BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk individu, manusia
memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan tindakan instingtif belaka.
Manusia yang biasa dikenal dengan Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan
berlaku bijaksana. Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa.
Dengan pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan
dirinya sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling
sempurna.
Manusia sebagai makhluk individu yang
ingin memenuhi kebutuhan baik itu dari segi rohani dan maupun jasmani juga
sebagai makhluk sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Hubungan ini
akan saling terjadi dalam masyarakat. Manusia mempunyai insting untuk
bertindak atau melakukan sesuatu. Tindakan yang dilakukan akan membawa manusia
itu dalam lingkup pemikiran. Sebelum manusia bertindak atau melakukan sesuatu
harus didahului dengan berpikir. Pikiran ini akan membawa kita dalam ruang
lingkup yang harus memahami jenis pemikiran itu. Sehingga berfikir itu juga
perlu kita pahami atau kajih lebih dalam agar dapat memahami hakekat berfikir
yang baik.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi
manusia
2. Definisi
Akal
3. Definisi
Berfikir
4. Manusia sebagai
makhluk yang berfikir
C. Tujuan
1. Mengerti
dan memahami definisi manusia.
2. Mengerti
dan memahmi definisi berfikir
3. Mengerti
dan memahmi definisi akal
4. Konsep
manusia sebagai makhluk berfikir.
BAB II
PEMBAHASAN
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERFIKIR
- Definisi Manusia
·
OMAR MOHAMMAD AL-TOUMY AL-SYAIBANY
Manusia adalah mahluk yang paling mulia,
manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3
dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor
keturunan dan lingkungan
·
ERBE SENTANU
Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya
ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling
sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
2. Definis
Akal
Kata akal yang menjadi kata Indonesia, berasal dari kata Arab Al
`aqli yang terbentuk dalam kata benda. Berlainan dengan kata Al
wahyi ,tidak terdapat dalam Al qur`an. Dalam pemahaman Prof. Izuttsu,
kata ‘aql dijaman jahiliyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practical
intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut dengan kecakapan
memecahkan masalah (Problem Solving Capacity). Orang berakal menurut
pendapatnya adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah,
setiap kali Ia dihadapkan pada suatu problema dan selanjutnya dapat melepaskan
diri dari bahaya yang Ia hadapi.’Aqala juga mengandung arti, memahami dan
berfikir.
Akal terbagi menjadi dua bagian :
Akal praktis (‘Aamilah) yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera
pengingat yang ada pada jiwa binatang.seperti contoh : insting seekor kucing
ketika dipukul oleh seseorang , maka pada suatu ketika saat dia beertemu dengan
orang yang memukulnya, maka dia akan lari namun dia tidak tahu sampai kapanpun
mengenai mengapa dia dipukul.
Akal teoritis (‘Aalimah) yang menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tak pernah ada
dalam materi seperti Tuhan, roh dan Malaikat.
3. Definis
Berfikir
Secara sederhana, berpikir adalah
memproses informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal,
berpikir adalah penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari
lingkungan maupun simbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi,
berpikir adalah sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item
(Khodijah, 2006:117). Sedangkan menurut Drever (dalam Walgito, 1997 dikutip
Khodijah, 2006:117) berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan
seksama yang dimulai dengan adanya masalah. Solso (1998 dalam Khodijah,
2006:117) berpikir adalah sebuah proses dimana representasi mental baru
dibentuk melalui transformasi informasi dengan interaksi yang komplek
atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi, logika, imajinasi, dan
pemecahan masalah. Dari pengertian tersebut tampak bahwa ada tiga pandangan
dasar tentang berpikir, yaitu (1) berpikir adalah kognitif, yaitu timbul secara
internal dalam pikiran tetapi dapat diperkirakan dari perilaku, (2) berpikir merupakan
sebuah proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dalam sistem
kognitif, dan (3) berpikir diarahkan dan menghasilkan perilaku yang memecahkan
masalah atau diarahkan pada solusi.
a. Proses
Berpikir
1. Proses
atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yaitu :
Pembentukan Pengertian
Pembentukan Pengertian
Pengertian, atau lebih tepatnya disebut pengertian
logis di bentuk melalui tiga tingkatan, sebagai berikut:
a. Menganalisis
ciri-ciri dari sejumalah obyek yang sejenis. Obyek tersebut kita perhatikan unsur
- unsurnya satu demi satu. Misalnya maupun membentuk pengertian manusia.
b. Membanding
- bandingkan ciri tersebut untuk diketemukan ciri - ciri mana yang sama, mana
yang tidak sama, mana yang selalu ada dan mana yang tidak selalu ada mana yang
hakiki dan mana yang tidak hakiki.
c. Mengabstraksikan,
yaitu menyisihkan, membuang, ciri-ciri yang tidak hakiki, menangkap cirri-ciri
yang hakiki. Pada contoh di atas ciri - ciri yang hakiki itu ialah: Makhluk
hidup yang berbudi.
