikan informan paling tinggi adalah SLTPN 9 informan atau (30%), sedangkan tingkat pendidikan yang paling rendah adalah tidak tamat SD 4 informan atau (13%). Dalam hai ini tingkat pendidikan informan dalam kategori rendah.
4.4.3.4. Pekerjaan Informan
Kusir adalah merupakan termasuk pekerjaan yang tentunya semua informan kusir dalam penelitian ini adalah bekerja sebagai kusir, untuk status pekerjaan kusir setelah peneliti data dilapangan terbagi menjadi dua yakni sebagai pemilik langsung dan sebagai buruh. Komposisi informan berdasarkan pekerjaan disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.11 Pekerjaan Informan
No
Pekerjaan
Frekuensi
Presentase
1
Pemilik cidomo
25
83
2
Sebagai buruh
5
16
Jumlah
30
100
Sumber : data primer diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.11 diatas maka dapat diketahui bahwa kusir yang langsung sebagai pemilik cidomo sebanyak 25 orang (83%), sedangkan kusir yang sebagai buruh sebanyak 5 orang (16%). Jadi mayoritas pekerjaan informan sebagai pemilik cidomo sekaligus sebagai kusir cidomo.
4.5. Penyajian Data Hasil Penelitian
Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa peneliti mengangkat judul tentang partisipasi kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda di pasar pagesangan kota mataram. Untuk melihat sejauh mana partisipasi kusir cidomo dalam pengendalian limbah padat kotoran kuda mereka, maka dapat diketahui melalui tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan para kusir cidomo, sehingga dengan demikian maka akan terlihat sejauh mana partisipasi para kusir cidomo dalam mengendalikan kotoran kuda mereka demi menjaga kebersihan lingkungan hidup. Oleh karena itu dapat lihat dalam hasil penelitian dibawah ini:
4.5.1.      Pengetahuan Kusir Cidomo terhadap Pengendalian Kotoran Kuda
Dalam hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan maka dapat diketahui bahwa pengetahuan informan cukup baik yang walupun rata-rata tingkat pendidikan informan yaitu berpendidikan rendah seperti terlihat pada tabel 4.10 yaitu rata-rata berpendidikan SD, sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan bukanlah sebagai tolak ukur untuk menilai tinkat pengetahuan seseorang karena perlu ditekankan bahwa pengetahun itu dapat diperolen melalui pendidikan non formal bakan pada pendidikan formal saja.
Sebagai langkah awal untuk menggali pengetahuan informan maka peneliti langsung memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kotoran kuda, setelah peneliti mewawancarai 30 orang narasumber dalam waktu dan situasi yang berbeda ternyata dari 30 orang narasumber tersebut rata-rata dapat memberikan jawaban yang tepat tentang pertanyaan yang peneliti sampaikan yang walaupun ada beberapa orang narasumber yang belum bisa memberikan komentar apa-apa berikut cuplikannya dengan kusir cidomo:
 “….Ya kalau sepengetahuan saya sih kotoran itu adalah sisah makanan yang dikeluarkan oleh mahluk hidup dari perutnya seperti tahi kuda”. (wawancara dengan Mustajab dkk tanggal 15/07/2016).
Jadi dari gambar 4.4 diatas dapat diketahui dari jawaban yang disampaikan oleh narasumber diatas bahwa rata-rata dari 30 orang narasumber bisa memberikan komentar atau jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti yaitu 80% sedangkan 20% lainya tidak memberikan komentar. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang kotoran itu cukup baik.
Kemudian pertanyaan yang berkaitan dengan jenis kotoran menurut sifatnya berikut pernyataan dari kusir “cidomo”.
“…. Kalau kotoran itu mudah membusuk pak sepeti yang pernaha saya lakukan dulu, untuk mebuat pupuk dari kotoran kuda paling lama sekitar 10 hari sudah membusuk” (wawancara dengan Hataman dkk, 15/07/2016).
Dilihat dari gambar 4.5 menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang jenis kotoran menurut sifatnya dalam kondisi cukup baik karena terlihat bahwa mayoritas informan dapat memberikan jawaban yaitu 86% sedangkan 13% tidak memberikan komentar. Jadi ini menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang jenis kotoran menurut sifatnya dalam kondisi baik.
Kemudian pengetahuan informan mengenai dampak kotoran kuda bagi kesehatan dari hasil wawancara menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang dampak daripada kotoran kuda bagi kesehatan cukup baik berikut cuplikan hasil wawancaranya:
“…. Ada dampaknya bagi kesehatan yaitu dapat mengganggu pernapasan akibat baunya mas dan sangat mengganggu sekali aktifitas masyakat dipasar ini tapi mau gimana lagi mas inilah kenyataanya”. (wawancara dengan Lukman dkk, 16/07/2016).

Dari gambar 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas informan menyatakan bahwa kotoran kuda memiliki dampak negative bagi kehidupan yaitu sebesar 70%. Jadi dalam hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan informan mengenai dampak daripada kotoran kuda dalam kondisi baik.
Pengetahuan informan tentang manfaat kotoran kuda, dalam hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilapangan menunjukka bahwa pengetahuan informan tentang manfaat kotoran kuda cukup baik  berikut cuplikan hasil wawancara dengan kusir cidomo sebagai informan kunci.
“….. manfaat dari kotoran kuda itu adalah bisa dijadikan sebagai pupuk organic untuk penyubur tanaman, karena saya juga pernah melakukannya dirumah”. (wawancara dengan Efendi dkk, 16/07/2016).

Kalau diliha dari gambar 4.7 diatas menunjjukkan bahwa pengetahuan informan tentang manfaat kotoran kuda dalam kondisi sangat baik yaitu 90% mengatakan ada manfaatnya yaitu bisa diproses menjadi pupuk organic sedangkan 10% tidak memberikan jawaban atau komentarnya.
Pengetahuan informan tentang pengendalian kotoran kuda yang baik dan benar, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilapanganberikut cuplikan hasil wawancara dengan kusir cidomo.
“….. yaitu dengan cara pertama-taman dikumpukan dulu kotoran kdanya setelah sudah terkumpul lalu ditamam kedalam lubang yang sudah digali lalu ditutup kembali dengan tanah, setelah itu tinggal tunggu pembusukan sekitar 10 sampai 15 hari baru bisa diambil untuk dijadikan sebagai bahan benyubur tanaman seperti bunga dan sayuran di sawah”. (wawancara dengan Ilham dkk, 17/07/2016).

Jadi dilihat dari pernyataan informan dan gambar 4.8 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang cara pengelolaan kotoran kuda yang baik dan benar dalam kondisi baik, karena mayoritas dari 30 informan dapat memberikan jawaban yang benar yaitu 65% sedangkan yang lainya yaitu 35% tidak memberikan komentar atau jawaban atas pertanyaan yang peneliti berikan.
Pengetahuan informan tentang ada atau tidaknya tempat penampung dan Pengolah kotoran kuda yang disediahkan oleh pemerintah, setelah peneliti malakukan wawancara ternyata tidak ada satupun dari 30 informan yang tahu tentang adanya tempat penampung atau pengolah kotoran kuda yang disediahkan oleh Pemerintah khususnya di pasar Pagesangan. Hal ini juga berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti sendiri bahwa memang tidak ada satupun terlihat baik itu tempat penampung kotoran kuda maupun alat untuk pengolahanya, jadi wajar bahwa tidak ada satupu informan yang tahu bukan berarti kusir cidomo tidak tahu akan tetapi memang tidak ada alat-alat tersebut yang disediahkan olah pemerintah berikut cuplikan wawancara yang peneliti dapatkan:
“…. Kalau untuk alat-alat seperti itu gak ada sama sekali mas dipasar pagesangan ini, tapi gak tahu kalau ditempat lain ada atau gaknya, justru yang diberikan oleh Pemerintah itu adalah seperti gendongan kotoran kuda, sekop, ember, dan lain-lain itupun sekarang udah rusak mas”. (wawancara dengan Badrul dkk, 18/07/2016).

Jadi kalau dilihat dari pernyataan kusir cidomo diatas maka dapat dikatakan bahwa memang tidak ada alat-alat apapun yang disediahkan olah Pemerintah untuk menampung maupun mengolah limbah padat kotoran kuda tersebut, jusrtru yang pernah diberikan oleh Pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Mataram adalah berupa alat-alat kebersihan untuk membersihkan kotoran kuda seperti gendongan kotoran kuda, sekop,  ember dan lain sebagainya.
Pengetahuan informan tentang kegiatan sosialisa yang dilakukan oleh Pemerintah tentang pengelolaan kotoran kuda, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti berikut hasil wawancara dengan kusir cidomo.
“…… iya ada dan memang pernah dilakukan sosialisasi dan himbauan pada saat perpanjangan surat ijin mengendarai cidomo oleh Pemerintah agar kusir cidomo tidak membuang sembarangan kotoran kuda dan harus dimanfaatkan dengan baik, tapi hanya dilakukan dulu sekarang udah jarang dan bahkan tidak ada sama sekali mas”. (wawancara dengan Taofik dkk, 18/07/2016).

Dapat diketahui dari gambar 4.9 dan pernyataan informan diatas bahwa tingkat pengetahuan informan tentang adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah tentang pengendalian kotoran kudah adalah dalam kategori baik yaitu sebanyak 80% sedangkan yang lainya mengatakan tidak pernah sebesar 20%.
Pada saat peneliti mewawancarai staf Dinas Perhubungan Kota Mataram terkait kegiatan sosialisasi yang pernah dilakukan oleh Dinas Perhubungan kepada para kusir cidomo terkait dengan pengendalian atau pengelolaan kotoran kuda berikut hasil wawancaranya dengan bapak Idrus tanggal 27 Juni 2016:
“…Kami sering melakukan sosialisasi kepada para kusir agar menaati peraturan dan agar tidak membuang kotoran kudanya sembarang tempat yaitu pada saat mereka melakukan perpanjangan surat izin cidomonya, akan tetapi memang kusir cidomonya yang kurang menaati peraturan”.
Dari hasil wawancara dengan staf Dinas Perhubungan diatas menunjukkan bahwa adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan kepada para kusir pada saat para kusir mengurus perpanjangan surat izin cidomonya. Kalau dikaitkan dengan pernyataan kusir diatas memang benar pernah dilakukan sosialisasi namun sosialisasinya terbatas hanya pada saat perpanjangan surat izin cidomo yang dilakukan sekali dalam setahun. Dalam hal ini menunjukkan adanya kegiatan sosialisasi akan tetapi masih masih tergolong kurang karena dilakukan hanya satu kali dalam setahun.
Jadi dari hasil penelitia dapatlah diketahui bahwa pengetahuan informan secara keseluruhan dari 30 informan yang peneliti wawancarai dalam kategori cukup baik karena dari delapan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terdapat 24 informan dapat menjawab dengan baik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Jadi dari gambar 4.10 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan informan yaitu sebesar 80% sedangkan 15% dalam kategori sedang kemudian yang lainya 5% dalam kategori kurang baik berikut Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan informan dalam kategori cukup baik, dikatakan baik karena dari beberapa pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dapat direspon dengan baik oleh para kusir cidomo sebagai informan kunci dalam penelitian ini. 
4.5.2.      Sikap Kusir Cidomo Terhadap Pengendalian Kotoran Kuda
Dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa sikap informan dalam kondisi sedang hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang baik belum bisa ditunjukkan lewat sikap yang baik pula berikut hasil wawancara dengan kusir cidomo sebagai informan kunci, berikut cuplikan hasil wawanraranya:
“….. sejauh ini belum dampak buruk yang diakibatkan oleh kotoran kuda terhadap kehidupan dan lingkungan sekitar, walaupun ada baunya tapi tidak terlau berpengaruh”. (wawancara dengan Ridwan dkk, 19/07/2016).

Dapat dilihat dari gambar 4.11 dan pernyataan informan diatas bahwa sikap informan terhadap pernyataan diatas dalam dalam kategori sedang karena hanya sebesar 30% yang menyatakan ya bahwa kotoran kuda yang tidak dikelola dengan baik maka dapat merusak lingkungan, sedangkan 65% menyatakan tidak ada dampakanya bagi lingkungan kemudian sisanya 5% tidak memberikan komentanya.
Sikap informan terhadap pernyataan bahwa kotoran kuda yang dikelola dengan baik maka dapat mencegah penyakit dan menjaga keindahan lingkungan, dari hasil wawancara dapat diketahui berikut cuplikan hasil wawancara dengan kusr cidomo.
“….. walaupun saat ini kotoran kuda belum diperhatikan dengan serius oleh para kusir dan Pemerintah saya sangat setuju jika kotoran kuda ini dapat dikelola dengan baik kedepanya”. (wawancara dengan Basahi dkk, 20/07/2016).


Dari gambar 4.12 dan pernyataan informan diatas menunjukkan bahwa sikap informan terhadap pernyataan diatas adalah dalam kategori baik yaitu sebesar 66%. Kemudian jikalau dilihat dari pernyataan informan hal itu menunjukkan belum adanya perhatian serius dari kusir dan Pemerintah terkait pengelolaan kotoran kuda tersebut.
Sikap informan terhadap pernyataan yang disampaikan oleh peneliti pada saat peneliti melakukan wawancara bahwa kotoran kuda yang berserakan ditenganh jalan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti yang dikatakan oleh kusir cidomo berikut ini.
“….. tidak ada pengaruhnya bagi kesehatan karena belum ada orang yang sakit akibat kotoran kuda cumin baunya saja yang sedikit mengganggu”. (wawancara dengan Muhtar dkk, 20/07/2016).

Jadi dapat dilihat pada gambar 4.13 diatas maka dapat diketahui bahwa sikap informan dalam kategori sedang karena hanya 45% yang menyatak ya.
Sikap informan terhadap pernyataan peneliti pada saat dilakukan wawancara bahwa lingkungan yang indah dan bersih membuat hidup kita nyaman   berikut hasil wawancara dengan informan.
“….. pastinya mas semua orang merasa senang dan nyaman melihat lingkungan kita bersih dan indah”. (wawancara dengan Abd Rahim dkk, 21/07/2016).

Dari gambar 4.14 diatas maka dapat diketahui bahwa mayoritas atau 100% informan menyatakan ya terhadap pernyataan bahwa lingkungan yang indah dan bersih membuat hidup kita nyaman. Seperti pernyataan informan diatas bahwa semua orang sudah pastinya merasa senag dan nyaman ketika melihat lingkungan indah dan bersih. Hal menunjukkan bahwa sikap informan terhadap pernyataan di atas dalam kategori sangat baik.
Sikap informan terhadap pernyatan yang disampaikan oleh peneliti bahwa kotoran kuda harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan dalam hasil wawancara berikut cuplikan hasil wawancara dengan narasumber.
“….. ya setuju kotoran kuda harus dikelolah dengan baik supaya tidak mengotori jalan dan hasilnya bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik”. (wawancara dengan Irham dkk, 21/07/2016).

Dari gambar 4.15 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas informan menyatakan ya kotoran kuda harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan yaitu sebesar 90% sedangkan yang lainya tidak memberikan komentar. Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan dalam kategori baik.
Dari hasil penelitian dapat diketahui sikap informan tentang pengelolaan kotoran kuda dengan katergori sedang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik brikut ini:
Dari hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa sikap informan dalam kondisi sedang seperti terlihat pada gambar 4.16 karena dari 6 pertanyaan yang peneliti sampaikan hanya 40% yang dapat menjawab dengan benar, kemudian 55% tidak menanggapi dengan baik terhadap pertanyaan yang peneliti sampaikan, kemudian  sisanya 5% berada pada tingkat kurang baik. hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang baik belum bisa ditunjukkan lewat sikap yang baik pula.
4.5.3.      Tindakan Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda
Dalam hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilapangan terhadap 30 informan kusir menunjukan bahwa tindakan informan dalam berpartisipasi untuk mengelola atau mengendalikan kotoran kuda di Pasar Pagesangan Kelurahan Pagesangan Kota Mataram dalam kategori kurang baik dapat dilihat dalam hasil penelitian berikut ini:
Kesadaran para kusir dalam memasang gendongan kotoran kuda di Kelurahaan Pagesangan Khususnya di Pasar Pagesangan masih dalam kategori kurang baik berikut cuplikan hasil wawancara dengan kusir cidomo.
“….. kadang pasang kadang gak mas soalnya kalu dipasang gendongannya nanti tambah berat bawaan kudanya lagipulas malas juga untuk pasangnya mas”. (wawancara dengan Iwan dkk, 24/07/2016).
Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada grafik beriku ini:



Dapat dilihat pada gambar 4.17 diatas dapat diketahui bahwa tingkat kesadaran para kusir cidomo dalam memasang gendongan kotoran kudanya masih kurang tertib atau kurang baik karena yang memasang dengan benar dan tepat yaitu sebesar 23% sedangkan yang memasang tapi kurang tepat yaitu 44%  sisanya yaitu sebesar 33% sama sekali tidak memasang. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan atau kepatuhan kusir cidomo dalam memasang gendongan kotoran kudanya masih tergolong kurang baik.
Kemudian pertanyaan yang berkaitan dengan jarak pemasangan gendongan kotoran kuda dengan “femur”…?
“…… kalau jarak yang sebenarnya sih mas cuman 5cm, tapi kalau dipasang terlalu mepet akan membuat kudanya kaget makanya kalau setiap kali pasang paling sekitar 50cm atau sekitas 2 jengkal biar gak kaget kudanya”. (wawancara dengan Jakariyah dkk, 25/07/2016).
Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Dari gambar 4.18 menunjukkan bahwa kesadaran dan perhatian para kusir cidomo akan kebersihan lingkungan dari limbah padat kotoran kuda yang dihasilkan oleh cidomo dinilai kurang konperhensif maksudnya ketertiban emasangan gendongan kotoran kuda pada cidomo hanya sebatas karena ada petugas yang sedang melaksanakan tugas seperti saat adanya rajia bagi kusir cidomo, sementara jarak pemasangan gendongan kotoran kuda 100% kusir menyatakan 50cm atau sekitar 2 jengkal dari femurnya.
Selanjutnya  tindakan kusir cidomo dalam membuang kotoran kuda yang sudah penuh sangat bertolak belakang seperti terlihat pada grafik diwawah ini:

Dari data grafik 4.19 diatas menunjukkan 83% kusir membuang kotoran kudanya di sungai dan pinggir jalan yang sepi dekat persawahan, 27% dibuang dilubang khusus kotoran kuda dirumahnya sedangkan 0% tidak ada satupun kusir yang membuang kotoran kudanya ditempat penanpungan khusus hal itu dikarenakan oleh tidak tempat khusus yang ada di tempata mangkalnya di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram.
Berikut cuplikan wawancara mengapa membuang kotoran kudanya di pingir sungai dan tempat yang sepi…?
“….. kalau sudah penuh gendongan kotoran kuda, langsung dibuang kesungai dan pinggir jalan dekat persawahan…. Buat apa membawanya kerumah kecuali ada permintaan dari orang yang ingin memanfaatkan kotoran kuda untuk penyubur tanamannya”. (wawancara dengan Samiun dkk, 24/07/2016).
Dengan menyimak pernyataan kusir cidomo diatas maka dapat dikatakan bahwa tindakan kusir cidomo dalam berpartisipasi untuk mengendalikan kotoran kuda demi menjaga kebersihan lingkungan sangat buruk  dalam artian para kusir cidomo belum bisa memberikan sumbangan yang positif terhadap pengendalian kotoran kuda mereka.  
Berikutnya berkaitan dengan ada atau tidaknya alat-alat untu pengolahan atau pengendalian kotoran kuda yang pernah diberikan oleh pihak Pemerintah Kota Mataram kepada para kusir, dari 30 informan 100% memberikan pernyataan bahwa ada atau pernah diberikan oleh Pemerintah berikut cuplikan wawancaranya:
“… ada mas pernah dikasi gendongan kotoran kuda, ember, sekop tapi kalau untuk alat penepung dan pengolahnya sendiri kurang tau juga mas mungkin ada ditempat lain kalau di Pagesangan ini gak ada sama sekali mas”.
Kemudian berikut data yang peneliti dapatkan dari pihak dinas Perhubungan Kota Mataram berkaitan dengan bantuan yang pernah di berikanoleh pemerintah untuk para kusir cidomo di Kota Mataram  diantaranya gendongan kotoran kuda, sekop, pengecatan cidomo, bantuan pembangunan kandang kumpul percontohan dan pengolahan biogas di Tinggar, tong sampah sementara khusus kotoran kuda masing-masing pangkalan cidomo untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12
Jenis Bantuan dan Sumber Bantuan

NO
JENIS BATUAN
LOKASI
SUMBER
KETERANGAN
1
Gendongan kotoran kuda, Sekop ember
Semua Kecamatan
Pemkot Mataram
Di berikan pada saat pengurusan izin cidomo
2
Tempat sampah kotoran kuda
Cakra, Ampenan dan Tinggar
Pemkot Mataram
Sudah rusak dan sudah tidak pada tempatnya
3
Kandang kumpul
Cakra
Pemkot Mataram

4
Pengecatan
3 kecamatan
Pemkot Mataram dan Bank Indonesia

5
Instalasi pembuatan biogas kotoran kuda
Cakra
Pemkot Mataram
Tidak di manfaatkan
Sumber data Dinas Perhubungan di olah 2016
Jadi dilihat dari tabel 4.12 diatas bahwa peralatan tersebut diatas memang sudah ada namun masih kurang dan sangat tidak memadai dan bahkan dari bantuan diatas telah banyak yang sudah rusak dan sama selai tidak dimanfaatkan seperti instalasi pembuatan biogas, hal tersebut dapat mengindikasikan kurangnya partisipasi para kusir karena memang peralatan yang seharusnya ada dan dapat dimanfaatkan namun setelah penelti melihat atau mengamati dilapangan khussnya di Kelurahan Pagesangan tidak terdapat satupun alat tersebut seperti tong sampah khusus penampung kotoran kuda dan lain sebagainya.
4.5.4.      Harapan Kusir Cidomo untuk Meningkatkan Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda
Dalam penelitian ini peneliti tambahkan harapan para kusir cidomo untuk kedepanya supaya kotoran kuda tersebut tidak lagi dibuang sembarangan oleh para kusir yaitu dapat dilihat pada uraaian berikut:
 Pertanyaan yang berkaitan dengan siapa yang berkepentingan dalam penanganan kotoran kuda dijalanan? Informan kusir  memberikan jawaban 100% adalah tanggung jawab para kusir, kemudian berkenaan dengan pertanyaan perlukah dibuat tempat pengolahan limbah kotoran kuda bersama?.... informan kusir 100% setuju, namun menjawab tidak setuju atas pertanyaan bila kegiatan tersebut dibebankan kepada para kusir atau harus membayar uanga trayek bahkan ada yang mengungkapkan
“……janganlah membayar ongkos pengolahan limbah…. Untuk kebutuhan sehari-haripun pas pasan mas……”. (wawancara dengan Muzakki dkk, 24/07/2016).
Dari hasil wawancara terhadap kusir dan penumpang cidomo dilapangan 90% menyetujui adanya lembaga khusus yang akan mengelola limbah kotoran kuda yaitu sebagai berikut:
“….. setuju ada lembaga yang akan mrngolah limbah agar ada lembaga swasta yang khusus mengelola limbah kotoran kuda, agar kedepanya para kusir tidak lagi membuang limbah kotoran kudanya pada sembarang tempat”. (wawancara dengan Supratman dkk, 24/07/2016).

Untuk lebih jelasnya peneliti telah mengelompokkan harapan dari para kusir cidomo dan penumpang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13 Harapan Kusir Cidomo dan Penumpang
No
Hasil Wawancara/ Usulan Kusir Cidomo
Kelompok/Kriteria
Urutan
1
Usulan harus ada tempat penampung kotoran kuda yang disediahkan oleh Pemerintah disetiap pangkalan cidomo
Aspek Sarana Prasarana
1
2
Usulan ada sebuah lembaga swasta sebagai pusat pengolahan limbah kotoran kuda, sehingga dengan demikian akan dapat terlihat nilai ekonomi dari limbah tersebut untuk dibuat pupuk organik dan biogas
Aspek Lembaga
2
3
Usulan jarak gendongan kotoran kuda 5 cm dari “femur”, dianjurkan agar dipasang lebih mepet lagi
Aspek Hukum/Aturan
3
4
Usulan harus membentuk kelompok disetiap pangkalan cidomo
Aspek Lembaga
4
5
Pemerintah harus meningkatkan sosialisasi dan pengawasan yang intensif terhadap aktifitas para kusir setiap harinya
Aspek Hukum/Aturan
5
Sumber : data primer diolah 2016

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian
Telah dibahas pada metode penelitian, bahwa penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan judul penelitian Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Pasar Pagesagan Kelurahan Pagesangan Kota Mataram. Jadi dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat partisipasi dari para kusir cidomo dalam pengendalian danpengelolaan kotoran kuda maka ada beberapa hal yang menjadi indikatornya yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan.

4.6.1.      Pengetahuan Kusir Cidomo Terhadap Pengendalian Kotoran Kuda
Pengetahuan informan tentang pengertian limbah padat kotoran kuda sangat baik seperti terlihat pada grafik 4.4, karena mayoritas para kusir cidomo sebagai informan dalam penelitian bisa memberikan jawaban atau dapat menaggapi pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti tentang pengerttian kotoran kuda. Hal ini menunjukkan pengetahuan informan tentang pengertian kotoran kuda dalam kategori baik.
Pengetahan informan tentang jenis kotoran menurut sifatnaya sangat baik karena dari 30 informan mayoritas dapat memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan yang diberikan seperti yang terlihat pada gambar 4.5 diatas. Dalam hal ini pengetahuan informan tentang jenis kotoran menurut sifatnya dalam kategori cukup baik.
Dapat diketahui dari gambar 4.6 bahwa pengetahuan informan tentang dampak kotoran kuda bagi kesehatan cukup baik karena mayoritas informan menyatakan bahwa kotoran kuda dapat mengganggu pernapasan akibat bau yang ditimbulkannya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan informan terhadap dampak yang di akibatkan oleh limbah padat kotoran kuda dalam kategori baik.
Pengetahuan informan tentang manfaat dari limbah padat kotoran kuda seperti yang terlihat pada gambar 4.6 cukup baik karena memang mayoritas informan menyatakan bahwa kotoran kuda dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organic sebagai bahan dasar penyubur tanaman. Jadi dalam hal ini pengetahuan informan tentang manfaat dari pada kotoran kuda sangat baik.
Pengetahuan informan tentang cara pengelolaan limbah padat kotoran kuda seperti yang terlihat pada gambar 4.8 cukup baik karena dari keseluruhan informan mayoritas menyatakan bahwa cara pengelolaan kotoran kuda menjadi pupuk yaitu dengan cara dikumpulkan telebi dahulu baru kemudian dimasukkan kedalam lubang tanah dan setelah itu dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa informan sudah memiliki pengetahuan terkait bagaiman cara pengelolaan kotoran kuda yang walaupun masih sangat sederhana.
Pengetahuan informan tentang keberadaan tempat penempung kotoran kuda sementaran dan alat-alat pengolah kotoran kuda lainya mayoritas informan menyatakan tidak ada sama sekali terutama dipasar Pagesangan Kota Mataram sebagi tempat pangkalan para kusir cidomo untuk mencari penumpang, akan tetapi yang pernah dikasih oleh pemerintah itu hanyalah gendongan kotoran kuda, sekop, ember dan lain sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan informan cukup baik sekali karena memang seperti yang telihat dilapangan bahwa tidak terlihat satupun alat-alat baik untuk menmpung maupun alat pengolah limbah khusunya di pasar Pagesangan Kota Mataram. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya perhatian dari pemerintah terkait pengelolaan kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan khusunya dan Kota Mataram pada umumnya.
Pengetahuan informan tentang kegiatan sosialisasi yang pernah dilakukan oleh pemerintah kepada para kusir cidomo terkai bagaiman cara pengendalian kotoran kuda dan ketaantan terhadap peraturan masih tergolong cukup baik karena mayoritas informan dapat memberikan pernyataan bahwa memang pernah dilakukan sosialisasi oleh pemerintah setiap kali para kusir cidomo melakukan perpanjangan surat izin cidomonya. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh staf Dinas Perhubungan Kota Mataram bahwa pihak Dinas Perhubungan sering melakukan sosialisasi kepada para kusir pada saat mereka melakukan perpanjangan surat izinnya. Akan tetapi pihak pemerintah harus lebih serius lagi dalam melakukan penga was an dan berbagai kegiatan sosialisasi.
Tingkat pengetahuan informan tentang pengendalian kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram dapat dilihat pada gambar 4.10 bahwa tingkat pengetahuan informan dalam kategori cukup baik karena dari 6 pertanyaan yang diberikan mayoritas informan dapat memberikan jawaban dengan cukup baik. Akan tetapi tingkatan pengetahuan para kusir cidomo terhadap pengendalian kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram  berada pada tingkata pengetahuan yang paling rendah yaitu (know) tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, dikatan rendah karena memang dari pengetahuan yang baik itu tidak dibarengi dengan sikap dan aplikasi yang baik pula, maksudnya adalah pengetahuan itu akan sangat bermanfaat apabila dari hasil penegetahuan itu dibarengi dengan sikap dan aplikasi atau tindakan yang baik terhadap pengendalian kotorn kuda untuk menjaga kebersihan lingkungan.
4.6.2.   Sikap Kusir Cidomo Terhadap Pengendalian Kotoran Kuda
Sikap Informan tentang pernyataan bahwa kotoran kuda dapat memberikan dampak buruk bagi kehidupan dan lingkungan sekitar dapat dilihat pada gambar 4.11 bahwa mayoritas informan menyatakan kotoran kuda tidak memiliki dampak yang buruk bagi khidupan dan lingkungan sekitar karena sejauh ini belum ada terlihat dampak yang sangat signifikan bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat. Jadi dalam hal ini menunjukkan bahwan sikap informan terhadap pernyataan diatas masih dalam kategori sedang karena hanya sebagian dari informan yang dapat memberikan tanggapan yang benar dari pernyataan diatas.
Sikap informan terhadap pernyataan bahwa kotoran kuda yang dikelola dengan baik maka dapat mencegah penyakit dan menjaga keindahan lingkungan dapat terlihat pada gambr 4.12 bahwa dari keseluruhan informan sebanyak 30 orang mayoritas menyatakan ya apabila kotoran kuda dikelola dengan baik maka dapat mencegah penyakit dan membuat lingkungan indah dan nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan dalam kategori cukup baik.
Sikap informan terhadap pernyataan  bahwa kotoran kuda yang berserakan ditenganh jalan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti yang terlihat pada gambar 4.13,  mayoritas informan menyatakan ya atau setuju dengan penyataan diatas. Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan terhadap apa yang disampaikan oleh peneliti dalam kategori cukup baik yang walupun masih terdapat beberapa orang yang belum memberikan komentarnya.
Sikap informan terhadap pernyataan  bahwa lingkungan yang indah dan bersih membuat hidup kita nyaman  seperti terlihat pada gambar 4.14 dari 30 orang informan 100% menyatakan ya dalam artian bahwa semua informan sepakat dengan pernyataan diatas. Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan terhadap pernyataan diatas sangat baik karena dari semua informan merasa nyaman ketika melihat lingkungan bersih dan indah.
Sikap informan terhadap pernyatan bahwa kotoran kuda harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan  seperti yang terlihat pada gambar 4.15 menunjukkan sebanyak 90% menyatakan ya terhadap pernyataan kotoran kuda harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan sedangkan yang lainya tidak memberikan komentara yaitu sebanyak 10%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan dalam kategori sangat baik yang walaupun ada sebagian yang tidak dapat memberikan komentarnya.
Dari hasil penelitian dapat diketahui sikap informan tentang pengelolaan kotoran kuda dengan katergori sedang, karena dari 30 informan hanya 40% menjawab dengan tuntas dari beberapa pertanyaan yang peneliti sampaikan  sedangkan 55% berada pada kategori sedang dan sisanya 5% berada pada kategori kurang. hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang baik belum bisa ditunjukkan lewat sikap yang baik pula.
Kalau dikaitkan dengan pengetahuan, pada umumnya pengetahuan informan dalam kategori baik sedangkan sikap informan dalam kategori sedang padahal dalam penentuan sikap, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan informan kurang berpengaruh dalam menentukan sikapnya. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa sikap informan pada tingkat meneriman dan merespon. Meneriman diartikan bahwa informan mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan dan merespon artinya memberi jawaban apabila ditanya. 


4.6.3.      Tindakan Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda
Kesadaran para kusir dalam memasang gendongan kotoran kuda di Kelurahaan Pagesangan Khususnya di Pasar Pagesangan masih dalam kategori kurang baik seperti terlihat pada gambar 4.17 karena mayoritas kusir cidomo memasang gendongan kotoran kudanya namun dari keseluruhan yang memasang itu banyak yang memasang tidak sesuai dengan aturan yang sesungguhnya yang seseharusnya pemasangan  gendongan kotoran yaitu 5cm dengan femur. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kesadaran dan partisipasi para kusir cidomo untuk mengendalikan kotoran kudanya dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan.
Kepatuhan para kusir cidomo dalam memasang gendongan kotoran kuda seperti terlihhat pada gambar 4.18 yang dimana dari 30 informan semuanya atau 100% menyatakan bahwa jarak pemasanga gendongan kotoran kuda yaitu sekitar 2 jengkal atau sekitar 50cm dengan alasan agar tidak membuat kuda mereka kaget pada saat menyentuh gendongan kotoran kudanya. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan para kusir cidomo dalam pemasangan gendongan kotoran kuda sangat buruk dan tidak singkron dengan peraturan yang ada yaitu 5cm dari femur atau pantat kudanya.
Tindakan informan dalam membuang kotoran kuda dapat dilihat pada gambar 4.19 bahwa mayoritas kusir cidomo membuang kotoran kudanya di sungai dan pinggir jalan yang sepi dekat dengan persawahan, sedangkan yang lainnya ada yang membuang atau mengolah kotoran kuda dirumahnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan para kusir cidomo dalam membuang kotoran kudanya sangat buruk sekali dalam artian partisipasi kusir cidomo sangan kurang.
Berkaitan dengan alat yang pernah diberikan oleh pemerintah kepada para kusir untuk pengendalian dan pengolah kotoran kuda yang dimana dari keseluruhan informan mayoritas menyakatan bahwa pernah diberikan bantuan oleh pemerintah diantaranya adalah gendongan kotoran kuda, sekop dan ember kemudian dapat dilihat pula pada tabel 4.12 terkai bantuan yang pernah diberikan oleh Dinas Perhubungan namun masih kurang dan sangat tidak memadai dan bahkan dari bantuan diatas telah banyak yang sudah rusak dan sama selai tidak dimanfaatkan seperti instalasi pembuatan biogas, hal tersebut dapat mengindikasikan kurangnya partisipasi para kusir karena memang peralatan yang seharusnya ada dan dapat dimanfaatkan namun setelah penelti melihat atau mengamati dilapangan khussnya di Kelurahan Pagesangan tidak terdapat satupun alat tersebut seperti tong sampah khusus penampung kotoran kuda dan lain sebagainya.
Baik atau tidakanya pengetahuan dan sikap seseorang belum tentu dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan atau tindakan, agar pengetahuan dan sikap itu dapat terwujut tentunya harus ada factor yang mendukung seperti kelengkapan sarana prasarana yang tersedia sehingga dapat membantu terwujudnya suatu tindakan, dan juga harus ada factor pendukung dari pihak lain atau pemerintah, karena para kusir tidak dapat bertindak terlalu banyak tampa adanya bantuan dari pihak Pemerintah Kota Mataram.
Jadi tingkat partisipasi kusir “cidomo” dalam mengolah limbah padat kotoran kuda  baru pada tangga nomor dua “terapi” dan tergolong non partisipatif sangatlah buruk dampaknya bagi lingkungan dan keberlanjutan transportasi “cidomo” atau dapat dikatakan menjadikan citra “cidomo” kurang baik mengingat kotoran kuda ditempat terbuka akan mengalami penguraian pada proses penguraian akan menghasilkan CH4, satu hari seekor kuda rata-rata dapat menghasilkan kurang lebih 2,5 liter biogas hal ini bila tidak diolah atau ditampung dapat mempengaruhi jumlah GRK.
4.6.4.      Harapan Kusir Cidomo untuk Meningkatkan Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda
Dalam penelitian ini dapat diketahui bahwa para kusir cidomo menyapaikan harapannya kepada pemerintah agar kedepanya kotoran kuda ini harus betul-betul diperhatikan oleh Pemerintah denagn menyediahkan fasilitas dan melakukan berbagai program dalam rangka peningkatan partisipasi kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda.
Harapan para kusir cidomo seperti terlihat pada tabel 4.13 diatas dapat dikatakan bahwa dalam pengelolaan limbah kotoran yang dihasilkan oleh cidomo tidak terlepas dari beberapa aspek yaitu kelengkapan sana prasarana, aspek hokum/aturan dan aspek kelembagaan yang saling mempengaruhi dalam mewujudkan sebuah pengelolaan. Jadi dalam hal ini pengelolaan atau pengendalian limbah kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan dan Kota Mataram pada umumnya harus ada kerja sama yang baik antara pihak pemerintah sebagai penentu kebijakan dan masyarakat sebagai pelaksananya atau dalam hal ini para kusir cidomo.
4.6.5.      Hambatan Dalam Melakukan Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian tentunya bagi setiap orang akan mendapatkan berbagai hambatan, tantang atau rintangan yang membuat para peneliti merasa kesulitan pada saat dilapangan, begitupun bagi peneliti sendiri pada saat melakukan penelitian dilapangan mendapatkan berbagai macam kendala atau hambatan seperti diantaranya sebagai berikut:
1.   Pada saat melakukan wawancara peneliti kesulitan mewawancarai para kusir karena mereka harus mencari penumpang dan terkadang peneliti terpaksa ikut naik cidomo untuk mengikuti kemana para kurir mengantarkan penumpangnya.
2.   Sulinya mengajak para kusir untuk berdiskusi atau berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia karena ada dari sebagian para kusir yang kurang paham dengan bahasa Indonesia, ditambah lagi peneliti justru tidak paham dengan bahasa Sasak karena peneliti bukan orang sasak melainkan peneliti hanyalah pendatang yang berasal dari Kabupaten Bima.
3.   Sulinya mendapatkan referensi yang berkaitan dengan cidomo karena tidak ada satupun buku yang berkaitan dengan cidomo.





BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
            Dari hasil penelitian tentang partisipasi kusir cidomo terhadap penegendalian kotoran kuda di Pasar Pagesangan Kelurahan Pagesangan Kota Mataram tahun 2016 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pengetahuan Informan sebagian besar informan mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengendalian kotoran kuda, namun pengetahuan informan berada pada tingkata pengetahuan yang paling rendah yaitu (know) tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 
2.      Sikap informan tentang pengendalian kotoran kuda pada tingkat meneriman dan merespon. Meneriman diartikan bahwa informan mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan dan merespon artinya memberi jawaban apabila ditanya.   
3.      Tindakan informan dalam berpartisipasi  untuk mengolah dan mengendalikan limbah padat kotoran kuda baru pada tangga nomor dua “terapi” dan tergolong non partisipatif sangatlah buruk dampaknya bagi lingkungan dan keberlanjutan transportasi “cidomo” atau dapat menjadikan citra “cidomo” kurang baik.  
5.2.   Saran

1.      Bagi Kusir cidomo agar lebih meningkatkan partisipasi dan kepatuhannya terhadap aturan dalam pengendalian kotoran kuda untuk menjaga kebersihan lingkungan Kelurahan Pagesangan dan Kota Mataram pada umumnya.  
2.      Bagi Pemerintah dalam rangka meningkatakan partisipasi kusir cidomo terhadap pengendalian/penegelolaan limbah kotoran kuda yang baik guna menjaga kebersihan lingkungan Pagesangan khususnya dan Kota Mataram pada umumnya harus memperhatikan empat aspek:
a.       Aspek kelengkapan sarana prasarana: Kelengkapan fasilitas penunjang untuk pengelolaan limbah kotoran kuda yang memadai seperti tempat penampung kotoran kuda sementara setiap pangkalan cidomo dan alat pengolah kotoran kuda seperti instalasi pembuatan biogas.
b.      Aspek kelembagaan: Pembentukan kelompok atau ketua kelompok di setiap pangkalan cidomo, dan fasilitasi lembaga khusus pengolah limbah kotoran kuda yang terpusat.
c.       Aspek hukum dan aturan: Melaksanakan aturan jarak pemasangan gendongan kotoran kuda 5 cm dari “femur”, meningkatkan sosialisasi dan pengawasan yang intensif terhadap aktifitas para kusir setiap harinya.
d.      Peningkatan sosialisasi: Melaksanakan kegiatan sosialisasi yang berkala agar para kusir merasa diperhatikan oleh Pemerintah yang pada akhirnya akan memberikan pemahaman kepada para kurir cidomo betapa pentingnya menjaga lingkungan bagi kehidupan.
3.      Bagi Peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan skripsi ini sebagai bahan referensi dengan sebaik mungkin.



DAFTAR PUSTAKA

Abdul Jawad, (11 Maret 2013). Ilmu Sosial Budaya Dasar Pemanfaatan Kotoran Kuda Untuk Jalan Yang Lebih Bersih. Diakses tanggal 11 Januari 2016.

Agus Pramono (2008). Tesis. Pengelolaan Transportasi Ramah Lingkungan di Kota Mataram. Universitas Diponegoro, Semarang.

Albertus Hendri Setyawan, (2010). Pengembangan biogas berbahan baku kotoran ternak Upaya mewujudkan ketahanan energi diTingkat rumah tangga. Diakses 11 Januari 2015.

Antaressa, Annisa, (12 November 2011). Pengelolaan feses kuda (Equus caballus) di Nusantara Polo Club (NPC), Karanggan, Bogor.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51124. Diakses tanggal 11 January 2016.

Dede Sandi, (2013), Pengendalian dalam Blogspot. 06.57

Kamus Bahasa Indonesia (KBI), (2013). Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar dan Umum. Surabaya: Pustaka Dua.

Notoatmodjo, 2003. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta. Ircisod Sampanga Gg. Perkutut No 325-B.

Remiswal (2013). Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta CV.

Sulistiayani A.T., 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Cetakan Pertama, ISBN : 979-346-36-6, Gava Media, Yokyakarta

Tim Karya Tani Mandiri, (2010). Pedoman Berternak Kuda. Bandung: CV Nuansa Aulia.

Wikipedia bahasa Indonesia (2014). Cidomo, alat transportasi tenaga kuda di Lombok. Dalam http://kbbi.web.id/tahi. Diakses 11 Januari 2016.

Yusuf Lubistoro (06 Mei 2012). Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pengembangan Pariwisata. Diakses 11 Januari 2016.

Yusuf, 2010. Cidomo Alat Transportasi Darat Tradisional di Lombok NTB. Dalam http://lomboku.com. Diakses pada 12 Januari 2016.

 

Previous Post
Next Post

0 komentar: