SKRIPSI
PARTISIPASI KUSIR CIDOMO DALAM
PENGENDALIAN
KOTORAN KUDA DI KELURAHAN PAGESANGAN
KOTA MATARAM
TAHUN 2016
Diajukan
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) pada Pogram Studi Pendidikan geografi
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Mataram
OLEH:
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIFERSATAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN 2016
Proposal
penelitian dengan judul “Partisipasi
Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Kelurahan Pagesangan Kota
Mataram”.
Oleh
Proposal
ini telah disetujui pembembing untuk dapat izin penelitian
Mataram, 2016
Dosen Pembimbing I Dosen
Pembimbing II
(Dr. Harry Irawan J,
S.Hut., M.Si) (Arif S.Pd., M.Pd)
NIDN. 0810017901 NIDN.
0814028001
Mengetahui;
Ketua
Program Studi Pendidikan Geografi
(Agus
Herianto, S.Pd., M.Pd)
HALAMAN
PENGESAHAN
SKRIPSI
PARTISIPASI
KUSIR CIDOMO DALAM PENGENDALIAN KOTORAN KUDA DI KELURAHAN PAGESANGAN KOTA
MATARAM
TAHUN
2016
Universitas muhammadiyah mataram
Tanggal,(………………………….)
Dosen penguji
1. Dr.
Harry Irawan J, S.Hut., M.Si (ketua) ( )
NIDN.0810017901
2.
Muhammad Nizaar, S.Pd., Si (anggota) ( )
NIDN. 0821078501
3.
Alfian Pujian Hadi, S.P., M.Sc (anggota) ( )
NIDN.
Mengesahkan
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MATARAM
Dekan,
MOTTO
(At the firs you make habbits at the
last habbits make you)
“Pada awalnya engkau membuat kebiasaan,
kemudian akhirnya kebiasaan itu yang akan membentuk kepribadian mu”
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI PENULIS PERSEMBAHKAN KEPADA
1.
Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikn
2. Ayah
dan Bunda tercinta (H. Arba Mustakim dan Siti Nursa) yang selama ini telah
merawat dan membimbing anaknya/penulis mulai dari kecil hingga dewasa dan
mendapatkan gelar sarjana S1 di UM Mataram.
3. Special
untuk seseorang yang telah memberikan semangat kepada peneliti
4. Semua
dosen Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu pengetahuanya selama
peneliti duduk di bangku kuliah
5. Rekan-rekan
seperjuangan yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis
6. Special
untk IMAHAGI sebagai organisasi pertama yang membuat penulis tetap semangat
untuk mencari pengalaman dan ilmu pengetahuan selama kuliah.
Yang
bertandatangan dibawah ini saya mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Mataram
Menyatakan bahwa
Nama : Anas Setiawan
Nim
: 11214A0139
Alamat
: Jln. Merdeka No. 3 Mataram
Memang
benar skripsi yang berjudul Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran
Kuda di Pasar Pagesagan Kelurahan Pagesangan Kota Mataram Tahun 2016 adalah
asli karya sendiri dan belum pernah diajukkan untuk mendapatkan gelar akademik
ditempat manapun.
Skripsi ini adalah murni gagasan,
rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan
pembimbing. Jika terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah
dipublikasikan memang diacu sebagai sumber dan dicantumkan dalam daftar
pustaka. Jika dikemudian hari pernyataan saya ini terbuti tidak benar saya siap
mempertanggung jawabkanya, termasuk bersediah menanggalkan gelar sarjana yang
saya peroleh.
Demikian
surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Mataram 02 Agustus 2016
Yang membuat pernyataan.
Anas Setiawan
Nim. 11214A0139
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
segala berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiini,
yang berjudul Partisipasi Kusir Cidomo
Dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Kelurahan Pagesangan Kecamatan Pagesangan
Kota Mataram Tahun 2016 dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Sripsi ini mengkaji tentang partisipasi para
kusir cidomo dalam menjaga kebersihan lingkungan dari kotoran kuda mereka.Skripsi
ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi strata
satu (S-1) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiya Mataram.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil, untuk itu
penulis menyampaikan ucapan terimakasi yang mendalam kepada:
1. Bapak Drs. Mustamin H. Idris, M.S
Sebagai Rektor UM-Mataram
2. Bapak Syafril, S.Pd., M.Pd. sebagai
Dekan FKIP UM-Mataram
3. Bapak Agus Harianto, S.Pd., M.Pd.
sebagai Ketua Prodi Pendidikan Geografi
4. Bapak Dr. Harry Irawan Johari,
S.Kel., M.Si. sebagai pembimbing I
5. Bapak Arif, S.Pd., M.Pd. sebagai
pembimbing II
6. Bapak ibu dosen yang telah
memberikan ilmunya kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan maupun saran
dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.Akhirnya, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya demi
dan untuk pengembangan dunia pendidikan kedepanya.
Mataram 02 Agustus 2016
Penulis,
Anas
Setiawan
Anas
Setiawan.11214A0139. Partisipasi Kusir Cidomo Dalam Pengendalian Kotoran Kuda
di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram.Skripsi. Mataram:
Universitas Muhammadiyah Mataram
Pembimbing 1 : Dr. Harry Irawan Johari, S.Hut.,
M.Si
Pembimbing 2 : Arif, S.Pd., M.Pd
ABSTRAK
Dalam program pembangunan kesehatan
salah satunya adalah program lingkungan sehat yang bertujuan untuk mewujudkan
mutu lingkungan hidup yang sehat serta melindungi masyarakat dari ancaman
bahaya yang berasal dari lingkungan. Masalah limbah padat kotoran kuda adalah
masalah yang rumit karena kurangnya pengertian dari para kusir cidomo terhadap
akibat yang ditimbulkan oleh limbahah kotoran kuda serta kurangnya biaya dari
pemerintah untuk mengusahakan tempat pembuangan dan pengelolaan kotoran kuda
yang baik dan benar, berdasarkan uraian diatas maka maka peneliti bertujuan
untuk mengetahui bagaiman partisipasi kusir cidomo dalam pengendalian kotoran
kuda di pasar Pagesangan Kota Matara.
Penelitian ini bersifat deskriptif
dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk memberikan gambaran
pengetahuan, sikap dan tindakan kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda di
pasar Pagesangan Kota Mataram.Informan dalam penelitian ini adalah kusir cidomo
yang berada di Paras Pagesangan Kota Mataram dengan jumlah 31 orang.Data
dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi
kemudian diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk kata-kata atau kalimat
dan dalam bentuk grafik.
Dalam hasil penelitian diketahui bahwa
pengetahuan informan tentang pengendalian kotoran kuda dalam kategori baik,
sedangkan sikap informan dalam kategori kurang baik atau sedang begitupun
tindakan informan dalam mengendalikan kotorann kuda kurang baik.Tiga hal ditas
menunjukkan kurangnya partisipasi atau kepedulian para kusir cidomo terhadap
dampak dari limbah kotoran kuda bagi lingkungan, disamping itu kurangnya
perhatian dan pengawasan dari pemerintah terhadap terhadap dampak yang
diakibatkan oleh limbah kotoran kuda. Untuk meningkatkan partisipasi kusir
cidomo dalam pengendalian dan pengelolaan kotoran kuda yang lebih baik untuk
kedepanya adalah: pertama pemerintah harus mempersiapkan fasilitas yang memadai
seperti alat penampung kotoran kuda sementara disetiap pangkalan cidomo, yang
kedua aspek kelembagaan yaitu membentuk
kelomok disetiap pangkalan cidomo berada, kemudian membentuk lembaga khusus
pengelolaan limbah kotoran kuda yang terpusat, yang ketiga aspek aturan atau
hukum dengan meningkatkan kepatuhan para kusir cidomo dalam pemasangan
gendongan kotoran kuda yang baik dan benar dengan jarak 5cm dari femur, pelaksanaan
razia gabungan, meningkatkan kegiatan sosialisasi oleh Dinan Kebersihan dan
Dinas Perhubungan Kota Mataram yang terprogram dengan baik.
Kata
Kunci :Partisipasi, Kusir Cidomo,Pengendalian Kotoran Kuda
Anas Setiawan.
11214A0139. Participation driver Cidomo
In Control Dirt Riding in Market Village Pagesangan Mataram City.Skripsi.
Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram
Supervisor 1: Dr. Harry
Irawan Johari, S.Hut., M.Si
Supervisor 2: Arif,
S.Pd., M.Pd
ABSTRACT
In the healt of development especially
about health area programs that is purposes to create the quality of the live
environment than maked pleasant for protection humanity from peril of humanity
area especialy problem of wastel solid
dirt hourse is the difficult problems because of lack of awareness of coachman
aused by wastel solid dirt hourse through that lack of expence from goverment
to making place that receives and manage
of wastel hourse, according to explanation above, so the purposes of
research is to know the participate of coachman for management procces of
wastel solid dirt hourse at pagesangan market city of mataram.
The characteristic of this research is
descriptive and qualitative approach trough of descriptive of knowledgment, act
and attitide from coachman in management of wastel solid dirt hourse at
pagesangan market city of Mataram. The source in this research is coachman of
cidomo as with 30 participant. The technique of collecting data are: (1)
Observation methods, (2) Interview methods and (3) Dokumentation methods,
through manual process and server into words and graphics.The result of
research that is knowledgment about
wasted solid dirt hourse of coachmen is kind categories, whereas from the
attitude and management process of wastel solid dirt hourse is decrease.
The case obove showed less participant
or careless about impact of wactel solid dirt hourse. To improving participant
of cidomo coachman in management process of wastel solit for the next
generations are : (1) Goverment needs to prepared complete facilities as tools
of place that receives of wastel solid at each anchorage of cidomo coachman.
(2) Organization aspect to form of groups at each anchorage of cidomo coachman,
through form special organization for management of wastel solid, (3) The
aspect of rule is to improving calmed of cidomo coachman to instruction wearing pocket of wastel solid with 5 cm from
femur, the implementation of joint roads, improving socialization activity by
sanitary agency and department of transportations the city of mataram.
Key Word: Participant, the cidomo coachman,
Management of wastel solid dirt hourse
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL………………………………………………..…………… i
HALAMAN
PERSETUJUAN……………………………………….………… ii
HALAMAN
PENGESAHAN…………………………………………………. iii
MOTO……………………………………………………………………...……
iv
PERSEMBAHAN……………………………………………………………......
v
SURAT
PERNYATAAN…………………………………………….………… vi
KATA
PENGANTAR……………………………………………………..…... vii
ABSTRAK………………………………………………………….……..…...
viii
DAFTAR
ISI……………………………………………………………….….... ix
DAFTAR
TABEL…………………………………………….…………………. x
DAFTAR
GAMBAR………………………………………………….………... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latara
Belakang……………………………………….………………. 1
1.2.Rumusan
Masalah…………………………………….……………….. 3
1.3.Tujuan
Penelitian……………………………………….……………... 3
1.4.Manfaat
Penelitian………………………………………….…………. 3
BAB
II STUDI KEPUSTAKAAN
2.1.
Kajian Pustaka Atau Penelitian yang
Relevan……….…….….…….. 5
2.2.
Kajian Teori……………………...……………….…………………. 6
2.2.1. Pengertian
Partisipasi………………………………..……….. 6
2.2.2. Pengertian
Kusir Cidomo………………………..………….... 9
2.2.3. Pengertian
Cidomo………………………………….…….… 11
2.2.4. Pengertian
Kotoran…………………………………..……… 11
2.2.5. Dampak
yang diakibatkan oleh transportasi cidomo…….…. 12
2.2.6. Pengendalian……………………………….…..…………….13
2.2.7. Cara Pengelolaan Kotoran Ternak/kuda………….…………
15
2.2.8. Pengetahuan (knowledge)……………………………………….. 17
2.2.9. Pengertian
Sikap……………………………..……………… 18
2.2.10. Pengertian Tindakan…………………………………..…..
20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1.
Rancangan Penelitian………………………….……………………
22
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian………………………….……………
22
3.3.
Tehnik Penentuan Subjek
Penelitian……………………….……… 23
3.4.
Jenis dan Sumber
Data…………………………….….……………. 24
3.5.
Tehnik Pengumpulan
Data………………….……………………... 25
3.6.
Instrumen
Penelitian………………………....…………………….. 28
3.7. Tehnik
Analisis Data………………………………………………. 28
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Hasil Penelitian………………………………………… 33
4.1.1. Gambaran
Umum Kelurahan Pagesangan………………….. 33
4.1.2. Data
Kependudukan Kelurahan Pagesangan……………….. 34
4.1.3. Sarana
Prasarana……………………………………………. 36
4.1.4. Data
Umum Informan………………………………….….... 38
4.2. Penyajian
Data Hasi Penelitian…………………………..………… 40
4.3.
Pembahasan…………………………….………………………….. 59
4.3.1.
Pengetahuan Kusir Cidomo Tentang
Pengendalian Kotoran.. 59
4.3.2.
Sikap Kusir Cidomo Tentang
Pengendalian Kotoran Kuda... 62
4.3.3.
Tindakan Kusir Cidomo dalam
Pengendalian Kotoran Kuda. 65
4.3.4.
Harapan Kusir Cidomo untuk
Meningkatkan Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda…..…………….
67
4.3.5.
Hambatan Dalam Melakukan Penelitian………….…………
68
BAB V SIMPULAN DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan………………….…………………………………….. 69
5.2. Saran……………………………….……………………………….
69
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel
4.1 Disribusi Penduduk Berdasarkan Umur…………...………….……… 32
Tabel
4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama…………………………… 32
Tabel
4.3 Penduduk Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Pagesangan………. 33
Tabel
4.4 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Pagesangan…….… 34
Tabel 4.5 Prasarana Kesehatan dan
Kantor…………………………….………. 34
Tabel 4.6 Prasarana Pendidikan…………………………….…………………...
35
Tabel 4.7 Prasarana Ibadah……………………………………….……………..
35
Tabel 4.8 Prasarana Umum……………………………………….……………..
36
Tabel 4.9 Prosentase Informan
Berdasarkan Umur (Tahun)……….…………... 36
Tabel 4.10 Tinkat Pendidikan Informan………………….………….………….