2. Pembentukan
Pendapat
Membentuk pendapat adalah meletakkan
hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam
bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subyek dan sebutan
atau predikat.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang.
Selanjutnya pendapat dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :a. Pendapat Afirmatif atau positif, yaitu pendapat yang menyatakan keadaan sesuatu, Misalnya Sitotok itu pandai, Si Ani Rajin dan sebagainya.b. Pendapat Negatif, Yaitu Pendapat yang menidakkan, yang secara tegas menerangkan tentang tidak adanya seuatu sifat pada sesuatu hal : Misalnya Sitotok itu Bodoh Si Ani Malas dan sebagainya.c. Pendapat Modalitas atau kebarangkalian, Yaitu Pendapat yang menerangkan kebarangkalian, kemungkinan - kemungkinan sesuatu sifat pada sesuatu hal ; misalnya hari ini mungkin hujan, Si Ali Mungkin tidak Datang.
3. Penarikan
Kesimpulan atau Pembentukan Keputusan
Keputusan adalah hasil perbuatan akal
untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Ada
3 macam keputusan, Yaitu
a. Keputusan
induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat
- pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum.
b. Keputusan
Deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang
umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif.
b. Keputusan
Analogis
Keputusan Analogis
adalah Keputusan yang diperoleh dengan jalan membandingkan atau menyesuaikan
dengan pendapat-pendapat khusus yang telah ada
4. Manusia
sebagai makhluk yang berfikir
Manusia adalah makhluk berpikir (homo
sapiens). Alam pikiran manuisa terdiri dari empat lapis, yaitu: ahamkara (ego
atau keakuan), manah (naluri pikiran), buddhi (akal budi pikiran), dan chitta
(kesadaran pikiran). Kemampuan pikiran manusia lebih sempurna daripada makhluk
hidup lainnya, yang mengangkat martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang paling
mulia di dunia ini. Bersyukurlah telah terlahirkan menjadi manusia.
Dalam Sarasamuccaya disampaikan, bahwa
di antara semua makhluk hidup, hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah
perbuatannya digolongkan ke dalam perbuatan baik atau buruk. Leburlah segala
perbuatan buruk itu ke dalam perbuatan baik, karena dengan demikian kita
menjadi manusia yang berguna. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali bersedih
hati, sekalipun hidupmu tidak bergelimang harta. Dilahirkan menjadi manusia
hendaklah disyukuri, hendaklah menjadikanmu berbesar hati. Sebab amat sukar
untuk dapat dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran dengan martabat yang
paling rendah secara duniawi sekalipun. Menjelma menjadi manusia itu adalah
sungguh-sungguh utama. Sebab, dengan kelengkapan yang dianugerahkan kepadanya,
jika digunakan dengan baik dan benar, ia akan dapat menolong dirinya dari
samsara, dengan jalan berbuat baik tanpa pamrih. Demikianlah keuntungannya
dapat menjelma menjadi manusia. Jika ada orang tidak mau melakukan perbuatan
baik, orang semacam itu dianggap sebagai penyakit yang menjadi obat nerakaloka,
bagaikan orang sakit yang pergi ke suatu tempat di mana tidak ada obat-obatan.
Kenyataannya, ia selalu tidak memperoleh ketenangan dalam segala perbuatannya.
Kesimpulannya, pergunakanlah dengan sebaik-baiknya kesempatan menjelma menjadi
manusia ini, kesempatan yang sungguh sulit diperoleh, yang merupakan tangga
menuju kesempurnaan. Segala sesuatu yang menyebabkan agar tidak jatuh lagi
hendaknya dilakukan.
BABA III
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain
- Manusia diciptkan dengan akal yang memilki potensi untuk berfikir dan juga bertindak
- Berfikir positif akan menjadikan manusia itu lebih baik
- Pola pikir yangf sehatb memunculkan tindakan yang sehat
DAFTAR PUSTAKA
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar.
Palembang: IAIN Raden Fatah Press Suriasumantri (ed), 1983. Psikologi
Pendidikan.
Sumadi .Suryabarata,. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Wagito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: Andi Offset. Whiterington. 1982. Psikologi Pendidikan.
0 komentar: