Thursday, June 22, 2017

makalah interaksi belajar mengajar


BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.
Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi.

Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat menghantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru sebagai pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik. Guru sebagai pendidik tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui interaksi belajar mengajar.
Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru harus memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar mengajar, baik dari tujuan, faktor, unsur dan pola interaksi belajar mengajar. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.

  1. Rumusan Masalah
    1. Apa yang dimaksud interaksi belajar mengajar?
    2. Unsur-unsur apa saja yang ada di dalam interaksi belajar mengajar?
    3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar?
    4. Bagaimana pola interaksi belajar mengajar?
  2. Tujuan Penulisan
    1. Memahami pengertian interaksi belajar mengajar.
    2. Mengetahui dan memahami unsur-unsur interaksi belajar mengajar.
    3. Memahami faktor-faktor interaksi belajar mengajar
    4. Mengetahui apa saja pola interaksi mengajar.

  1. Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dan berkaitan dengan Interaksi Belajar Mengajar sebagai informasi untuk penulisan makalah ini
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
1.      Pengertian Interaksi
Interaksi Sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Social Interaction yang berarti saling bertindak, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik antara individu, antara kelompok dan antara individu dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu dan terjadi keadaan saling mempengaruhi diantara mereka.
2.      Pengertian Belajar
Menurut Poerwodarminto, dalam kamus umum bahasa Indonesia menjelaskan ” Belajar adalah berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu dan sebagainya).” Namun secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.
3.      Pengertian Mengajar
Mengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar dengan tujuan yang dirumuskan, hal tersebut dapat diartikan bahwa sasaran akhir proses pembelajaran adalah siswa belajar.
4.      Pengetian Interaksi dalam belajar mengajar
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan: Interaksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
B.     Unsur-Unsur Interaksi Belajar Mengajar
Dalam setiap interaksi pendidikan akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:
1. Unsur Normatif
Dalam interaksi normatif, antara guru dan peserta didik harus berpegang pada norma yang diyakini bersama. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendidikan itu sifatnya normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti mencerminkan interaksi yang bersumber pada sumber-sumber norma yakni agama, falsafah hidup dan kesulitan.


2. Unsur Teknis
Pendidikan dapat dirumuskan pula secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang merupakan kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa,terikat dalam situasi, serta terarah pada satu tujuan.
Jika pendidikan diformulasikan usaha pembentukan manusia susila,pancasila sejati,manusia beragam, dan sebagainya adalah normatif dalam formulasinya. Adapun peristiwa atau rangkaian peristiwa menuju kepada pembentukan itu sendiriadalah suatu proses teknis.
Secara teoritis pemisahan pembahasan mengenai aspek normatif dan aspek teknis lazim terjadi. Namun secara praktiknya merupakan suatu kesulitan bahkan mustahil untuk memisahkan kedua unsur tersebut. Karena pendidikan merupakan satu senyawa terhadap suatu persoalan dasar yang sama.

C.     Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar
Sebagaimana diketahui bahwa proses pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar subjek didik; guru dan siswa. Komunikasi antar dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi faktor yang mendasari terjadinya interaksi belajar mengajar yang meliputi sebagai berikut:
1. Faktor Tujuan
Terdapat istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus dengan rincian sebagai berikut:
a. Tujuan umum yang dikenal dengan istilah aims.
    Aims sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, ia menjadi pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan luas dari aims mengharuskan untuk dijabarkan/dijelaskan secara nyata dan terarah. Maka dikenal istilah goals.
Goals lebih menyatakan suatu aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan dikembangkan beberapa rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis, dan realistik daripada aims.

b. Tujuan khusus yang dikenal dengan istilah objectives
Dalam gambaran objectives tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah menjalani interaksi pengajaran. Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk kelakuan yang dalam istilah lain disebut behavior. Maka tujuan khusus sering disebut behavioral objactives.
Dalam memantapkan rumusan tujuan khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu “kesesuaian ” dan “kegunaan. Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus mesti sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi. Sedangkan istilah kegunaan menunjukan bahwa tujuan khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai kegunaan dalam interaksi pengajaran.
Tujuan pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yakni:
  1. Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.
  2. Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan
  3. Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera.

Sedangkan fungsi dari tujuan pengajaran itu sendiri ialah:
  1. Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam melaksanakan aktivitan/ interaksi belajar mengajar.
  2. Menjadi penentu arah kegiatan
  3. Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun desain pengajaran
  4. Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan mempeluasruang lingkupnya.
  5. Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang akan terjadi.

2. Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan materi oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa—apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan.
Penetapan/penentuan materi tersebut harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dan tidak boleh menyimpang dari tujuan yang telah ada.

3. Faktor Guru Dan Peserta Didik
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan peserta didik sebagai yang langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.
Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa tugas seorang pengajar/guru itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan ini mengandung dua kemanfaatan.
  1. Bagi orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu pengetahuan maka ia akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.
  2. Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamnanya hingga mereka dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut.
Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik. Dengan demikian dalam waktu bersamaan ia harus mengemban dua tugas utama yaitu mengajar dan mendidik. Dalam rangka mengemban peran ganda tersebut maka secara garis besar guru harus harus memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat yang disimpulkan menjadi 3 kompetensi yakni:
  1. Kompetensi individual
  2. Kompetensi sosial
  3. Kompetensi profesional
Bagi peserta didik juga berlaku pada dirinya tugas dan kewajiban. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan peserta didik.
  1. Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. Imam Ghazali menyatakan: “Mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat—sifat tercela.” Menurutnya, ilmu pengetahuan itu kebaikan hati, shalatnya jiwa, dan mendekatkan batin pada Allah.
  2. Peserta didik harus bersedia untuk mencari ilmu pengetahuan. Sedia mencurahkan segala tenaga,jiwa,raga dan pikiran untuk berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.
  3. Jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang telah diperolehnya, apalagi menetang guru. Ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.
  4. Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Dalam hal ini Imam Ghazali menyatakan bahwa untuk dapat mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dapat melalui dua sebab; Kemuliaan hasil/perolehan dan kepercayaan dan kekuatan dalil/argumentasinya.

4. Faktor Metode
Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan faktor utama yang menentukan suatu metode.
5. Faktor situasi
Yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti faktor kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan sarana dan prasarana yang memadai yang mungkin mengganggu atau menghambat dalam proses pembelajaran.
Diantara keadaan tersebut ada yang dapat diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan alternatif metode—metode mengajar dengan mengingat kemungkinan—kemungkian perubahan situasi.
Sedangkan terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan perubahan secara tiba-tiba/mendadak diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai cara/metode yang digunakan.

D. Pola Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:
    1. Pola dasar interaksi
Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
 2. Pola interaksi berpusat pada isi
Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran.
 3. Pola interaksi berpusat pada guru
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.
4. Pola interaksi berpusat pada siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya
Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.

E. Karakteristik Psikologi Siswa dan Perkembangannya.
 A.  Kesiapan Belajar Siswa
Kesiapan belajar siswa sangat berpengaruh terhadap penyesuaian diri siswa di sekolah. Banyak orang berpendapat bahwa kesiapan belajar siswa ditentukan oleh usia anak, hal tersebut tidak dapat dibenarkan seutuhnya karena banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kesiapan belajar. Faktor-fator tersebut antara lain yaitu faktor kemampuan kognitif, kemampuan afektif, kemampuan keterampilan sosial, dan kemampuan psiko-motorik (Hanurawan, 2007).
Raforth (dalam Hanurawan, 2007) menguraikan kemampuan-kemampuan yang diperlukan siswa untuk siap bersekolah, yaitu:                                                                                       

1.      kemampuan untuk bermain dengan anak lain,
2.      kemampuan untuk berkerjasama dalam pelaksanaan tugas dengan anak lain, 
3.       kemampuan untuk bekerja dengan alat-alat rumah tangga yang sederhana, misal: gunting,
4.      kemampuan untuk menulis nama sendiri, 
5.      kemampuan untuk memakai baju secara mandiri, 
6.      kemampuan untuk menghitung bilangan sederhana, 
7.      kemampuan untuk menyebut alfabet, 
8.      kemampuan mendengar dan memperhatikan arahan lisan yang diberikan oleh orang lain,
9.      kemampuan untuk mengikuti aturan-aturan sederhana di sekolah.
Faktor lingkungan keluarga juga sangat berperan dalam membentuk kesiapan anak untuk belajar, antara lain yaitu status sosial ekonomi keluarga, lingkungan keluarga yang kaya rangsangan belajar, dan struktur keluarga yang stabil (Hanurawan, 2007). 

B. Motivasi Belajar Siswa 

Motivasi adalah konstruk psikologi yang menjadi dorongan untuk terjadinya suatu perilaku atau tindakan (Hanurawan, 2007). Sprinthal (dalam Hanurawan, 2007) menyatakan bahwa dalam konteks pendidikan, motivasi merupakan dorongan yang menggerakkan aktivitas belajar dalam diri siswa. Motivasi dapat tercipta karena adanya interaksi antara kebutuhan-kebutuhan yang meminta untuk dipenuhi dalam diri seseorang (internal) dengan tujuan eksternal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan.
Motivasi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang dipuaskan melalui penguatan internal dalam diri seseorang (internal reinforcer) sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang dipuaskan melalui penguatan eksternal di luar diri seseorang (eksternal reinforcer) (Hanurawan, 2007).
Sehebat apapun anak, pasti akan memerlukan motivasi. Kebutuhan akan motivasi tersebut sangatlah kompleks. Maslow (dalam Hanurawan, 2007) menggambarkan piramida hirarki kebutuhan dan motivasi sebagai berikut: (a) kebutuhan fisiologis, (b) keamanan, (c) mencintai dan dicintai, (d) dihargai (pengakuan), (e) kognitif (pengetahuan) dan estetis, dan (f) aktualisasi potensi diri secara maksimal. 
Guru harus mampu mengembangkan motivasi siswa melalui kegiatan belajar dan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa.
C. Perkembangan Psikologi Siswa

 Perkembangan psikologi siswa harus mampu dipahami oleh guru dalam rangka mengembangkan metode pengajaran. Setiap masa perkembangan anak, berbeda pula metode yang digunakan. Pada tingkat perkembangan masa anak-anak, bermain merupakan titik tekan dari proses pembelajaran. Pada tingkat perkembangan remaja, dalam aktivitas pembelajaran guru harus memahami karakteristik perkembangan transisional kognitif, afektif, psikomotorik, dan sosial.

D. Kecerdasan Siswa

Kecerdasan adalah kemampuan kognitif yang ada dalam diri seseorang untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi (Hanurawan, 2007).
Dalam perspektif kecerdasan majemuk dikenal 8 jenis kecerdasan dalam diri manusia, yaitu.
1.       Kecerdasan Spasial-Visual adalah kecerdasan terkait dengan berpikir tentang dimensi keruangan dan gambar.
2.       Kecerdasan Linguistik-Verbal adalah kecerdasan terkait dengan berpikir tentang kata-kata atau bahasa. 
3.       Kecerdasan Interpersonal adalah kecerdasan yang berhubungan relasi (hubungan dengan orang lain).
4.       Kecerdasan  Musikal-Ritmik adalah kecerdasan terkait dengan berpikir tentang ritme dan melodi.
5.       Kecerdasan  Naturalis (Kealaman) adalah kecerdasan yang terkait tentang hal-hal yang berhubungan dengan alam semesta.
6.       Kecerdasan  Kinestetik Ketubuhan adalah kecerdasan yang terkait dengan fisik dan gerakan.
7.       Kecerdasan Intrapersonal adalah  kecerdasan terkait dengan berpikir secara mendalam tentang segala sesuatu (reflektif) yang berhubungan dengan eksistensi diri sendiri.
8.       Kecerdasan Logika Matematik adalah kecerdasan terkait dengan berpikir tentang proses penalaran (Hanurawan, 2007).
Tugas guru dalam hal ini yaitu berusaha semaksimal mungkin dalam mengembangkan kecerdasan yang dominan dalam diri anak, atau menyeimbangkan semua kecerdasan tersebut jika memungkinkan. Pengembangan kecerdasan majemuk dalam diri siswa harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan fisik, psikologis, dan spiritual subjek didik (Hanurawan, 2007). 

E. Masalah-Masalah Khusus Siswa

 Masalah-masalah khusus siswa di antaranya adalah defisiensi keterampilan sosial, kecenderungan perilaku agresi, anak dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata, dan anak dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata (Hanurawan, 2007). Tugas guru yaitu harus mampu menyikapi masalah-masalah khusus siswa tersebut dengan pendekatan yang sesuai.
Berikut ini dijelaskan pendekatan guru terhadap masalah-masalah khusus siswa (Hanurawan, 2007).
1.       Siswa defisiensi keterampilan sosial: Dapat diinklusikan ke dalam kelas melalui metode belajar kerjasama (cooperatif learning).
2.       Siswa kecenderungan perilaku agresi: Dapat dibantu mengatasi masalah mereka melalui metode belajar pengembangan pelatihan keterampilan sosial dan metode belajar katarsis-sublimasi.
3.       Siswa dengan tingkat kecerdasan di bawah rata-rata: Dapat dibantu oleh guru untuk memaksimalkan prestasi dengan intervensi dini melalui pengajaran remidial. 
4.       Siswa dengan tingkat kecerdasan di atas rata-rata: Dapat dibantu oleh guru untuk memaksimalkan prestasi dengan intervensi melalui pengajaran pengayaan atau pengajaran akselerasi.

    









   







       BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Interaksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
Interaksi belajar mengajar mengandung 2 unsur, yaitu unsur normatif dan unsur teknis. Sedangkan faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar meliputi:
  • Faktor tujuan:
Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.
Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan
Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera.
  • Faktor bahan/materi pengajaran: guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan.
  • Faktor guru dan peserta didik: Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran.
  • Faktor metode: Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum.
  • Faktor situasi: suasana belajar atau suasana kelas pengajaran.
Dalam proses interaksi antara guru dan siswa terdiri dari 4 pola, yaitu:
 1. Pola dasar interaksi
2. Pola interaksi berpusat pada isi
3. Pola interaksi berpusat pada guru
4. Pola interaksi berpusat pada siswa



DAFTAR PUSTAKA
HM, Rohani Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta:PT. Rineka
Cipta.    
Murniasih,Erik dkk. TanpaTahun.101 TipsBelajar Efektifdan Menyenangkan. Semarang: PT. Sindur Press.
Suhardi dan Sri Sunarti. 2009. Sosiologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana
Prima.    



Previous Post
Next Post