47
Tabel 4.11 Pekerjaan
Informal……………………….……………..…………... 38
Tabel
4.12 Jenis Bantuan dan Sumber Bantuan…………………….…………... 54
Tabel 4.13 Harapan Kusir Cidomo………………….…..………………………
56
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 2.1 Delapan tangga
Partisipasi Masyarakat………………….…..……… 8
Gambar
3.2 Komponen analisis data kualitatif…………………….…………… 29
Gambar
4.3 Gambar Peta Lokasi Penelitian………………….………………… 31
Gambar
4.4 Grafik pernyataan tentang pengertian kotoran………………...…... 39
Gambar
4.5 Grafik pernyataan tentang jenis kotoran menurut sifatnya…..……. 40
Gambar
4.6 Grafik dampak kotoran kuda bagi kehidupan…………..…………. 41
Gambar
4.7 Grafik pernyataan tentang manfaat kotoran kuda…………..……... 42
Gambar
4.8 Grafik pernyataan tentang cara pengeloaan kotoran kuda…...……. 42
Gambar
4.9 Grafik pernyataan tentang kegiatan sosialisasi oleh pemerintaah..... 44
Gambar
4.10 Grafik pengetahuan informan dalam pengendalian kotoran kuda...45
Gambar
4.11 Grafik tentang dampak kotoran kuda terhadap lingkungan…..….. 46
Gambar
4.12Grafik tentang manfaat dari pengelolaan kotoran kuda………….. 47
Gambar
4.13Grafik tentang kotoran kuda yang berserakan ditengah………..… 48
Gambar
4.14Grafik lingkungan yang indahmembuat hidup kita nyaman…..… 48
Gambar
4.15 Grafik tentang kotoran kuda harus dikelola dengan baik…..…….. 49
Gambar
4.16 Grafik tingkat sikap informan dalam pengendalian kotoran kuda.. 50
Gambar
4.17 Grafik kesadaran kusir memasang gendongan kotoran………...… 51
Gambar
4.18 Grafik jarak pemasangan gendongan kotoran kuda………….…... 52
Gambar
4.19 Grafik tindakan kusir cidomo dalam membuang kotoran kuda.…. 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
Lampiran
1. Surat Izin Penelitian
dari Fakultas FKIP UM Mataram
Lampiran 2. Izin Penelitian Penelitian dari BLHP (Badan
Lingkungan Hidup dan Penelitian) Provinsi NTB
Lampiran 3. Instrumen Penelitian
Lampiran 4. Kartu Konsul
Lampiran 5. Lembar Perbaikan Skripsi
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Limbah peternakan
umumnya meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha
peternakan, baik berupa limbah padat, cairan, dan sisa pakan, limbah yang terdiri dari
kotoran hewan dan urine (air kencing)
adalah limbah yang paling banyak dihasilkan dan dapat memberikan dampak yang
buruk bagi lingkungan apabila tidak diolah dengan baik dan benar Antaressa, (2010).
Kuda merupakan hewan
yang telah lama digunakan untuk kepentingan manusia, baik untuk digunakan
tenaganya, kecepatannya, dagingnya sebagai pangan, bahkan limbah yang
dihasilkan dari kuda, di Indonesia sendiri sudah banyak orang yang tertarik
untuk memelihara kuda untuk berbagai kepentingan seperti hewan pacuan, dan
banyak pula yang menjadikan kuda sebagai alat trasportasi baik itu transportasi
perorangan dengan cara menungganginya dan yang lebih menariknya lagi kuda
dijadikan sebagai alat taransportasi masal seperti andong yang berada di pulau
Jawa, benhur yang berada di pulau Sumbawa, dan cidomo yang berada di pulau Lombok,
dan kendaraan tersebut sudah ada sejak zaman penjajahan belanda dulu dan sampai
saat ini masih dimanfaatkan oleh masyarakat dengan berbagai keperluan. Lombok juga terkenal akan kendaraan
terdisional yang dimilikinya yaitu cidomo, yang dimana kendaraan tersebut
digunanakan dalam berbagai aktivitas manusia setiap harinya, baik itu untuk
melayani para wisatawan untuk menuju objek wisata tertentu atau melayani
masyarakat Lombok dalam berbagai aktivitas setiap harinya.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh
peneliti bahwa dibalik banyaknya manfaat
dari transportasi cidomo bagi masyarakat baik manfaat secara ekonomis maupun
sosial, akan tetapi berbagai permasalahan juga timbul akibat adanya
trasnportasi cidomo tersebut, seperti terjadinya kemacetan dijalan, dan yang
paling berbahayanya lagi adalah banyaknya kotoran kuda yang berserakan di
tengah jalan yang kemudian akan berdampak pada keindahan lingkungan dan kenyamanan
masyakat akibat bau yang tidak sedap dari kotoran kuda tersebut. Berkaitan
dengan adanya dampak negatif yang diakibatkan oleh transportasi cidomo tersebut, Pemerintah Kota Mataram sudah membuat peratura
bagi kusir cidomo seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian (Pramono 2008),
bahwa setiap cidomo yang akan dioperasikan harus dipasang gendongan untuk menampung
kotoran kuda dengan jarak 5 cm dengan kudanya.
Akan tetapi setelah peneliti mengamati bahwa begitu banyak
kusir cidomo yang mengabaikan hal itu bahkan begitu banyak para kusir cidomo
yang tidak memasang kantong atau gendongan untuk menampung kotoran kuda mereka,
sehingga akibatnya kotoran kuda tersebut jatuh dan berserakan ditengah jalan.
Berdasarkan data yang peneliti dapatkan dari pengurus Rukun Keluarga Cidomo
(RKC), bahwa jumlah transportasi cidomo yang beroperasi di Kota Mataram diperkirakan
± 2.156 unit meliputi 1.156 unit berasal dari dalam Kota Mataram dan 1.000 unit
berasal dari Kabupaten Lombok Barat. Jadi dalam jumlah tersebut tentunya juga
menghasilkan limbah padat kotoran kuda dengan jumlah yang banyak.
Berdasarkan gambaran diatas maka peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “Partisipasi Kusir Cidomo
dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka pokok
permasalah yang diajukan dalam penelitian ini yaitu bagaimana partisipasi kusir
cidomo dalam pengendalian kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan Kota
Mataram?
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan
Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian kotoran kuda di
Kelurahan Pagesangan Kota Mataram.
1.3.2. Tujuan
Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan kusir
cidomo tentang pengendalian kotoran kuda.
b. Untuk mengetahui sikap kusir cidomo
terhadap pengendalian kotoran kuda.
c. Untuk mengetahui tindakan kusir
cidomo dalam berpartisipasi terhadap pengendalian kotoran kuda.
1.4.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Teoritis
a. Menambah pemahaman dan pengetahuan
yang mendalam tentang tingkat partisipasi kusir cidomo dalam penegelolaan
kotoran kuda di pasar pagesangan.
b. Memberikan sumbangan yang berharga
dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang lingkungan.
c. Sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa/i FKIP UM Mataram khususnya dalam pengelolaan kotoran kuda domestik.
1.4.2.
Manfaat Praktis
a. Sebagai sumbangan pemikiran dan
bahan masukan bagi kusir cidomo di pasar Pagesangan Kota Mataram.
b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
oleh pihak pemerintah, sebagai bahan masukan dalam program kesehatan
lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian yang Relevan
Dalam
hasil penelitian Lasmana Rohani 2007 yang berjudul “Perilaku Masyarakat dalam
Pengelolaan Sampah di Desa Medan Kabupaten Deliserdang dan di Kelurahan Asam
Kumbang Kota Padang”. Dalam program pembangunan kesehatan salah satunya adalah
program lingkungan sehat yang bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup
yang sehat serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari
lingkungan.
Penelitian
ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk
memberikan gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat dalam
pengelolaan sampah di Desa Medan Kabupaten Deliserdang dan di Kelurahan Asam
Kumbang Kota Padang. Dari hasil penelitian diketahui pengetahuan respoden
tentang pengelolaan sampah berada pada kategori baik di Medan Senembah 59,37%
dan asam kumbang 86,46%. Sikap responden terhadap pengelolaan sampah berada
pada kategori sedang di Medan Senembah 100% dan di Asam Kumbang 100%, sedangkan
tindakan responden dalam pengelolaan sampah berada pada kategori sedang di
Medan Senambah 85,42% dan di Asam Kumbang 84,36%.
Dalam
hasil penelitian Pramono 2008 yang berjudul “Pengelolaan Transportasi Ramah
Lingkungan di Kota Mataram”. Kemudahan dan kelancaran transportasi merupakan
salah satu indicator pembangunan yang berkelanjutan. Transportasi ramah
lingkungan adalah transportasi yang tidak membahayakan keselamatan manusia dan
lingkungan dalam pemenuhan kebutuhan sehari hari dan gene rasi yang akan
datang. Transportasi jarak dekat di Kota Mataram dilayani “cidomo” yang
tergolong Non-Motorised Transport menggunakan tenaga penarik kuda dan tidak
menghasilkan gas buang berupa CO 2 dan
NOx. Pemerintah Kota Mataram dalam situasi krisis energi saat ini memfungsikan
“cidomo” sebagai transportasi jarak dekat
pinggiran Kota Mataram.
Jadi adapun perbedaan dari hasil
penelitian diatas dengan judul penelitian yang diangkat oleh peneliti adalah
dimana dari kedua judul penelitian diatas yang petama lebih menekankan pada
perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah sedangkan yang kedua lebih
menekankan pada pengelolaan taransportasi ramah lingkungan sedangkan dalam
judul penelitian yang akan peneliti teliti lebih menekankan pada partisipasi
kusir cidomo dalam pengelolaan kotoran kuda di pasar pagesangan Kota Mataram.
2.2. Kajian Teori
2.2.1.
Pengertian Partisipasi
Menurut Newstorm, (dalam Remiswal 2013), bahwa partisipasi
adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam situasi kelompok
yang mendorong mereka memberikan kontribusi pada tujuan kelompok dan berbagai
tanggung jawab untuk mencapainya.
Sedangkan menurut Cary, (dalam Remiswal 2013) berpendapat
bahwa partisipasi merupakan kebersamaan atau saling memberikan sumbangan untuk
kepentingan dan masalah-masalah bersama
yang tumbuh dari kepentingan dan perhatian individu warga masyarakat itu
sendiri. Menurut Joyomartono, (dalam Lubistoro 2012), bahwa
berhasilnya pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila tergantung dari
Partisipasi seluruh rakyat serta sikap mental, tekad dan semangat, ketaatan dan
disiplin dalam menyelenggarakan
pembangunan.
Menurut Slamet, (dalam Lubistoro 2012), memahami arti
partisipasi dapat dilihat dari 3 pandangan, khususnya dalam partisipasi
pembangunan:
a. Cara pandang dimana partisipasi
merupakan kegiatan pembagian massal dari hasil-hasil pembangunan
b. Cara pandang dimana masyarakat
secara massal telah menyumbang jerih payah dalam pembangunan
c. Partisipasi harus terkait dengan
pengambilan keputusan di dalam pembangunan, misalnya pembangunan hutan rakyat
melalui strategi program penghijauan
Partisipasi atau peran serta masyarakat pada dasarnya ialah
usaha untuk menumbuhkan rasa memiliki dan semangat terhadap kegiatan
pembangunan masyarakat yang dilihat atas keterlibatanya melalui proses
perencanaan, implementasi dan evaluasi pembangunan. Hal utama dalam
perrtisipasi yakni self conciusnes (penyadaran
diri) dan penumbuhan semangat dalam berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Ditambahkan oleh Sulistiyani (2004) peran serta masyarakat
akhirnya akan terjadi pentahapan dimana peran dan fungsi pemerintah serta peran
agen perubahan akan bergerak secara logis masing-masing bergeser menurut pola
kekuasaan dominan. Tahap pertama pemerintah cenderung lebih dominan terhadap
memperhitungkan sstakeholder maupun pihak luar pemerintah menurut Arntein
disebut non partisipasi. Kondisi
kedua mulai terdapat ruang partisipasi masyarakat secara logika akan masuk
peran pihak diluar pemerintah yang hanya sebatas sebagai pelaksana pembangunan
dengan cakupan partisipasi yang sangat terbatas, belum ada penghargaan ide dan
Arnstein mengelompokkan pada tingkat tokenisma dan kondisi yang terakhir adalah
domain masyarakat, telah terjadi kemitraan yang sebenarnya dan memberikan
keleluasaan bagi rakyat oleh Arnstein merupakan sebuah manifestasi dan untuk lebih jelasnya lihat gambar dibawah
ini.
Jaringan partisipasi dalam kehidupan sehari hari yang
digmbarkan pada gambar diatas Arnstein mengungkapkan bahwa tingkat partisipasi
masyarakat dapat digambarkan menjadi delapan tingkat partisipasi sebagai
berikut:
a. Tangga pertama yaitu manipulasi atau
penyalahgunaan serta tangga yang kedua terapi (perbaikan) tidak termasuk dalam
konteks partisipasi yang sebenarnya. Pada kasus ini masyarakat ikut dalam
program tetapi tidak sepenuh hati baik secara psikologi, mental dan disertai
konsekwensi keikut sertaan yang memberikan konstribusi dalam program tersebut.
Dalam hal ini masyarakat dilibatkan hanya untuk mendapatkan dukungan public
semata dan oleh Arnstein menyebut sebagai ketidak pedulian.
b. Tangga ketiga yaitu pemberian
informasi, tangga keempat konsultasi dan tangga yang kelima penentraman adalah
sarana untuk menampung saran, masukan dan ide dari masyarakat guna meredam
keresahan. Hal tersebut disebut “tokenisme”.
Pada
dasarnya penyampaian informasi merupakan suatu bentuk pendekatan kepada
masyarakat untuk mendapat legitimasi public, atas segala program yang telah
dicanankan hal ini kenyataanya merupakan bentuk dari komunikasi top down. Sementara konsultasi dalam
sebuah forum adalah untuk megundang ketertarikan public tidak sampai pada
memperhatikan keberatan public. Kemudian tangga kelima peredaman. Pada ketiga
tangga yang dimaksud sesungguhnya masyarakat sudah mulai diberi kesempatan
untuk berpartisipasi dengan bentuk menyampaikan pendapat, saran dan keberatan
tetapi sifatnya formalitas. Arnstein menyebutka sebagai tingkat penghargaan
atau formalitas (Sulistiyani, 2004).
c. Menurut Arnstein pada tingkat tangga
keenam mulai dapat terdeteksi apa yang disebut sebuah partisipasi dan kemitraan
dengan masyarakat dalam hal ini masyarakat sudah mendapat tempat pada sebuah
program pembangunan, tingkat yang ketujuh lebih pada pelimpahan kewenangan oleh
pemerintaj kepada masyaraka. Selanjutnya yang terakhir tangga kedelapan
masyarakat telah mampu melakukan kontrol. Ketiga kelompok tingkat disebutkan
diatas merupakan merupakan kategori tingkat kekuasaan masyarakat (Sulistiyani,
2004).
Partisipasi memang mempunyai arti yang sangat beragam,
sehingga selama 10 tahun terakhir ini, istilah partisipasi menjadi sangat
terkenal dalam kontek berbagai kegiatan pengembangan pariwisata di Indonesia
maupun di seluruh dunia. Partisipasi masyarakat lebih lanjut akan menyebabkan
keterlibatan masyarakat dalam mengikuti perubahan yang lebih nyata. Adanya
perasaan ikut memiliki dan partisipasi masyarakat menunjukkan adanya interaksi
antara masyarakat dengan hutan di dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Jadi dari beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental, fisik dan emosi
seseorang dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang sedang dilakukan guna
mencapai tujuan bersama. Pada pengendalian kotoran kuda di pasar Pagesangan
Kota Mataram dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan. Partisipasi kusir
cidomo dalam penegendalian kotoran kuda sangatlah penting untuk menciptakan lingkungan Kota Mataram yang indah dan nyaman.
2.2.2.
Pengertian Kusir Cidomo
Kusir cidomo merupan orang yang mengendarai cidomo dengan
cara ditarik menggunakan tali atau karet ban bekas. Jadi dengan adanya kusir
maka cidomo akan bisa berjalan sesuai yang diarahkan oleh sikusir tersebut.
Arti lain daripada kusir adalah merupakan sopir cidomo yang mengarahkan cidomo
tersebut sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Wikipedia bahasa Indonesis, 2014).
Jadi bisa disimpulkan bahwa kusir cidomo merupakan seseorang
yang mengarahkan kuda cidomo dengan cara ditari menggunakan tali atau karet ban
bekas yang mengarahkan cidomo sesuai dengan tujuan tertentu.
2.2.3.
Pengertian Cidomo
Cidomo
atau kadang disebut Cimodok adalah alat transportasi tenaga kuda khas pulau
Lombok, secara fisik kendaraan ini mirip dengan delman atau andong yang
terdapat di pulau Jawa. Perbedaan utamanya dengan delman atau andong adalah
alih-alih menggunakan roda kayu, cidomo menggunakan roda mobil bekas sebagai
rodanya, sampai saat ini alat transportasi ini masih menjadi sarana utama
transportasi terutama pada daerah-daerah yang tidak dijangkau oleh angkutan
publik dan daerah-daerah sentral ekonomi rakyat seperti pasar (Wikipedia bahasa
Indonesia 2014).
Menurut
Jawad, (2013), dalam sejarahnya, cidomo muncul dari kebudayaan agraris
Masyarakat Lombok. Pedesaan Lombok yang dipenuhi oleh hamparan sawah dan
kebiasaan suku Sasak memelihara kuda, memunculkan sebuah ide untuk membuat
sebuah alat pengangkut padi yang ditarik oleh kuda, lalu lahirlah cidomo. Dalam
perkembangannya cidomo tidak hanya mengangkut padi tetapi juga mengantar manusia
ke sawah-sawah yang jauh dari permukiman penduduk. Cidomopun sekarang tidak
hanya di Desa-desa, tetapi sadah masuk kejalanan Kota bersaing dengan kendaraan
bermotor.
2.2.4.
Pengertian Kotoran
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI 2013), Kotoran/tahi merupakan
ampas
makanan dari dalam perut yang keluar melalui dubur; tinja, atau berbagai kotoran,
endapan, atau barang yang dianggap sebagai ampas (sisa, karat, buangan, dan
sebagainya). Jadi bisa ditarik suatu kesimpulan bahwa kotoran/tahi itu
merupakan ampas makanan yang sudah diolah oleh perut baik perut manusia maupun
hewah yang kemudian keluar melelui saluran pembuangan menghasilkan kotoran.
Seperti halnya kotoran kuda yang bersal dari kuda itu sendiri.
2.2.5.
Dampak
yang diakibatkan oleh transportasi “cidomo”
Menurut Pramono, (2008), ada dua dampak yang
diakibatkan oleh trasportasi cidomo yaitu dampak positif dan dampak negative
sebagai berikut:
a. Dampak
Positif
Dampak positif dari
”cidomo” yakni tidak membutuhkan BBM, tidak menghasilkan pencemaran CO2 dan NOx, atau dari aspek lingkungan sangat bermanfaat
mengurangi emisi gas rumah kaca
4.792 CO2 ton/tahun, hemat
energi BBM 2.065.717,50 liter/tahun,
dari aspek sosial “cidomo” tidak
menghasilkan kebisingan yang mengganggu masyarakat, tergolong kendaraan yang aman,
melayani pembangunan disegala bidang dengan fungsi angkutan yang multifungsi,
menurunkan kesenjangan dari pelayanan transportasi masyarakat yang tidak mampu,
tidak menghasilkan CO2 dan NOx pada pelayanan transportasi jarak dekat yang
akhirnya akan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat, menghasilkan bahan
dasar pupuk dan biogas.
b. Dampak
Negatif
Dampak
negatif yang ada pada kegiatan transportasi cidomo pada saat sekarang lebih dikarenakan tidak terkelolanya
transportasi ”cidomo”. Dampak sosial yang langsung dapat dilihat adalah tumpukan kotoran kuda di jalan dan
dipinggir jalan yang terkesan tidak terkelola dengan baik. Kotoran kuda yang
dibuang atau ditumpuk begitu saja dapat menimbulkan gas (metana) CH4 yang merupakan salah satu sumber emisi
Gas Rumah Kaca (GRK) dengan jumlah 1.967.350 liter per tahun.
2.2.6. Pengendalian
a. Pengertian
Pengendalian
Menurut George. R terry (dalam Sandi 2013) Pengendalian dapat didefinisikan
sebagai suatu proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang
sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu
melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu
selaras dan standar.
Menurut Koonz (dalam Sandi 2013) Pengendalian
adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar
rencana-rencana yang telah dibuat mencapai tujuan-tujuan perusahaan dapat
diselenggarakan.
Menurut Syamsi, (dalam Sandi 2013) Pengendalian adalah
fungsi manajemen yang mengusahakan agar pekerjaan/ kegiatan terlaksana sesuai
dengan rencana, instruksi, pedoman, patokan, pengaturan atau hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa
pengendalian merupakan pemantauan, pemeriksaan dan evaluasi yang dilakukan oleh
atasan atau pimpinan dalam organisasi terhadap komponen organisasi dan
sumber-sumber yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumya,
secara terus menerus dan berkesinambungan agar semua dapat berfungsi secara
maksimal sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dalam hal ini bagaimana para kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kudanya
secara terus menerus agar kedepanya limbah kotoran kuda ini dapat tekelola
dengan baik dan benar melalui pengendalian.
b. Jenis
Pengendalian
1)
Pengendalian
umpan balik (feedback control) memperoleh informasi
mengenaiaktivitas-aktivitas yang telah selesai dijalankan. Pengendalian ini
memungkinkan perbaikan di masa mendatang dengan mempelajari apa yang terjadi di
masa lampau. Oleh karena itu, tindakan perbaikan terjadi setelah
kejadian.
2)
Pengendalian
simultan (concurrent control) menyesuaikan proses yang sedang berjalan.
Pengendalian real-time ini mengendalian aktivitas pemantauan yang
terjadi saat ini untuk mencegah terjadinya penyimpangan yang terlalu jauh dari
standarnya.
3)
Pengendalian
ke depan (feedforward control) mengantisipasi dan mencegah masalah
masalah. Pengendalian ini memerlukan perspektif jangka panjang.
c. Proses
Pengendalian
1)
Menetapkan
standar dan patokannya. Langkah ini meliputi standar dan ukuran untuk segala
hal mulai target kerja yang harus
dicapai, penyelenggaraan kerja. Patokan ini dapat berupa peraturan, pembakuan,
instruksi, dan lain-lain. Agar langkah ini efektif standar ini perlu dirinci dalam
bentuk-bentuk operasional, dipahami dan diterima oleh setiap individu pegawai.
2)
Pengukuran hasil pelaksanaan (performance). Langkah ini merupakan proses berkesinambungan,
berulang-ulang (refetitif) dengan
frekwensi aktual sesuai dengan jenis aktivitas yang sedang diukur. Pada langkah
ini kita mengecek, mengukur, melihat hasil senyatanya atau juga dapat mengecek
pelaksanaanya.
3)
Memperbandingkan
antara pelaksanaan dan standarnya. Langkah ini banyak hal merupakan paling
mudah ditempuh dalam proses pengendalian, sifat kompleksnya mungkin telah
diatasi dalam langkah sebelumnya. Sehingga dalam langkah ini tinggal
membandingkan hasil yang telah dicapai dan telah ditetapkan sebelumnya. Jika
hasil sesuai dengan standar, maka dapat dikatakan bahwa segala sesuatunya berjalan secara terkendali. Tetapi mungkin
juga terjadi suatu ketidaksamaan atau penyimpangan, ini merupakan feed back yang perlu diperbaiki.
4)
Mengambil
tindakan perbaikan. Apabila hasil belum tercapai atau menurun, dan analisis
menunjukkan perlunya diambil tindakan. Tindakan ini dapat berupa penggandaan
perubahan terhadap satu atau lebih banyak hasil.
2.2.7.
Cara Pengelolaan Kotoran Ternak/kuda
a.
Pemanfaatan Kotoran Menjadi Biogas
Menurut Hendri, (2010), biogas adalah gas yang dihasilkan
dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka
oksigen (anaerob). Pada umumnya hampir semua jenis bahan organic dapat diolah
menjadi biogas, antara lain kotoran dan urin hewan, kotoran manusia, sisa
sampah organik, sisa proses pembuatan tahu dan sebagainya. Terkait dengan
pengembangan biogas di rumah tangga peternak, maka bahan organik yang dapat
digunakan adalah kotoran ternak, baik sapi, kuda, ayam, kambing dan lain
sebagainya.
Teknologi Pembuatan
Biogas Secara teknologis, prinsip
pembuatan biogas adalah memanfaatkan gas
metana gas yang mudah
terbakar yang terdapat di
dalam kotoran hewan sebagai
bahan bakar, terutama untuk konsumsi
rumah tangga. Untuk
itu, selain diperlukan
adanya ternak sebagai
pemasok kotoran, juga diperlukan sarana penampungan kotoran itu agar
dapat berproses menghasilkan gas metana.
Tangki penampung
kotoran hewan yang
digunakan sebagai tempat
pembentukan biogas disebut digester.
Di dalam digester
yang tertutup rapat,
kotoran ternak diencerkan dengan air.
Hal ini dilakukan
untuk mempercepat proses
keluarnya gas dari
kotoran ternak. Dengan
memanfaatkan tekanan gas di dalam digester, gas metana yang terbentuk dialirkan
ke penampungan gas. Tempat
penampungan gas dapat
berupa kantong plastik
berukuran besar, tetapi ada
pula berbentuk tabung
dari fiberglass. Dari tempat
penampungan ini, gas
metana dapat dialirkan langsung melalui pipa menuju kompor yang ada di
dapur. Instalasi biogas dapat
dibuat dengan teknologi
sederhana yang akan
mampu dikuasai oleh rumah
tangga peternak atau
masyarakat setempat setelah
sebelumnya diberikan sosialisasi
dan pelatihan dalam membuat instalasi biogas (Hendri, 2010).
b.
Pengomposan (Composting)
Menurut Hendri, (2010), pengomposan merupakan pemanfaatan kotoran kuda
menjadi bahan kompos, sehingga hasilnya nanti bisa menjadi pupuk organik yang
nantinya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organic, bagaimana
cara mengolah kotoran kuda menjadi bermanfaat contoh pembuatan kompos Bahan dan
Komposisi: (1). 100
kg arang sekam berambut
(2). 200
kg kotoran hewan (30).
3-5
kg dedak atau bekatu
(4). 0,5
kg gula pasir atau gula merah yang dicairkan dengan air (5). 0,5 liter bakteri air secukupnya.
Cara Pembuatan: Arang
sekam, kotoran hewan, dedak, dan gula dicampur sampai rata dalam wadah yang
bersih dan teduh. Jangan terkena hujan dan sinar matahari secara langsung.
Bakteri dicampurkan ke dalam air kemudian campuran di atas dicampurkan sambil
diaduk sampai rata. Campuran ditutup dengan plastik atau daun-daunan. Tiap dua
hari sekali campuran disiram dengan air dan diaduk-aduk. Dalam 10 (sepuluh)
hari kompos sudah jadi.
c.
Pertisida alami dan pembasmi hama
Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2010), urine kuda sebaiknya tidak dibuang. Sebab urine yang berbau menyengat itu ternya laku dijual untuk pertisida
alami. Sebelum dijual, tentu saja urine harus dioplos dengan empo-empo seperti campuran kunyit,
kencur, jahe dan temu ireng. Sesuai dengan standar pengolahan, 100 liter urine dicampur dengan 10 kg empon-empon. Setelah dicampur dan diolah
sedemikian rupa, cairan ditampung dalam tong plastic didiamkan selama empat
hari. Setelah itu cairan tersebut siap dijual ke pasaran. Pertisida alami itu
ternyata bisa mengusir dan membunuh hama tanaman. Penyamprotan dilakukan cukup
mudah, yaikni menggunakan sprayer yang
biasa dipakai petani untuk menyamprotkan pertisida berbahan kimia.
2.2.8. Pengetahuan
(knowledge)
Pengetahuan
adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi
melalui panca indera manusia, yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa,
dan rabadengan sendiri (Notoatmodjo, 2003).
Ada
beberapa tingkat pengetahuan dalam domain kognitif seperti yang dikemukakan
oleh Notoatmodjo, (2003) yaitu sebagai berikut:
a. Tahu
(Know) Tahu diartikan sebagai
mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam
tingkatan ini mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah
b. Memahami
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, yang dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar.
c. Aplikasi
diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari atau diketahui pada situasi atau kondisi sebenarnya.
d. Analisis
atau kemempuan untuk mejabarkanmateri atau suatu onjek kedalam
komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan
masih ada kaitanya satu sama lain.
Kriteria Tingkat
Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, (2003), pengetahuan sikap dan tindakan seseorang
dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,
yaitu: Baik, hasil persentase 76%-100% Cukup, hasil persentase 56%-75% Kurang,
hasil persentase < 56%.
2.2.9. Pengertian
Sikap
Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menujukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku.
Notoatmodjo,
(2003), menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan
emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan
untuk bertindak
Ketiga
komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Berbagai tingkatan sikap
yaitu :
a) Menerima
(Receiving) Menerima diartikan bahwa
orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b) Merespon
(Responding) Memberikan jawaban
apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah
suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan
atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah
berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai
(Valuing) Mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.
d) Bertanggung
jawab (Responsible) Bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan
sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).
Notoatmodjo,
(2003), mengkategorikan fungsi sikap menjadi empat golongan yaitu: Sikap
berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri, sikap berfungsi sebagai alat
pengatur tingkah laku, sikap berfungsi sebagai alat pengatur
pengalaman-pengalaman, sikap sebagai pernyataan kepribadian.
2.2.10. Pengertian
Tindakan
Suatu
sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujutkan sikap
menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping itu juga
diperlukan factor dukungan dari pihak luar (Notoatmojo, 2003).
Tindakan
atau praktek ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu :
a. Persepsi
mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah praktek tingkat pertama.
b. Respon
terpimpin dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar atau atau
sesuai dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkatan kedua
c. Mekanisme
apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia telah mencapai praktek
tingkat tiga.
d. Adaptasi
suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik (Notoatmodjo,
2003).
BAB
III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Menurut Sugiyono, (2013), dalam melakukan penelitian diperlukan
metode penelitian yang disesuaikan dengan permasalahan yang akan diteliti guna
untuk mendapatkan data dan informasi dalam mendukung penelitian, secara umum
metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah deskriptif kualitatif. Sugiyono (2013) mendefinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
Peneialitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
dengan alasan sebagai berikut:
1. Dalam penelitian ini data yang
diperoleh berupa kata-kata tertulis bukan dalam bentuk angka.
2. Penelitian ini menggunakan manusia (peneliti
sendiri) sebagai alat penelitian
3. Tehnik analisi data menggunakan
pendekatan secara induktif
4. Penelitian ini menggunakan desain
yang berubah-ubah disesuaikan dengan kenyataan di lapangan.
5. Jenis penelitian yang digunakan
adalah deskriptif.
3.2.
Lokasi dan waktu Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di kawasan
Pasar Pagesangan Kota Mataram. Adapun alasan peneliti mengambil lokasi tersebut
sebagai lokasi penelitian adalah dikarenakan oleh letak lokasinya yang
strategis sehingga mudah dijangkau dan memudahkan peneliti untuk memperoleh
data-data yang sesuai dengan penelitian, disamping itu juga karena belum ada
yang melakukan penelitian berkaitan dengan masalah yang akan peneliti teliti di
lokasi penelitian tersebut. Kemudian Penelitian ini dilikukan pada tanggal 18
Juni 2016 sampai dengan tanggal 28 Juni 2016.
3.3.
Tehnik
Penentuan Subyek Penelitian
Menurut Sugiyono,
(2015: 53), dalam penelitian kualitatif, tehnik sampling yang sering diganakan
adalah puporsive sampling, dan snowball sampling. Jadi dalam
penelitian ini peneliti menggunakan tehnik sampling purposive sampling. Adapun yang dimaksud dengan purposive sampling adalah tehnik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang
kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan
peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.
Karena dalam penelitian
ini merupakan penelitian kualitatif maka peneliti menggunakan informan dalam
penentuan subyek penelitian. Sesuai dengan pendapat (Sugiyono, 2013), sampel
dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai
narasumber atau informan, teman dan guru dalam penelitian. Informan adalah orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian (Sugiyono, 2013). Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
informan sebagai subyek penelitian. Informan ada dua yaitu informa kunci dan
informan biasa:
1. Informan
Kunci Merupakan orang yang dapat memberikan informasi secara detail dan dan
komperhensif serta mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang luas tentang
masalah yang di teliti seperti judul proposal mengenai tingkat partisipasi
kusir cidomo dalam pengelolaan kotoran kuda di pasar pagesangan Kota Mataram.
Jadi yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah Kusir cidomo yang
berjumlah 30 orang.
2. Informan
Biasa Merupakan orang yang dapat memberikan informasi secara mendalam mengenai
permasalahan-permasalahan yang akan diteliti namun sebatas hala-hal tertentu.
Jadi yang menjadi informan biasa disini adalah penumpang cidomo dan Kepala Lurah
Pagesangan.
3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1.
Jenis
Data
Menurut
Sugiyono, (2013), secara umum jenis data dikelompokan menjadi dua:
a. Data
kualitatif yaitu jenis data dalam bentuk uraian-uraian dengan melalui
penelitian sosial
b. Data
Kuantitatif yaitu jenis data dalam bentuk angka-angka yang perlu dihitung.
Jadi dalam
penelitian ini jenis data yang digunakan oleh peneliti adalah jenis data
kualitatif.
3.4.2.
Sumber Data
Setelah jenis data diketahui, maka sumber data perlu
ditetapkan untuk mendapatkan data yang diperlukan pada saat peneliti melakukan
penelitian, perlu disadari ditinjau dari tujunn penelitian maka dapat
digolongkan sumber data tersebut atas dua golongan sebagai berikut:
a. Data Sekunder yaitu data yang
diperoleh dari bahan dokumen, bahan laporan atau catatan penting lainnya yang
ada hubungannya dengan penyusunan skripsi ini.
b. Data Primer yaitu data yang diperoleh
dengan melakukan penelitian langsung terhadap obyek penelitaian melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi (Sugiyono, 2013).
3.5. Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data
merupakan langkah yang sangat penting dalam melakukan suatu penelitian. Pada
penelitian ini dalam proses pengumpulan data maka peneliti menggunakan metode
obserfasi, wawancara dan dokumentasi.
3.5.1.
Metode
Observasi
Observasi
adalah pengamatan terhadap sesuatu hal yang akan diteliti. Menurut Sugiyino,
(2013) bahwa metode observasi adalah melengkapi dengan format yang disusun
berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan
terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa observasi adalah pengamatan atau
penyelidikan yang menggunakan alat indra, baik langsung maupun tidak langsung
terhadap fakta atau gejala yang diteliti. Teknik observasi yang digunakan
peneliti adalah:
a. Observasi
partisipasi pasif yaitu dalam hal ini penliti mendatangi tempat kegiatan orang
yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b. Observasi
terus terang atau tersamar, dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan
data menyatakan terus terang kepada sumber data atau informan, bahwa ia sedang
melakukan penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak berterus
terang dalam melakukan obserfasi.
Adapun fokus yang akan diamati dalam penelitian ini
adalah lokasi pasar Pagesangan dan jalan yang dilalui oleh cidomo di sekitar
lingkungan Kelurahan Pagesangan Kota Mataram.
3.5.2.
Metode
Wawancara
Menurut
Sugiyono, (2013), Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam
menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak
bisa ditemukan melalui observasi. Hal-hal
utama yang akan menjadi topik pembicaraan adalah:
a. Pengetahuan kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda
b. Sikap kusir cidomo dalam
pengendalian kotoran kuda
c. Tindakan kusir cidomo dalam
pengendalian kotoran kuda
d. Harapan kusir cidomo kepada
pemerintah dalam pengendalian kotoran kuda
Adapun
tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)
Wawancara terstruktur
Wawancara
terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena
itu dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian
berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabanya telah disiapkan.
2)
Wawancara semiterstruktur
Dimana
dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan
permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta
pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu
mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
3.5.3.
Metode
Dokumentasi
Metode dokumentasi
adalah metode pengumpulan data dengan jalan/cara melihat, mempelajari, kemudian
mencatat data yang ada hubungannya dengan obyek penelitian. Menurut Sugiyono,
(2013), bahwa metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal-hal atau
fariaber yang berupa data, catatan-catatan, surat kabar, transkip, buku-buku,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Dari pengertian diatas,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode dokumentasi adalah suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti atau menyelidiki buku-buku
catatan resmi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian. Dokumen
digunakan sebagai dasar untuk mengungkapkan masalah-masalah yang ada dalam
penelitian ini seperti jumlah cidomo yang beoperasi di pasar Pagesangan, profil
Kelurahan Pagesangan, dan sebagainya.
3.6.
Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono,
(2013), Instrumen penelitian merupakan alat yang akan digunakan oleh peneliti
dalam melakukan penelitian, sehingga denagan menggunakan instrument maka
peneliti akan bisa dan mudah mendapatkan informasi dan data di lapangan saat
melakukan penelitian, dalam penelitian
kualitatif yang menjadi insrumen utamanya adalah penelti iti sendri. Jadi
berdasarkan teori diatas maka yang menjadi instrumenn utama dalam penelitian
ini adalah peneliti sendiri, kemudian pedoman wawancara, pedoman observasi/pengamatan, dan dibantu oleh
beberapa alat lainya yang dapat mendukung atau membantu peneliti dalam
melakukan penelitian seperti pulpen, buku tulis, alat perekam, kamera dan
lain-lain.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Sugiyono, (2013),
adalah upaya yang dilakukan dalam mengorganisasikan data, memilih-milihnya
menjadi kesatuan yang dikelola menetralisasikannya, mencari dan menemuka pola,
menemukan apa yang penting dan perlu dipelajari dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik analisis data yang bersifat kualitatif, artinya data diperoleh dari
dokumen berupa jawaban atau keterangan bukan berupa angka-angka. Menurut
Sugiyono, (2013), meliputi (1) reduksi data, (2) display data, (3) verifikasi
data atau penarikan kesimpulan. Ketiga teknik analisis data akan dipakai dlam
penelitian ini.
1.
Reduksi
Data
(memilah data)
Data
yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara
teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan semakin lama peneliti kelapangan,
maka jumlah data akan semakin banyak, komplek dan rumit. Untuk itu perlu
dilakukan analisis data memlalui reduksi
data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data yang selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan.
Proses reduksi ini sebaiknya dikerjakan sejak awal penelitian. Jika hal
ini ditunda-tunda, maka akan menyulitkan penelitian, sebab data akan semakin
bertumpuk dan sulit untuk dikuasai dan disusun kembali.
2.
Display Data (penyajian data)
Display
data
merupakan proses menampilkan data cara sederhana dalam bentuk kata-kata,
kalimat, naratif, table, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah
dikumpulkan dikuasai sebagai dasar untuk mengambil kesimpulan yang tepat.
3.
Verifikasi Data (penarikan simpukan)
Mengambil kesimpulan merupaka proses penarikan
intisari dari data-data yang terkumpul kedalam bentuk pernyataan kalimat yang
tepat dan memilki data yang jelas. Penarikan kesimpulan bisa jadi diawali
dengan kesimpulan yang belum sempurna. Setelah data yang masuk terus-menerus
dianalisis dan diverifikasi tentanng kebanarannya akhirnya didapatkan
kesimpulan akhir yang lebih bermakna dan lebih jelas.
Kesimpulan adalah istilah dari temuan penelitian
yang menggambarkan pendapat-pendapat akhir yang berdasarkan pada uraian
sebelumnya atau keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berfikir induktif
dan deduktif. Simpulan yaqng dibuat
harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian dan temuan penelitian
yang sudah dilakukan interprestasi dan pembahasan.
Adapun kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Persiapan
a.
Melaksanakan
observasi atau survey guna melihat situasi di lapangan.
b.
Pembuatan
proposal sesuai dengan judul penelitian yang ingin dikaji
c.
Melakukan
perbaikan proposal.
d.
Mengurus
perijinan penelitian : fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Mataram, Ke BLHP Provisi NTB, Ke Kelurahan Pagesangan Kota
Mataram.
e.
Menyusun
rencana penelitian seperti dengan menyiapkan pedoman wawancara serta melakukan
pendekatan dengan pamong desa Wirun dengan melakukan kunjungan.
2. Pengumpulan data
a.
Mengumpulkan
data di lokasi penelitian dengan melakukan wawancara mendalam kepada para
informan yang terdiri dari 31 orang informan kunci dan 5 orang penumpang
cidomo.
b.
Mencatat
dokumen data sekunder dari Kelurahan Pagesangan
c.
Mencatat
hasil wawancara
3. Analisis data
a.
Melakukan
pengkroscekkan data yang diperoleh dari informan I ke informan yang selanjutnya
dan berjalan seterusnya hingga informan terakhir.
b.
Melakukan
reduksi data (dibuang yang tidak perlu) oleh peneliti.
c.
Membuat
transkrip wawancara berupa teks naratif dan disajikan dalam bentuk tabel dan
grafik.
d.
Menarik
kesimpulan.
4. Penyusunan skripsi penelitian
a.
Penyusunan
skripsi awal
b.
Peneliti
menyusun semua data dan analisis yang telah dibuat.
c.
Setelah
semua disusun secara sistematis, peneliti mendiskusikannya dengan dosen
pembimbing. Dari proses konsultasi tersebut terdapat revisi-revisi yang hasilnya
bisa memperbaiki laporan yang tersaji.
d.
Peneliti
memperbaiki hal-hal yang kurang sesuai dan menambahkan masukan yang diberikan
oleh dosen pembimbing.
e.
Perbanyakan
laporan sesuai dengan kebutuhan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.4.
Deskripsi Hasil Penelitian
Kelurahan
Pagesangan terletak di Kecamatan Mataram Kota Mataram yang terdiri dari 7
Lingkungan yaitu lingkungan Pagesangan Baru, Lingkungan Pagesangan Indah,
Lingkungan Pagesangan Timur, Lingkungan Pagesangan Utara, Lingkungan Pagesangan
Selatan, Lingkungan Pagesangan Barat, Lingkungan Bebidas. Jumlah penduduk
Keluraha Pagesangan sebanyak 8.303 jiwa dan terdapat 2.382 Kepala Keluarga. Luas
Wilayah Kelurahan Pagesangan adalah 19,6 km2 dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut :
-
Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Punia
-
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jempong Baru
-
Sebelah Barat berbatasan Kelurahan Pagesangan Barat
-
Sebelah Timur berbatas Kelurahan Pagesangan Timur
Adapun
jarak Kelurahan Pagesangan dengan pusat Pemerintahan Kecamatan maupun Ibu Kota
atau ibu Kota Kabupaten dan Provinsi adalah sebagai berikut:
1. Jarak
dari pusat Pemerintahan Kecamatan yaitu sekitar 1 km
2. Jarak
dari Kota/Ibu Kota Kabupaten yaitu sekitar 2 km
3. Jarak
dari ibu Kota Provinsi yaitu sekitar 2 km
4.4.1. Data Kependudukan Kelurahan Pagesangan Kecamatan
Mataram 2014
Tabel
4.1 Disribusi Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2014
No
|
Umur (Tahun)
|
Jumlah
|
Presentase
|
1
|
0
– 15
|
1.844
|
22,20
|
2
|
16
– 65
|
5.724
|
68,94
|
3
|
66
ke atas
|
735
|
8,86
|
Jumlah
|
8.303
|
100
|
Sumber
: Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari
tebel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak di Kelurahan
Pagesangan pada kelompok umur tahun 16-65 tahun sebanyak 5.724 orang (68,94 %).
Dalam hal ini rata-rata penduduk Kelurahan Pagesangan berada pada tingkat usia
produktif.
Tabel
4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
No
|
Agama
|
Jumlah
|
Presentase
|
1
|
Islam
|
3.194
|
38,47
|
2
|
Katolik
|
89
|
1,08
|
3
|
Protestan
|
107
|
1,29
|
4
|
Hindu
|
4.875
|
58,72
|
5
|
Budha
|
38
|
0,46
|
Jumlah
|
8303
|
100
|
Sumber
: Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa
mayoritas penduduk Kelurahan Pagesangan berdasarkan Agama adalah Agama Hindu
sebanyak 4.875 orang (58,72%). Jadi dalam hal ini Penduduk Kelurahan Pagesangan
mayoritas beragama Hindu.
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk
Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan
Pagesangan 2014
No
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
|
Presentase
|
1
|
TK
|
251
|
3,03
|
2
|
SD
|
1.622
|
19,54
|
3
|
SMP
|
1.560
|
18,79
|
4
|
SMA/MA
|
1.273
|
15,34
|
5
|
Akademi
/ D1 – D2
|
1.284
|
15,47
|
6
|
Sarjana
|
670
|
8,07
|
7
|
Pasca
Sarjana
|
16
|
0,20
|
8
|
Pondok
Pesantren
|
205
|
2,47
|
9
|
Pendidikan
Keagamaan
|
240
|
2,89
|
Jumlah
|
8303
|
100
|
Sumber
: Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari
tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan
Pagesangan berfariasi mulai dari tingkat pendidikan TK sampai dengan perguruan
tinggi, namun dalam tabel diatas tingkat pendidikan yang terbanyak ditinkat SD
yaitu sebanyak 1.622 orang (19,54%). Jadi tingkat pendidikan Penduduk Kelurahan
Pagesangan yang paling tinggi adalah Akademik/PT yaitu 1.284 orang atau (15,47%),
sedangkan tingkat pendidikan yang paling rendah adalah TK yaitu 3,03 orang atau
(3,03%). Dalam hal ini dapat diketahui bahwa mayoritas pendidikan informan di
Kelurahan Pagesangan adalah tingkat pendidikan rendah.
Tabel 4.4 Distribusi Penduduk
Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan
Pagesangan 2014
No
|
Jenis
Pekerjaan
|
Jumlah
|
Presentase
|
1
|
PNS
|
490
|
7,03
|
2
|
ABRI/Polri
|
177
|
2,54
|
3
|
Swasta
|
2.061
|
29,56
|
4
|
Pedagang
|
2.772
|
39,76
|
5
|
Petani
|
89
|
1,28
|
6
|
Pertukangan
|
152
|
2,18
|
7
|
Buruh
Tani
|
348
|
4,99
|
8
|
Pensiunan
|
93
|
1,34
|
9
|
Keuangan
|
54
|
0,78
|
10
|
Pemulung
|
30
|
0,43
|
11
|
Jasa
|
425
|
6,09
|
12
|
Lainya
|
282
|
4,04
|
Jumlah
|
6.973
|
100
|
Sumber
: Data Profil Kelurahan Pagesangan Tahun 2014
Dari
tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa penduduk berdasarkan pekerjaan adalah
mayoritas Pedagang dengan jumlah 2.772 orang (39,76%).
4.4.2.
Sarana
Prasarana
a.
Prasarana
Kesehatan dan Kantor
Tabel 4.5
Prasarana Kesehatan dan Kantor
NO
|
KESEHATAN
|
JUMLAH
|
1
|
Kantor
Lurah
|
1
Buah
|
2
|
Puskesmas
|
1
buah
|
3
|
UKBM
(Posyandu)
|
7
buah
|
4
|
Poliklinik
|
1
Buah
|
Sumber : Data Profil Kelurahan Pagesangan
Tahun 2014
Dari
tabel diatas dapat dilihat bahwa prasarana Posyandu yang paling banyak di
bandingkan dengan prasarana kesehatan lainya yaitu sebanyak 7 buah.
b.
Prasarana Pendidikan
Tabel 4.6
Prasarana Pendidikan
NO
|
PENDIDIKAN
|
JUMLAH
|
1
|
Gedung
Sekolah PAUD
|
2
Buah
|
2
|
Gedung
Sekolah TK
|
2
buah
|
3
|
Gedung
Sekolah SD
|
3
buah
|
4
|
Gedung
Sekolah SMP
|
-
|
5
|
Gedung Sekolah
SMU/SMK
|
1 Buah
|
6
|
Gedung
Perguruan Tinggi
|
1 Buah
|
Sumber : Data Profil Kelurahan
Pagesangan Tahun 2014
Dari
tabel 4.6 diatas maka dapat dilihat bahwa di Kelurahan terdapat beberapa
prasarana Pendidikan mulai dari tingkat PAUD dan TK hingga Perguruan tinggi,
dan prasarana yang paling banyak adalah gedung Sekolah SD yaitu sebanyak 3 buah
c.
Prasarana
Ibadah
Tabel 4.7
Prasarana Ibadah
a.
b.
NO
|
IBADAH
|
JUMLAH
|
1
|
Masjid
|
3
Buah
|
2
|
Musholla
|
2
buah
|
3
|
Gereja
|
-
|
4
|
Pura
|
11
Buah
|
5
|
Vihara
|
-
|
6
|
Surau
|
1 Buah
|
Sumber : Data Profil Kelurahan
Pagesangan Tahun 2014
Dari
tabel 4.7 dapat dilihat bahwa prasarana ibadah yang palin dominan di Kelurahan
Pagesangan Kota Mataram adalah prasarana ibadah pura bagi agama hindu Bali
yaitu sebanyak 11 buah.
d.
Prasarana
Umum
Tabel 4.8
Prasarana Umum
d.
NO
|
PRASARANA UMUM
|
JUMLAH
|
1
|
Olahraga
|
2 Buah
|
2
|
Kesenian/ Budaya
|
-
|
3
|
Balai Pertemuan
|
1 buah
|
4
|
Kuburan
|
1 Buah
|
5
|
Pasar
|
1 Buah
|
Sumber : Data Profil Kelurahan
Pagesangan Tahun 2014
Dari
tabel 4.8 dapat dilihat bahwa prasarana
umum yang paling banyak di Kelurahan Pagesangan Kota Mataram adalah Prasarana
olahraga yaitu sebanyak 2 buah.
4.4.3. Data Umum Informan
4.4.3.1. Informan Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan
hasil penelitian dapat diketahui bahwa para kusir “cidomo” seluruhnya berjenis kelamin laki-laki sesuai dengan data
yang diperoleh bahwa belum pernah terjadi ada kusir cidomo yang dengan jenis
kelamin perempuan.
4.4.3.2. Informan Berdasarkan Umur
Umur
Informan berdasarkan hasil penelitian dapat dibedakan menjadi 4 yaitu umur 20
tahun sampai dengan 30 tahun, umur 31 tahun sampai dengan 40 tahun, 41 tahun
sampai dengan 50 tahun dan 51 tahun keatas, prosentase informan berdasarkan
umur disajikan pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.9
Prosentase Informan Berdasarkan Umur (Tahun)
No
|
Umur (Tahun)
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
20 s/d 30
|
4
|
13
|
2
|
31 s/d 40
|
12
|
40
|
3
|
41 s/d 50
|
9
|
30
|
4
|
51 keatas
|
5
|
16
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Sumber : data primer diolah tahun 2016
Berdasarkan
tabel 4.9 diatas komposisi umur informan bervariasi mulai dari 20 tahun sampai
51 tahun keatas, jadi dilihat dari tabel diatas maka umur informan terbanyak
pada umur 31 tahun sampai dengan 40 tahun yaitu sebanyak 12 orang (40%). Jadi
dalam hal ini berdasarkan umur informan berada pada usia produktif.
4.4.3.3. Pendidikan Terakhir Informan
Tingkat
pendidikan informan dibedakan menjadi 4 tinkatan yaitu tidak sekolah, tidak
tamat SD, tamat SD dan SLTPN. Komposisi informan menurut pendidikan disajikan
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.10 Tinkat Pendidikan Informan
No
|
Pendidikan
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
SLTPN
|
9
|
30
|
2
|
Tamat
SD
|
12
|
40
|
3
|
Tidak
Tamat SD
|
4
|
13
|
4
|
Tidak
Sekolah
|
5
|
16
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Sumber
: data primer diolah 2016
Berdasarkan
tabel 4.10 diatas maka dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan kusir cidomo
dari jumlah keseluruhan informan sebanyak 30 orang mayoritas tidak tamat SD
yaitu sebanyak 12 orang (40%). Jadi tingkat pendidikan informan paling tinggi
adalah SLTPN 9 informan atau (30%), sedangkan tingkat pendidikan yang paling
rendah adalah tidak tamat SD 4 informan atau (13%). Dalam hai ini tingkat
pendidikan informan dalam kategori rendah.
4.4.3.4. Pekerjaan Informan
Kusir
adalah merupakan termasuk pekerjaan yang tentunya semua informan kusir dalam
penelitian ini adalah bekerja sebagai kusir, untuk status pekerjaan kusir
setelah peneliti data dilapangan terbagi menjadi dua yakni sebagai pemilik
langsung dan sebagai buruh. Komposisi informan berdasarkan pekerjaan disajikan
pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.11 Pekerjaan Informan
No
|
Pekerjaan
|
Frekuensi
|
Presentase
|
1
|
Pemilik
cidomo
|
25
|
83
|
2
|
Sebagai
buruh
|
5
|
16
|
Jumlah
|
30
|
100
|
Sumber
: data primer diolah 2016
Berdasarkan
tabel 4.11 diatas maka dapat diketahui bahwa kusir yang langsung sebagai
pemilik cidomo sebanyak 25 orang (83%), sedangkan kusir yang sebagai buruh
sebanyak 5 orang (16%). Jadi mayoritas pekerjaan informan sebagai pemilik
cidomo sekaligus sebagai kusir cidomo.
4.5.
Penyajian Data Hasil Penelitian
Telah
dibahas pada bab sebelumnya bahwa peneliti mengangkat judul tentang partisipasi
kusir cidomo dalam pengendalian kotoran kuda di pasar pagesangan kota mataram.
Untuk melihat sejauh mana partisipasi kusir cidomo dalam pengendalian limbah
padat kotoran kuda mereka, maka dapat diketahui melalui tingkat pengetahuan,
sikap dan tindakan para kusir cidomo, sehingga dengan demikian maka akan
terlihat sejauh mana partisipasi para kusir cidomo dalam mengendalikan kotoran
kuda mereka demi menjaga kebersihan lingkungan hidup. Oleh karena itu dapat
lihat dalam hasil penelitian dibawah ini:
4.5.1. Pengetahuan Kusir Cidomo terhadap
Pengendalian Kotoran Kuda
Dalam
hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dilapangan maka dapat
diketahui bahwa pengetahuan informan cukup baik yang walupun rata-rata tingkat
pendidikan informan yaitu berpendidikan rendah seperti terlihat pada tabel 4.10
yaitu rata-rata berpendidikan SD, sehingga bisa dikatakan bahwa tingkat
pendidikan bukanlah sebagai tolak ukur untuk menilai tinkat pengetahuan
seseorang karena perlu ditekankan bahwa pengetahun itu dapat diperolen melalui
pendidikan non formal bakan pada pendidikan formal saja.
Sebagai
langkah awal untuk menggali pengetahuan informan maka peneliti langsung
memberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kotoran kuda, setelah peneliti
mewawancarai 30 orang narasumber dalam waktu dan situasi yang berbeda ternyata
dari 30 orang narasumber tersebut rata-rata dapat memberikan jawaban yang tepat
tentang pertanyaan yang peneliti sampaikan yang walaupun ada beberapa orang
narasumber yang belum bisa memberikan komentar apa-apa berikut cuplikannya
dengan kusir cidomo:
“….Ya kalau sepengetahuan saya sih kotoran itu
adalah sisah makanan yang dikeluarkan oleh mahluk hidup dari perutnya seperti
tahi kuda”. (wawancara dengan Mustajab dkk tanggal 15/07/2016).
Jadi
dari gambar 4.4 diatas dapat diketahui dari jawaban yang disampaikan oleh
narasumber diatas bahwa rata-rata dari 30 orang narasumber bisa memberikan
komentar atau jawaban atas pertanyaan yang disampaikan oleh peneliti yaitu 80%
sedangkan 20% lainya tidak memberikan komentar. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan informan tentang kotoran itu cukup baik.
Kemudian
pertanyaan yang berkaitan dengan jenis kotoran menurut sifatnya berikut
pernyataan dari kusir “cidomo”.
“….
Kalau kotoran itu mudah membusuk pak sepeti yang pernaha saya lakukan dulu,
untuk mebuat pupuk dari kotoran kuda paling lama sekitar 10 hari sudah
membusuk” (wawancara dengan Hataman dkk, 15/07/2016).
Dilihat dari gambar 4.5
menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang jenis kotoran menurut sifatnya
dalam kondisi cukup baik karena terlihat bahwa mayoritas informan dapat
memberikan jawaban yaitu 86% sedangkan 13% tidak memberikan komentar. Jadi ini
menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang jenis kotoran menurut sifatnya
dalam kondisi baik.
Kemudian pengetahuan
informan mengenai dampak kotoran kuda bagi kesehatan dari hasil wawancara
menunjukkan bahwa pengetahuan informan tentang dampak daripada kotoran kuda
bagi kesehatan cukup baik berikut cuplikan hasil wawancaranya:
“….
Ada dampaknya bagi kesehatan yaitu dapat mengganggu pernapasan akibat baunya
mas dan sangat mengganggu sekali aktifitas masyakat dipasar ini tapi mau gimana
lagi mas inilah kenyataanya”. (wawancara dengan Lukman dkk, 16/07/2016).
Dari
gambar 4.6 dapat diketahui bahwa mayoritas informan menyatakan bahwa kotoran
kuda memiliki dampak negative bagi kehidupan yaitu sebesar 70%. Jadi dalam hal
ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan informan mengenai dampak daripada
kotoran kuda dalam kondisi baik.
Pengetahuan
informan tentang manfaat kotoran kuda, dalam hasil wawancara yang dilakukan
oleh peneliti dilapangan menunjukka bahwa pengetahuan informan tentang manfaat
kotoran kuda cukup baik berikut cuplikan
hasil wawancara dengan kusir cidomo sebagai informan kunci.
“…..
manfaat dari kotoran kuda itu adalah bisa dijadikan sebagai pupuk organic untuk
penyubur tanaman, karena saya juga pernah melakukannya dirumah”. (wawancara
dengan Efendi dkk, 16/07/2016).
Kalau
diliha dari gambar 4.7 diatas menunjjukkan bahwa pengetahuan informan tentang
manfaat kotoran kuda dalam kondisi sangat baik yaitu 90% mengatakan ada
manfaatnya yaitu bisa diproses menjadi pupuk organic sedangkan 10% tidak
memberikan jawaban atau komentarnya.
Pengetahuan
informan tentang pengendalian kotoran kuda yang baik dan benar, dari hasil
wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilapanganberikut cuplikan hasil
wawancara dengan kusir cidomo.
“…..
yaitu dengan cara pertama-taman dikumpukan dulu kotoran kdanya setelah sudah terkumpul
lalu ditamam kedalam lubang yang sudah digali lalu ditutup kembali dengan
tanah, setelah itu tinggal tunggu pembusukan sekitar 10 sampai 15 hari baru
bisa diambil untuk dijadikan sebagai bahan benyubur tanaman seperti bunga dan
sayuran di sawah”. (wawancara dengan Ilham dkk, 17/07/2016).
Jadi
dilihat dari pernyataan informan dan gambar 4.8 diatas menunjukkan bahwa
pengetahuan informan tentang cara pengelolaan kotoran kuda yang baik dan benar
dalam kondisi baik, karena mayoritas dari 30 informan dapat memberikan jawaban
yang benar yaitu 65% sedangkan yang lainya yaitu 35% tidak memberikan komentar
atau jawaban atas pertanyaan yang peneliti berikan.
Pengetahuan
informan tentang ada atau tidaknya tempat penampung dan Pengolah kotoran kuda yang
disediahkan oleh pemerintah, setelah peneliti malakukan wawancara ternyata tidak
ada satupun dari 30 informan yang tahu tentang adanya tempat penampung atau
pengolah kotoran kuda yang disediahkan oleh Pemerintah khususnya di pasar
Pagesangan. Hal ini juga berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
sendiri bahwa memang tidak ada satupun terlihat baik itu tempat penampung
kotoran kuda maupun alat untuk pengolahanya, jadi wajar bahwa tidak ada satupu
informan yang tahu bukan berarti kusir cidomo tidak tahu akan tetapi memang
tidak ada alat-alat tersebut yang disediahkan olah pemerintah berikut cuplikan
wawancara yang peneliti dapatkan:
“….
Kalau untuk alat-alat seperti itu gak ada sama sekali mas dipasar pagesangan
ini, tapi gak tahu kalau ditempat lain ada atau gaknya, justru yang diberikan
oleh Pemerintah itu adalah seperti gendongan kotoran kuda, sekop, ember, dan
lain-lain itupun sekarang udah rusak mas”. (wawancara dengan Badrul dkk,
18/07/2016).
Jadi
kalau dilihat dari pernyataan kusir cidomo diatas maka dapat dikatakan bahwa
memang tidak ada alat-alat apapun yang disediahkan olah Pemerintah untuk
menampung maupun mengolah limbah padat kotoran kuda tersebut, jusrtru yang
pernah diberikan oleh Pemerintah dalam hal ini Dinas Perhubungan Kota Mataram
adalah berupa alat-alat kebersihan untuk membersihkan kotoran kuda seperti
gendongan kotoran kuda, sekop, ember dan
lain sebagainya.
Pengetahuan
informan tentang kegiatan sosialisa yang dilakukan oleh Pemerintah tentang
pengelolaan kotoran kuda, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
berikut hasil wawancara dengan kusir cidomo.
“……
iya ada dan memang pernah dilakukan sosialisasi dan himbauan pada saat
perpanjangan surat ijin mengendarai cidomo oleh Pemerintah agar kusir cidomo
tidak membuang sembarangan kotoran kuda dan harus dimanfaatkan dengan baik,
tapi hanya dilakukan dulu sekarang udah jarang dan bahkan tidak ada sama sekali
mas”. (wawancara dengan Taofik dkk, 18/07/2016).
Dapat
diketahui dari gambar 4.9 dan pernyataan informan diatas bahwa tingkat
pengetahuan informan tentang adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh
Pemerintah tentang pengendalian kotoran kudah adalah dalam kategori baik yaitu
sebanyak 80% sedangkan yang lainya mengatakan tidak pernah sebesar 20%.
Pada
saat peneliti mewawancarai staf Dinas Perhubungan Kota Mataram terkait kegiatan
sosialisasi yang pernah dilakukan oleh Dinas Perhubungan kepada para kusir
cidomo terkait dengan pengendalian atau pengelolaan kotoran kuda berikut hasil
wawancaranya dengan bapak Idrus tanggal 27 Juni 2016:
“…Kami
sering melakukan sosialisasi kepada para kusir agar menaati peraturan dan agar
tidak membuang kotoran kudanya sembarang tempat yaitu pada saat mereka
melakukan perpanjangan surat izin cidomonya, akan tetapi memang kusir cidomonya
yang kurang menaati peraturan”.
Dari
hasil wawancara dengan staf Dinas Perhubungan diatas menunjukkan bahwa adanya
kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan kepada para kusir
pada saat para kusir mengurus perpanjangan surat izin cidomonya. Kalau
dikaitkan dengan pernyataan kusir diatas memang benar pernah dilakukan
sosialisasi namun sosialisasinya terbatas hanya pada saat perpanjangan surat
izin cidomo yang dilakukan sekali dalam setahun. Dalam hal ini menunjukkan
adanya kegiatan sosialisasi akan tetapi masih masih tergolong kurang karena
dilakukan hanya satu kali dalam setahun.
Jadi
dari hasil penelitia dapatlah diketahui bahwa pengetahuan informan secara
keseluruhan dari 30 informan yang peneliti wawancarai dalam kategori cukup baik
karena dari delapan pertanyaan yang diberikan oleh peneliti terdapat 24
informan dapat menjawab dengan baik untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik berikut ini:
Jadi
dari gambar 4.10 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan informan yaitu sebesar
80% sedangkan 15% dalam kategori sedang kemudian yang lainya 5% dalam kategori
kurang baik berikut Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan informan dalam
kategori cukup baik, dikatakan baik karena dari beberapa pertanyaan yang
diberikan oleh peneliti dapat direspon dengan baik oleh para kusir cidomo
sebagai informan kunci dalam penelitian ini.
4.5.2.
Sikap
Kusir Cidomo Terhadap Pengendalian Kotoran Kuda
Dari
hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa sikap informan dalam kondisi sedang
hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang baik belum bisa ditunjukkan
lewat sikap yang baik pula berikut hasil wawancara dengan kusir cidomo sebagai
informan kunci, berikut cuplikan hasil wawanraranya:
“…..
sejauh ini belum dampak buruk yang diakibatkan oleh kotoran kuda terhadap
kehidupan dan lingkungan sekitar, walaupun ada baunya tapi tidak terlau
berpengaruh”. (wawancara dengan Ridwan dkk, 19/07/2016).
Dapat
dilihat dari gambar 4.11 dan pernyataan informan diatas bahwa sikap informan
terhadap pernyataan diatas dalam dalam kategori sedang karena hanya sebesar 30%
yang menyatakan ya bahwa kotoran kuda yang tidak dikelola dengan baik maka
dapat merusak lingkungan, sedangkan 65% menyatakan tidak ada dampakanya bagi
lingkungan kemudian sisanya 5% tidak memberikan komentanya.
Sikap
informan terhadap pernyataan bahwa kotoran kuda yang dikelola dengan baik maka
dapat mencegah penyakit dan menjaga keindahan lingkungan, dari hasil wawancara
dapat diketahui berikut cuplikan hasil wawancara dengan kusr cidomo.
“…..
walaupun saat ini kotoran kuda belum diperhatikan dengan serius oleh para kusir
dan Pemerintah saya sangat setuju jika kotoran kuda ini dapat dikelola dengan
baik kedepanya”. (wawancara dengan Basahi dkk, 20/07/2016).
Dari
gambar 4.12 dan pernyataan informan diatas menunjukkan bahwa sikap informan
terhadap pernyataan diatas adalah dalam kategori baik yaitu sebesar 66%.
Kemudian jikalau dilihat dari pernyataan informan hal itu menunjukkan belum
adanya perhatian serius dari kusir dan Pemerintah terkait pengelolaan kotoran
kuda tersebut.
Sikap
informan terhadap pernyataan yang disampaikan oleh peneliti pada saat peneliti
melakukan wawancara bahwa kotoran kuda yang berserakan ditenganh jalan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan seperti yang dikatakan oleh kusir cidomo berikut ini.
“…..
tidak ada pengaruhnya bagi kesehatan karena belum ada orang yang sakit akibat
kotoran kuda cumin baunya saja yang sedikit mengganggu”. (wawancara dengan
Muhtar dkk, 20/07/2016).
Jadi
dapat dilihat pada gambar 4.13 diatas maka dapat diketahui bahwa sikap informan
dalam kategori sedang karena hanya 45% yang menyatak ya.
Sikap
informan terhadap pernyataan peneliti pada saat dilakukan wawancara bahwa
lingkungan yang indah dan bersih membuat hidup kita nyaman berikut
hasil wawancara dengan informan.
“…..
pastinya mas semua orang merasa senang dan nyaman melihat lingkungan kita
bersih dan indah”. (wawancara dengan Abd Rahim dkk, 21/07/2016).
Dari
gambar 4.14 diatas maka dapat diketahui bahwa mayoritas atau 100% informan
menyatakan ya terhadap pernyataan bahwa lingkungan yang indah dan bersih
membuat hidup kita nyaman. Seperti pernyataan informan diatas bahwa semua orang
sudah pastinya merasa senag dan nyaman ketika melihat lingkungan indah dan
bersih. Hal menunjukkan bahwa sikap informan terhadap pernyataan di atas dalam
kategori sangat baik.
Sikap
informan terhadap pernyatan yang disampaikan oleh peneliti bahwa kotoran kuda
harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan dalam hasil wawancara berikut
cuplikan hasil wawancara dengan narasumber.
“…..
ya setuju kotoran kuda harus dikelolah dengan baik supaya tidak mengotori jalan
dan hasilnya bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik”. (wawancara dengan Irham
dkk, 21/07/2016).
Dari
gambar 4.15 diatas dapat diketahui bahwa mayoritas informan menyatakan ya
kotoran kuda harus dikelola dengan baik agar tidak merusak lingkungan yaitu
sebesar 90% sedangkan yang lainya tidak memberikan komentar. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap informan dalam kategori baik.
Dari
hasil penelitian dapat diketahui sikap informan tentang pengelolaan kotoran
kuda dengan katergori sedang, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
brikut ini:
Dari
hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa sikap informan dalam kondisi sedang
seperti terlihat pada gambar 4.16 karena dari 6 pertanyaan yang peneliti
sampaikan hanya 40% yang dapat menjawab dengan benar, kemudian 55% tidak
menanggapi dengan baik terhadap pertanyaan yang peneliti sampaikan,
kemudian sisanya 5% berada pada tingkat
kurang baik. hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan yang baik belum bisa
ditunjukkan lewat sikap yang baik pula.
4.5.3. Tindakan Kusir Cidomo dalam
Pengendalian Kotoran Kuda
Dalam
hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dilapangan terhadap 30 informan kusir
menunjukan bahwa tindakan informan dalam berpartisipasi untuk mengelola atau
mengendalikan kotoran kuda di Pasar Pagesangan Kelurahan Pagesangan Kota
Mataram dalam kategori kurang baik dapat dilihat dalam hasil penelitian berikut
ini:
Kesadaran
para kusir dalam memasang gendongan kotoran kuda di Kelurahaan Pagesangan
Khususnya di Pasar Pagesangan masih dalam kategori kurang baik berikut cuplikan
hasil wawancara dengan kusir cidomo.
“…..
kadang pasang kadang gak mas soalnya kalu dipasang gendongannya nanti tambah
berat bawaan kudanya lagipulas malas juga untuk pasangnya mas”. (wawancara
dengan Iwan dkk, 24/07/2016).
Untuk
lebih jelasnya maka dapat dilihat pada grafik beriku ini:
Dapat
dilihat pada gambar 4.17 diatas dapat diketahui bahwa tingkat kesadaran para
kusir cidomo dalam memasang gendongan kotoran kudanya masih kurang tertib atau
kurang baik karena yang memasang dengan benar dan tepat yaitu sebesar 23%
sedangkan yang memasang tapi kurang tepat yaitu 44% sisanya yaitu sebesar 33% sama sekali tidak
memasang. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan atau kepatuhan kusir cidomo dalam
memasang gendongan kotoran kudanya masih tergolong kurang baik.
Kemudian
pertanyaan yang berkaitan dengan jarak pemasangan gendongan kotoran kuda dengan
“femur”…?
“……
kalau jarak yang sebenarnya sih mas cuman 5cm, tapi kalau dipasang terlalu
mepet akan membuat kudanya kaget makanya kalau setiap kali pasang paling
sekitar 50cm atau sekitas 2 jengkal biar gak kaget kudanya”. (wawancara dengan
Jakariyah dkk, 25/07/2016).
Untuk
lebih jelasnya maka dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Dari
gambar 4.18 menunjukkan bahwa kesadaran dan perhatian para kusir cidomo akan
kebersihan lingkungan dari limbah padat kotoran kuda yang dihasilkan oleh
cidomo dinilai kurang konperhensif maksudnya ketertiban emasangan gendongan
kotoran kuda pada cidomo hanya sebatas karena ada petugas yang sedang
melaksanakan tugas seperti saat adanya rajia bagi kusir cidomo, sementara jarak
pemasangan gendongan kotoran kuda 100% kusir menyatakan 50cm atau sekitar 2
jengkal dari femurnya.
Selanjutnya tindakan kusir cidomo dalam membuang kotoran
kuda yang sudah penuh sangat bertolak belakang seperti terlihat pada grafik
diwawah ini:
Dari
data grafik 4.19 diatas menunjukkan 83% kusir membuang kotoran kudanya di
sungai dan pinggir jalan yang sepi dekat persawahan, 27% dibuang dilubang
khusus kotoran kuda dirumahnya sedangkan 0% tidak ada satupun kusir yang
membuang kotoran kudanya ditempat penanpungan khusus hal itu dikarenakan oleh
tidak tempat khusus yang ada di tempata mangkalnya di Kelurahan Pagesangan Kota
Mataram.
Berikut
cuplikan wawancara mengapa membuang kotoran kudanya di pingir sungai dan tempat
yang sepi…?
“…..
kalau sudah penuh gendongan kotoran kuda, langsung dibuang kesungai dan pinggir
jalan dekat persawahan…. Buat apa membawanya kerumah kecuali ada permintaan
dari orang yang ingin memanfaatkan kotoran kuda untuk penyubur tanamannya”.
(wawancara dengan Samiun dkk, 24/07/2016).
Dengan
menyimak pernyataan kusir cidomo diatas maka dapat dikatakan bahwa tindakan
kusir cidomo dalam berpartisipasi untuk mengendalikan kotoran kuda demi menjaga
kebersihan lingkungan sangat buruk dalam
artian para kusir cidomo belum bisa memberikan sumbangan yang positif terhadap
pengendalian kotoran kuda mereka.
Berikutnya
berkaitan dengan ada atau tidaknya alat-alat untu pengolahan atau pengendalian
kotoran kuda yang pernah diberikan oleh pihak Pemerintah Kota Mataram kepada
para kusir, dari 30 informan 100% memberikan pernyataan bahwa ada atau pernah
diberikan oleh Pemerintah berikut cuplikan wawancaranya:
“…
ada mas pernah dikasi gendongan kotoran kuda, ember, sekop tapi kalau untuk
alat penepung dan pengolahnya sendiri kurang tau juga mas mungkin ada ditempat
lain kalau di Pagesangan ini gak ada sama sekali mas”.
Kemudian
berikut data yang peneliti dapatkan dari pihak dinas Perhubungan Kota Mataram
berkaitan dengan bantuan yang pernah di berikanoleh pemerintah untuk para kusir
cidomo di Kota Mataram diantaranya
gendongan kotoran kuda, sekop, pengecatan cidomo, bantuan pembangunan kandang
kumpul percontohan dan pengolahan biogas di Tinggar, tong sampah sementara khusus
kotoran kuda masing-masing pangkalan cidomo untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.12
Jenis Bantuan dan Sumber Bantuan
NO
|
JENIS
BATUAN
|
LOKASI
|
SUMBER
|
KETERANGAN
|
1
|
Gendongan
kotoran kuda, Sekop ember
|
Semua
Kecamatan
|
Pemkot
Mataram
|
Di
berikan pada saat pengurusan izin cidomo
|
2
|
Tempat
sampah kotoran kuda
|
Cakra,
Ampenan dan Tinggar
|
Pemkot
Mataram
|
Sudah
rusak dan sudah tidak pada tempatnya
|
3
|
Kandang
kumpul
|
Cakra
|
Pemkot
Mataram
|
|
4
|
Pengecatan
|
3
kecamatan
|
Pemkot
Mataram dan Bank Indonesia
|
|
5
|
Instalasi
pembuatan biogas kotoran kuda
|
Cakra
|
Pemkot
Mataram
|
Tidak
di manfaatkan
|
Sumber
data Dinas Perhubungan di olah 2016
Jadi
dilihat dari tabel 4.12 diatas bahwa peralatan tersebut diatas memang sudah ada
namun masih kurang dan sangat tidak memadai dan bahkan dari bantuan diatas
telah banyak yang sudah rusak dan sama selai tidak dimanfaatkan seperti
instalasi pembuatan biogas, hal tersebut dapat mengindikasikan kurangnya
partisipasi para kusir karena memang peralatan yang seharusnya ada dan dapat
dimanfaatkan namun setelah penelti melihat atau mengamati dilapangan khussnya
di Kelurahan Pagesangan tidak terdapat satupun alat tersebut seperti tong
sampah khusus penampung kotoran kuda dan lain sebagainya.
4.5.4.
Harapan
Kusir Cidomo untuk Meningkatkan Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian
Kotoran Kuda
Dalam
penelitian ini peneliti tambahkan harapan para kusir cidomo untuk kedepanya
supaya kotoran kuda tersebut tidak lagi dibuang sembarangan oleh para kusir
yaitu dapat dilihat pada uraaian berikut:
Pertanyaan yang
berkaitan dengan siapa yang berkepentingan dalam penanganan kotoran kuda
dijalanan? Informan kusir memberikan
jawaban 100% adalah tanggung jawab para kusir, kemudian berkenaan dengan
pertanyaan perlukah dibuat tempat pengolahan limbah kotoran kuda bersama?....
informan kusir 100% setuju, namun menjawab tidak setuju atas pertanyaan bila
kegiatan tersebut dibebankan kepada para kusir atau harus membayar uanga trayek
bahkan ada yang mengungkapkan
“……janganlah
membayar ongkos pengolahan limbah…. Untuk kebutuhan sehari-haripun pas pasan
mas……”. (wawancara dengan Muzakki dkk, 24/07/2016).
Dari
hasil wawancara terhadap kusir dan penumpang cidomo dilapangan 90% menyetujui
adanya lembaga khusus yang akan mengelola limbah kotoran kuda yaitu sebagai
berikut:
“….. setuju ada
lembaga yang akan mrngolah limbah agar ada lembaga swasta yang khusus mengelola
limbah kotoran kuda, agar kedepanya para kusir tidak lagi membuang limbah
kotoran kudanya pada sembarang tempat”. (wawancara dengan Supratman dkk,
24/07/2016).
Untuk
lebih jelasnya peneliti telah mengelompokkan harapan dari para kusir cidomo dan
penumpang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel
4.13 Harapan Kusir Cidomo dan Penumpang
No
|
Hasil
Wawancara/ Usulan Kusir Cidomo
|
Kelompok/Kriteria
|
Urutan
|
1
|
Usulan harus ada tempat penampung
kotoran kuda yang disediahkan oleh Pemerintah disetiap pangkalan cidomo
|
Aspek Sarana Prasarana
|
1
|
2
|
Usulan ada sebuah lembaga swasta
sebagai pusat pengolahan limbah kotoran kuda, sehingga dengan demikian akan
dapat terlihat nilai ekonomi dari limbah tersebut untuk dibuat pupuk organik
dan biogas
|
Aspek Lembaga
|
2
|
3
|
Usulan jarak gendongan kotoran kuda 5
cm dari “femur”, dianjurkan agar dipasang lebih mepet lagi
|
Aspek Hukum/Aturan
|
3
|
4
|
Usulan harus membentuk kelompok
disetiap pangkalan cidomo
|
Aspek Lembaga
|
4
|
5
|
Pemerintah harus meningkatkan
sosialisasi dan pengawasan yang intensif terhadap aktifitas para kusir setiap
harinya
|
Aspek Hukum/Aturan
|
5
|
Sumber
: data primer diolah 2016
4.6.
Pembahasan Hasil Penelitian
Telah dibahas pada metode penelitian, bahwa penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan dengan judul penelitian Partisipasi
Kusir Cidomo dalam Pengendalian Kotoran Kuda di Pasar Pagesagan Kelurahan
Pagesangan Kota Mataram. Jadi dalam penelitian ini untuk mengetahui tingkat
partisipasi dari para kusir cidomo dalam pengendalian danpengelolaan kotoran
kuda maka ada beberapa hal yang menjadi indikatornya yaitu pengetahuan, sikap
dan tindakan.
4.6.1.
Pengetahuan
Kusir Cidomo Terhadap Pengendalian Kotoran Kuda
Pengetahuan
informan tentang pengertian limbah padat kotoran kuda sangat baik seperti
terlihat pada grafik 4.4, karena mayoritas para kusir cidomo sebagai informan
dalam penelitian bisa memberikan jawaban atau dapat menaggapi pertanyaan yang
disampaikan oleh peneliti tentang pengerttian kotoran kuda. Hal ini menunjukkan
pengetahuan informan tentang pengertian kotoran kuda dalam kategori baik.
Pengetahan
informan tentang jenis kotoran menurut sifatnaya sangat baik karena dari 30
informan mayoritas dapat memberikan jawaban yang tepat terhadap pertanyaan yang
diberikan seperti yang terlihat pada gambar 4.5 diatas. Dalam hal ini
pengetahuan informan tentang jenis kotoran menurut sifatnya dalam kategori
cukup baik.
Dapat
diketahui dari gambar 4.6 bahwa pengetahuan informan tentang dampak kotoran
kuda bagi kesehatan cukup baik karena mayoritas informan menyatakan bahwa
kotoran kuda dapat mengganggu pernapasan akibat bau yang ditimbulkannya. Hal
ini menunjukkan bahwa pengetahuan informan terhadap dampak yang di akibatkan
oleh limbah padat kotoran kuda dalam kategori baik.
Pengetahuan
informan tentang manfaat dari limbah padat kotoran kuda seperti yang terlihat
pada gambar 4.6 cukup baik karena memang mayoritas informan menyatakan bahwa
kotoran kuda dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organic sebagai bahan dasar
penyubur tanaman. Jadi dalam hal ini pengetahuan informan tentang manfaat dari
pada kotoran kuda sangat baik.
Pengetahuan
informan tentang cara pengelolaan limbah padat kotoran kuda seperti yang
terlihat pada gambar 4.8 cukup baik karena dari keseluruhan informan mayoritas
menyatakan bahwa cara pengelolaan kotoran kuda menjadi pupuk yaitu dengan cara
dikumpulkan telebi dahulu baru kemudian dimasukkan kedalam lubang tanah dan
setelah itu dapat dimanfaatkan sebagai penyubur tanaman. Hal ini menunjukkan
bahwa informan sudah memiliki pengetahuan terkait bagaiman cara pengelolaan
kotoran kuda yang walaupun masih sangat sederhana.
Pengetahuan
informan tentang keberadaan tempat penempung kotoran kuda sementaran dan
alat-alat pengolah kotoran kuda lainya mayoritas informan menyatakan tidak ada
sama sekali terutama dipasar Pagesangan Kota Mataram sebagi tempat pangkalan
para kusir cidomo untuk mencari penumpang, akan tetapi yang pernah dikasih oleh
pemerintah itu hanyalah gendongan kotoran kuda, sekop, ember dan lain
sebagainya. Maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan informan cukup baik sekali
karena memang seperti yang telihat dilapangan bahwa tidak terlihat satupun
alat-alat baik untuk menmpung maupun alat pengolah limbah khusunya di pasar
Pagesangan Kota Mataram. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya perhatian dari
pemerintah terkait pengelolaan kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan khusunya
dan Kota Mataram pada umumnya.
Pengetahuan
informan tentang kegiatan sosialisasi yang pernah dilakukan oleh pemerintah
kepada para kusir cidomo terkai bagaiman cara pengendalian kotoran kuda dan
ketaantan terhadap peraturan masih tergolong cukup baik karena mayoritas
informan dapat memberikan pernyataan bahwa memang pernah dilakukan sosialisasi
oleh pemerintah setiap kali para kusir cidomo melakukan perpanjangan surat izin
cidomonya. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh staf Dinas
Perhubungan Kota Mataram bahwa pihak Dinas Perhubungan sering melakukan
sosialisasi kepada para kusir pada saat mereka melakukan perpanjangan surat
izinnya. Akan tetapi pihak pemerintah harus lebih serius lagi dalam melakukan
penga was an dan berbagai kegiatan sosialisasi.
Tingkat
pengetahuan informan tentang pengendalian kotoran kuda di Kelurahan Pagesangan
Kota Mataram dapat dilihat pada gambar 4.10 bahwa tingkat pengetahuan informan
dalam kategori cukup baik karena dari 6 pertanyaan yang diberikan mayoritas
informan dapat memberikan jawaban dengan cukup baik. Akan tetapi tingkatan
pengetahuan para kusir cidomo terhadap pengendalian kotoran kuda di Kelurahan
Pagesangan Kota Mataram berada pada
tingkata pengetahuan yang paling rendah yaitu (know) tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam tingkatan ini mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah, dikatan rendah karena memang dari pengetahuan
yang baik itu tidak dibarengi dengan sikap dan aplikasi yang baik pula, maksudnya adalah pengetahuan itu akan
sangat bermanfaat apabila dari hasil penegetahuan itu dibarengi dengan sikap
dan aplikasi atau tindakan yang baik terhadap pengendalian kotorn kuda untuk
menjaga kebersihan lingkungan.
4.6.2. Sikap Kusir Cidomo Terhadap
Pengendalian Kotoran Kuda
Sikap
Informan tentang pernyataan bahwa kotoran kuda dapat memberikan dampak buruk
bagi kehidupan dan lingkungan sekitar dapat dilihat pada gambar 4.11 bahwa
mayoritas informan menyatakan kotoran kuda tidak memiliki dampak yang buruk
bagi khidupan dan lingkungan sekitar karena sejauh ini belum ada terlihat dampak
yang sangat signifikan bagi keberlanjutan kehidupan masyarakat. Jadi dalam hal
ini menunjukkan bahwan sikap informan terhadap pernyataan diatas masih dalam
kategori sedang karena hanya sebagian dari informan yang dapat memberikan
tanggapan yang benar dari pernyataan diatas.
Sikap
informan terhadap pernyataan bahwa kotoran kuda yang dikelola dengan baik maka
dapat mencegah penyakit dan menjaga keindahan lingkungan dapat terlihat pada
gambr 4.12 bahwa dari keseluruhan informan sebanyak 30 orang mayoritas menyatakan
ya apabila kotoran kuda dikelola dengan baik maka dapat mencegah penyakit dan
membuat lingkungan indah dan nyaman. Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan
dalam kategori cukup baik.
Sikap
informan terhadap pernyataan bahwa
kotoran kuda yang berserakan ditenganh jalan dapat menyebabkan gangguan
kesehatan seperti yang terlihat pada gambar 4.13, mayoritas informan menyatakan ya atau setuju
dengan penyataan diatas. Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan terhadap apa
yang disampaikan oleh peneliti dalam kategori cukup baik yang walupun masih
terdapat beberapa orang yang belum memberikan komentarnya.
Sikap
informan terhadap pernyataan bahwa
lingkungan yang indah dan bersih membuat hidup kita nyaman seperti terlihat pada gambar 4.14 dari 30
orang informan 100% menyatakan ya dalam artian bahwa semua informan sepakat
dengan pernyataan diatas. Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan terhadap
pernyataan diatas sangat baik karena dari semua informan merasa nyaman ketika
melihat lingkungan bersih dan indah.
Sikap
informan terhadap pernyatan bahwa kotoran kuda harus dikelola dengan baik agar
tidak merusak lingkungan seperti yang
terlihat pada gambar 4.15 menunjukkan sebanyak 90% menyatakan ya terhadap
pernyataan kotoran kuda harus dikelola dengan baik agar tidak merusak
lingkungan sedangkan yang lainya tidak memberikan komentara yaitu sebanyak 10%.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap informan dalam kategori sangat baik yang
walaupun ada sebagian yang tidak dapat memberikan komentarnya.
Dari
hasil penelitian dapat diketahui sikap informan tentang pengelolaan kotoran
kuda dengan katergori sedang, karena dari 30 informan hanya 40% menjawab dengan
tuntas dari beberapa pertanyaan yang peneliti sampaikan sedangkan 55% berada pada kategori sedang dan
sisanya 5% berada pada kategori kurang. hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan yang baik belum bisa ditunjukkan lewat sikap yang baik pula.
Kalau
dikaitkan dengan pengetahuan, pada umumnya pengetahuan informan dalam kategori
baik sedangkan sikap informan dalam kategori sedang padahal dalam penentuan
sikap, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan informan kurang berpengaruh dalam
menentukan sikapnya. Dengan demikian dalam penelitian ini dapat dikatakan bahwa
sikap informan pada tingkat meneriman dan merespon. Meneriman diartikan bahwa
informan mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan dan merespon artinya
memberi jawaban apabila ditanya.
4.6.3. Tindakan Kusir Cidomo dalam Pengendalian
Kotoran Kuda
Kesadaran
para kusir dalam memasang gendongan kotoran kuda di Kelurahaan Pagesangan
Khususnya di Pasar Pagesangan masih dalam kategori kurang baik seperti terlihat
pada gambar 4.17 karena mayoritas kusir cidomo memasang gendongan kotoran
kudanya namun dari keseluruhan yang memasang itu banyak yang memasang tidak
sesuai dengan aturan yang sesungguhnya yang seseharusnya pemasangan gendongan kotoran yaitu 5cm dengan femur. Hal ini menunjukkan bahwa
kurangnya kesadaran dan partisipasi para kusir cidomo untuk mengendalikan
kotoran kudanya dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan.
Kepatuhan
para kusir cidomo dalam memasang gendongan kotoran kuda seperti terlihhat pada
gambar 4.18 yang dimana dari 30 informan semuanya atau 100% menyatakan bahwa
jarak pemasanga gendongan kotoran kuda yaitu sekitar 2 jengkal atau sekitar
50cm dengan alasan agar tidak membuat kuda mereka kaget pada saat menyentuh
gendongan kotoran kudanya. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan para kusir cidomo
dalam pemasangan gendongan kotoran kuda sangat buruk dan tidak singkron dengan peraturan yang ada yaitu
5cm dari femur atau pantat kudanya.
Tindakan
informan dalam membuang kotoran kuda dapat dilihat pada gambar 4.19 bahwa
mayoritas kusir cidomo membuang kotoran kudanya di sungai dan pinggir jalan
yang sepi dekat dengan persawahan, sedangkan yang lainnya ada yang membuang
atau mengolah kotoran kuda dirumahnya masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa
tindakan para kusir cidomo dalam membuang kotoran kudanya sangat buruk sekali dalam
artian partisipasi kusir cidomo sangan kurang.
Berkaitan
dengan alat yang pernah diberikan oleh pemerintah kepada para kusir untuk
pengendalian dan pengolah kotoran kuda yang dimana dari keseluruhan informan
mayoritas menyakatan bahwa pernah diberikan bantuan oleh pemerintah diantaranya
adalah gendongan kotoran kuda, sekop dan ember kemudian dapat dilihat pula pada
tabel 4.12 terkai bantuan yang pernah diberikan oleh Dinas Perhubungan namun
masih kurang dan sangat tidak memadai dan bahkan dari bantuan diatas telah
banyak yang sudah rusak dan sama selai tidak dimanfaatkan seperti instalasi
pembuatan biogas, hal tersebut dapat mengindikasikan kurangnya partisipasi para
kusir karena memang peralatan yang seharusnya ada dan dapat dimanfaatkan namun
setelah penelti melihat atau mengamati dilapangan khussnya di Kelurahan
Pagesangan tidak terdapat satupun alat tersebut seperti tong sampah khusus
penampung kotoran kuda dan lain sebagainya.
Baik
atau tidakanya pengetahuan dan sikap seseorang belum tentu dapat diwujudkan
dalam bentuk perbuatan atau tindakan, agar pengetahuan dan sikap itu dapat
terwujut tentunya harus ada factor yang mendukung seperti kelengkapan sarana
prasarana yang tersedia sehingga dapat membantu terwujudnya suatu tindakan, dan
juga harus ada factor pendukung dari pihak lain atau pemerintah, karena para
kusir tidak dapat bertindak terlalu banyak tampa adanya bantuan dari pihak
Pemerintah Kota Mataram.
Jadi
tingkat partisipasi kusir “cidomo”
dalam mengolah limbah padat kotoran kuda baru pada tangga nomor dua “terapi” dan tergolong non partisipatif sangatlah buruk
dampaknya bagi lingkungan dan keberlanjutan transportasi “cidomo” atau dapat dikatakan menjadikan citra “cidomo” kurang baik mengingat kotoran kuda ditempat terbuka akan
mengalami penguraian pada proses penguraian akan menghasilkan CH4, satu
hari seekor kuda rata-rata dapat menghasilkan kurang lebih 2,5 liter biogas hal ini bila tidak diolah atau
ditampung dapat mempengaruhi jumlah GRK.
4.6.4.
Harapan
Kusir Cidomo untuk Meningkatkan Partisipasi Kusir Cidomo dalam Pengendalian
Kotoran Kuda
Dalam
penelitian ini dapat diketahui bahwa para kusir cidomo menyapaikan harapannya
kepada pemerintah agar kedepanya kotoran kuda ini harus betul-betul
diperhatikan oleh Pemerintah denagn menyediahkan fasilitas dan melakukan
berbagai program dalam rangka peningkatan partisipasi kusir cidomo dalam
pengendalian kotoran kuda.
Harapan
para kusir cidomo seperti terlihat pada tabel 4.13 diatas dapat dikatakan bahwa
dalam pengelolaan limbah kotoran yang dihasilkan oleh cidomo tidak terlepas
dari beberapa aspek yaitu kelengkapan sana prasarana, aspek hokum/aturan dan
aspek kelembagaan yang saling mempengaruhi dalam mewujudkan sebuah pengelolaan.
Jadi dalam hal ini pengelolaan atau pengendalian limbah kotoran kuda di Kelurahan
Pagesangan dan Kota Mataram pada umumnya harus ada kerja sama yang baik antara
pihak pemerintah sebagai penentu kebijakan dan masyarakat sebagai pelaksananya
atau dalam hal ini para kusir cidomo.
4.6.5. Hambatan Dalam Melakukan Penelitian
Dalam
melakukan suatu penelitian tentunya bagi setiap orang akan mendapatkan berbagai
hambatan, tantang atau rintangan yang membuat para peneliti merasa kesulitan
pada saat dilapangan, begitupun bagi peneliti sendiri pada saat melakukan
penelitian dilapangan mendapatkan berbagai macam kendala atau hambatan seperti
diantaranya sebagai berikut:
1. Pada
saat melakukan wawancara peneliti kesulitan mewawancarai para kusir karena
mereka harus mencari penumpang dan terkadang peneliti terpaksa ikut naik cidomo
untuk mengikuti kemana para kurir mengantarkan penumpangnya.
2. Sulinya
mengajak para kusir untuk berdiskusi atau berkomunikasi menggunakan Bahasa
Indonesia karena ada dari sebagian para kusir yang kurang paham dengan bahasa
Indonesia, ditambah lagi peneliti justru tidak paham dengan bahasa Sasak karena
peneliti bukan orang sasak melainkan peneliti hanyalah pendatang yang berasal
dari Kabupaten Bima.
3. Sulinya
mendapatkan referensi yang berkaitan dengan cidomo karena tidak ada satupun
buku yang berkaitan dengan cidomo.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian tentang partisipasi kusir cidomo terhadap penegendalian
kotoran kuda di Pasar Pagesangan Kelurahan Pagesangan Kota Mataram tahun 2016
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pengetahuan
Informan sebagian besar informan mempunyai pengetahuan yang baik tentang
pengendalian kotoran kuda, namun pengetahuan informan berada pada tingkata
pengetahuan yang paling rendah yaitu (know)
tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Sikap
informan tentang pengendalian kotoran kuda pada tingkat meneriman dan merespon.
Meneriman diartikan bahwa informan mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan dan merespon artinya memberi jawaban apabila ditanya.
3. Tindakan
informan dalam berpartisipasi untuk mengolah
dan mengendalikan limbah padat kotoran kuda baru pada tangga nomor dua “terapi” dan tergolong non partisipatif sangatlah buruk
dampaknya bagi lingkungan dan keberlanjutan transportasi “cidomo” atau dapat menjadikan citra “cidomo” kurang baik.
5.2.
Saran
1. Bagi
Kusir cidomo agar lebih meningkatkan partisipasi dan kepatuhannya terhadap
aturan dalam pengendalian kotoran kuda untuk menjaga kebersihan lingkungan
Kelurahan Pagesangan dan Kota Mataram pada umumnya.
2. Bagi Pemerintah dalam rangka meningkatakan partisipasi
kusir cidomo terhadap pengendalian/penegelolaan limbah kotoran kuda yang baik
guna menjaga kebersihan lingkungan Pagesangan khususnya dan Kota Mataram pada
umumnya harus memperhatikan empat aspek:
a. Aspek
kelengkapan sarana prasarana: Kelengkapan
fasilitas penunjang untuk pengelolaan limbah kotoran kuda yang memadai seperti
tempat penampung kotoran kuda sementara setiap pangkalan cidomo dan alat
pengolah kotoran kuda seperti instalasi pembuatan biogas.
b. Aspek
kelembagaan: Pembentukan kelompok
atau ketua kelompok di setiap pangkalan cidomo, dan fasilitasi lembaga khusus
pengolah limbah kotoran kuda yang terpusat.
c. Aspek
hukum dan aturan: Melaksanakan aturan jarak pemasangan gendongan kotoran kuda 5
cm dari “femur”, meningkatkan sosialisasi dan pengawasan yang intensif terhadap
aktifitas para kusir setiap harinya.
d. Peningkatan
sosialisasi: Melaksanakan kegiatan
sosialisasi yang berkala agar para kusir merasa diperhatikan oleh Pemerintah
yang pada akhirnya akan memberikan pemahaman kepada para kurir cidomo betapa
pentingnya menjaga lingkungan bagi kehidupan.
3. Bagi
Peneliti selanjutnya agar dapat menggunakan skripsi ini sebagai bahan referensi
dengan sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul
Jawad, (11 Maret 2013). Ilmu Sosial
Budaya Dasar Pemanfaatan Kotoran Kuda Untuk Jalan Yang Lebih Bersih. Diakses
tanggal 11 Januari 2016.
Agus
Pramono (2008). Tesis. Pengelolaan
Transportasi Ramah Lingkungan di Kota Mataram. Universitas Diponegoro,
Semarang.
Albertus
Hendri Setyawan, (2010). Pengembangan
biogas berbahan baku kotoran ternak Upaya mewujudkan ketahanan energi diTingkat
rumah tangga. Diakses 11 Januari 2015.
Antaressa,
Annisa, (12 November 2011). Pengelolaan
feses kuda (Equus caballus) di Nusantara Polo Club (NPC), Karanggan, Bogor.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51124. Diakses
tanggal 11 January 2016.
Dede
Sandi, (2013), Pengendalian dalam Blogspot. 06.57
Kamus
Bahasa Indonesia (KBI), (2013). Kamus
Bahasa Indonesia Untuk Pelajar dan Umum. Surabaya: Pustaka Dua.
Notoatmodjo,
2003. Psikologi Pendidikan. Jogjakarta.
Ircisod Sampanga Gg. Perkutut No 325-B.
Remiswal
(2013). Menggugah Partisipasi Gender di
Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono
(2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta CV.
Sulistiayani
A.T., 2004, Kemitraan dan Model-Model
Pemberdayaan, Cetakan Pertama, ISBN : 979-346-36-6, Gava Media, Yokyakarta
Tim Karya
Tani Mandiri, (2010). Pedoman Berternak
Kuda. Bandung: CV Nuansa Aulia.
Wikipedia bahasa Indonesia (2014). Cidomo, alat transportasi tenaga kuda di Lombok. Dalam http://kbbi.web.id/tahi. Diakses 11 Januari 2016.
Yusuf Lubistoro (06 Mei 2012). Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan
Program Pengembangan Pariwisata. Diakses 11 Januari 2016.
0 komentar: