SKRIPSI
ANALISIS
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI
LAHAN PERTANIAN UNTUK PERUMAHAN DI KARANG BONGKOT BTN BUMI HARAPAN PERMAI (BHP)
KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar
Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram
Oleh:
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN
2016
SKRIPSI
ANALISIS
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH
FUNGSILAHAN PERTANIAN DI KARANG BONGKOT BTN
BUMIHARAPAN PERMAI (BHP) KECAMATAN LABUAPIKABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN
2016
Telah memenuhi syarat dan disetujui
Tanggal, ...................Bulan,
.................Tahun
Pembimbing I Pembimbing
II
Hj.
Mas’ad., S.Pd., M.Si Junaidin., S.Pd., M.Pd
NIDN:
0831126439 NIDN:0805088001
Menyetujui
Program
Studi Pendidikan Geografi
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Muhammadiyah Mataram
Ketua
Program Studi
Agus Herianto, SPd., M.Pd
NIDN. 0831128220
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
ANALISIS
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH
FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK PERUMAHAN
DI KARANG BONGKOT BTN BUMI HARAPAN PERMAI (BHP) KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016
Tanggal, ...................Bulan,
.................Tahun
Dosen
Penguji :
1. Hj. Mas’ad., S.pd., M.Si Ketua ( )
NIDN:083112643
2. Dr. Harry irawan J., S. Hut., M.Si Anggota ( )
NIDN:0810017901
3. Syafril., S.pd., M.pd Anggota ( )
NIDN:0813037501
Skripsi Ini Telah Diterima Sebagai Syarat Untuk Mencapai Kebulatan Studi
Strata Satu
(S1) Pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram Tahun 2016
Mengetahui,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Muhammadiyah
Mataram
Dekan
( Syafril, S.Pd.,M.Pd )
NIDN : 081 303 7501
Yang bertanda tan gan di bawah ini saya mahasiswa Program Studi
Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Mataram menyatakan bahwa :
Nama : Madnia
NIM : 11214A0127
Alamat : Jln, Pengsong Raya, Karang Bongkot BTN (BHP)
Memang benar Skripsi yang berjudul Analisis Faktor
yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Karang Bongkot BTN Bumi
Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016
adalah asli karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar akademik di tempat manapun .
Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan
penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing.
Jika terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah dipublikasikan,
memang diacu sebagai sumber dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Jika dikemudian hari pernyataan saya ini terbukti
tidak benar, saya siap mempertanggung jawabkannya, termasuk bersedia
menanggalkan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar
dan tanpa tekanan dari pihak manapun.
Mataram, Agustus 2016
Madnia
NIM. 11214A0127
MOTTO
Ø KEBERHASILAN ADALAH SEBUAH PROSES. NIATMU ADALAH
AWAL KEBERHASILAN. PELUH KERINGATMU ADALAH PENYEDAPNYA. TETESAN AIR MATAMU
ADALAH PEWARNANYA. DO’A MU DAN DO’A ORANG-ORANG DISEKITARMU ADALAH BARA API
YANG MEMATANGKANNYA. KEGAGALAN DISETIAP LANGKAHMU ADALAH PENGAWETNYA. MAKA DARI
ITU, BERSABARLAH, YAKINI ALLAH SELALU MENYERTAI ORANG-ORANG YANG PENUH
KESABARAN DALAM PROSES MENUJU KEBERHASILAN DAN DARI KESABARAN ITU AKAN
MEMBUATMU MENGERTI BAGAIMANA CARA MENSYUKURI ARTI DARI SEBUAH KEBERHASILAN.
Ø MEMANFAATKAN WAKTU SEBAIK MUNGKIN, TERUS
BERUSAHA, BERSABAR, JANGAN PUTUS ASA DAN
SELALU BERDO’A PASTI KESUKSESAN AKAN
MENANTI MU
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan ridho Nya, sehingga skripsi Analisis Faktor yang
mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian untuk Perumahan di Karang Bongkot BTN Bumi
Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016 dapat diselesaikan tepat pada waktuny.
Skripsi ini mengkaji tentang faktor yang mempengaruhi alih fungi lahan
pertanian. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram.
Penulis menyadari bahwa selesainya
skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
segogyanya mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada:
1. Bapak Drs. Mustamin H. Idris, M.S. Sebagai Rektor UM Mataram
2. Bapak Syafril, S.pd., M.Pd. Sebagai Dekan FKIP UM Mataram
3. Bapak Agus Herianto, S.Pd., M.Pd. Sebagai ketua prodi
4. Hj. Mas’ad, S.Pd., M.Si. Sebagai pembimbing I
5. Bapak Junaidin, S.Pd., M. Pd. Sebagai pembimbing II, beserta dosen-dosen
yang ada di program studi geografi yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang juga telah memberikan
kontribusi memperlancar penyelesaian skripsi ini.
6. Dan kepada keluargaku yang memberikan do’a dan begitu banyak perhatian,
cinta, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun materil dalam
menyelesaikan pendidikan
7. Dan teruntuk ibu tercinta tiada kata yang mampu mewakili ucapan
trimakasih anaknda atas do’a perjuangan dan pengorbanan yang tiada
henti-hentinya selama ini
8. juga kepada teman-teman dan sahabat- sahabatku yang sudah membantu
memberikan kontribusi memperlancar proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya,
penulis berharapn skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dunia
pendidikan.
Mataram
14 juli 2016
Penulis
Madnia
Madnia. 11214A0127.
Analisis Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Pertanian untuk Perumahan di Karang Bongkot BTN Bumi
Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi
Kabupaten Lombok Barat. Skripsi Mataram: Universitas Muhammadiyah
Mataram.
Pembimbing 1: Hj. Mas’ad.,
S.Pd., M.Si
Pembimbing 2: Junaidin.,
S.Pd., M.Pd
ABSTRAK
Sektor pertanian memegang
peranan penting dalam pembangunan perekonomian, sawah berpengaruh terhadap
ketahanan pangan di desa Karang Bongkot. Desa Karang Bongko Memiliki lahan
subur yang sangan potensial untuk budidaya padi, jagung, cabe merah dan
tumbuh-tumbuhan lainnya. Namun banyak lahan pertanian yang mengalami alih
fungsi ke non pertanian karena diakibatkan oleh faktor pertumbuhan penduduk dan
faktor ekonomi rumah tangga masyarakat.
Metode dasar dalam
Penelitian ini menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Yang
bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi
lahan pertanian Yang menjadi perumahan/BTN Bumi Harapan Permai desa Karang
Bongkot Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Dalam penentuan subyek
penelitian, peneliti menggunakan informan dan tekhnik pengumpulan data
menggunakan data primer dan data sekunder dengan tekhnik pengumpulan data
secara observasi, wawancara dan dokumentasi serta menganalisis data dalam tiga
alur yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, display data/penyajian
data dan verifikasi/penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian
dapat diketahui bahwa Tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian di Desa
Karang Bongkot Tahun 2016 semakin meningkat dilihat dari berkurangnya lahan
petanian, lahan pertanian dengan luas 45,26 ha sedangkan luas pemukimannya
78,18 ha. Dan jumlah penduduk semakin meningkat, jumlah penduduk tahun 2015
sebanyak 6.387 jiwa sedangkan tahun 2016
sebanyak 8.663 jiwa dilihat dalam rentang waktu satu tahun saja peningkatannya
20%.
Kata kunci: Faktor yang
mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian, pertumbuhan penduduk yang semakin
tinggi, ekonomi rumah tangga masyarakat.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini Ku
persembahkan Untuk:
•
Allah SWT yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat yang diberikan untuk
penulis. Sehingga tiada alasan bagi penulis untuk berhenti bersyukur.
“Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillahirabbil alami….
•
Nabi Muhammad
SAW yang memberikan teladan kepada seluruh umatnya. Termasuk penulis, dimana
mendorong penulis untuk selalu ingin menjadi orang yang lebih baik lagi.
•
Belahan jiwa
ku bidadari surgaku yang tanpamu aku bukanlah siapa-siapa di dunia fana ini
Inaku tercinta (KAMARIYAH) ibu yang selalu sabar, terimakasih atas segala
cinta, kasih sayang yang amat sangat tulus untukku. Doa yang selalu ibu
panjatkan untuk kebaikan dan kebahagianku. ibu inspirasiku, motivasiku, dan
guru terbaikku,
•
Saudara-saudaraku
tercinta (ARMAH): kakak terbaikku, kakak superku yang menjadi teladan bagiku,
kakakku tempat curhatku, yang selalu memotivasi dan menyemangatiku. (SUMANTIA,
MUSTAFA, UBAIDAH, ATTAIBUN) Kakak yang selalu menyemangati Dan melindungiku dan
memberiku kontribusi. (HASANAH) adik tersayangku, adik penyemangatku,
inspirasiku, pendorong agar kakak menjadi lebih dewasa lagi, tempat untuk
tertawa riang gembira.
•
Kakak iparku
yang paling baik (JUNAIDIN, NURHAYATI) yang selalu menyemangati, membagikan
ilmunya dan memberiku konstribusi.
•
Keponakan-keponakan
ku yang lucu-lucu dan imut-imut (FIKRI, ELFINA, FATIR, INSYIRAH, SOBIYAH) yang
selalu memberiku semangat dan keceriaan dalam hidupku
•
Bapak
Junaidin, S.Pd., M.Pd dan HJ. Mas’ad. S.pd., M.Si yang selalu
•
sabar dalam membimbing atas penyelesaian
skripsi ini.
•
Dan semua
dosen-dosen geografi yang sudah membagikan ilmunya yang bermanfaat
•
Sahabat-sahabatku
tercinta Ar’imah, Hajria, Evi mariah, Nining indrawati, terimakasih sudah
menjadi sahabat terbaik untukku. Suka duka yang kita alami bersama akan
tersimpan rapi dimemoriku.
•
Seluruh
teman-teman seperjuangan baik teman PPL, KKN dan teman-teman kelas A Geografi
yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini .
•
Dan yang
terakhir untuk ALMAMATER kebanggaanku..
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ iv
MOTTO.................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................. vi
ABSTRAK.............................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN.................................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang..................................................................................................... 1
2.1Rumusan Masalah................................................................................................ 5
3.1Tujuan Penelitian.................................................................................................. 6
4.1Manfaat penelitian............................................................................................... 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Penelitian yang Relevan....................................................................................... 7
2.2Kajian
Teori......................................................................................................... 9
2.2.1 Tinjauan tentang Teori Kependudukan ........................................................... 9
2.2.3 Alih Fungsi Lahan........................................................................................... 11
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan.................................. 12
2.2.6 Teori Tanah Sebagai Lahan Pertanian............................................................. 15
2.2.7 Teori David Ricardo....................................................................................... 17
2.2.8 Teori Produksi................................................................................................. 18
2.2.9 Dampak Alih Fungsi Lahan............................................................................ 21
2.3Kerangka Berpikir............................................................................................... 22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan
Penelitian........................................................................................ 25
3.2 Lokasi
Penelitian............................................................................................... 26
3.3Jenis dan Sumber Data........................................................................................ 27
3.4.1Jenis Data......................................................................................................... 27
3.4.2Sumber Data.................................................................................................... 27
3.4Metode Pengumpulan Data................................................................................ 28
3.4.1Metode Observas............................................................................................. i28
3.4.2Metode wawancara.......................................................................................... 29
3.4.3Metode Dokumentasi....................................................................................... 30
3.5 Metode Penentuan Informan............................................................................. 30
3.6Instrumen Penelitian........................................................................................... 33
3.7Tekhnik analisis Data.......................................................................................... 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Reduksi data Penelitian ..................................................................................... 36
4.1.1 pelaksanaan penelitian..................................................................................... 36
4.1.2 gambaran umum lokasi penelitian .................................................................. 36
4.1.3 Kondisi ekonomi............................................................................................. 38
4.1.4 Kondisi
Sarana dan parasarana...................................................................... 39
4.1.5 Kondisi Sosial................................................................................................. 40
4.2 Data display/penyajian data............................................................................... 42
4.3Kesimpulan/verifikasi data.................................................................................. 49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan ............................................................................................................ 53
5.2Saran................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR
TABEL
Tabel 3.1 Rekapitulasi
jumlah subjek penelitian berdasarkan informan........... 32
Table 4.1 Jumlah penduduk menurut mata
pencaharian................................... 38
Tabel 4.2 Sarana
Pendidikan............................................................................. 39
Tabel 4.3 Sarana
kesehatan............................................................................. 40
Tabel 4.4 Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Karang
Bongkot Kabupaten
Lombok Barat Tahun
2016................................................................ 41
Tabel 4.5 Jumlah penduduk menurut usia.......................................................... 42
Table 4.6 Daftar nama-nama
informan.............................................................. 42
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 1.1
skema kerangka Berpikir.............................................................24
Gambar 2.1
Alur pengolaha data menurut Miller dan Humberman.................. 35
DAFTAR
LAMPIRAN
Lampiran 1 :Dokumentasi
Lampiran 2 :Ijin penelitian
dari fakultas
Lampiran 3 :Ijin penelitian
dari BAPEDA
Lampiran 4 :Surat
keterangan penelitian dari Kantor Desa Tempat melakukan penelitian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di
Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam
pertumbuhan perekonomian. Banyaknya
tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian serta adanya potensi yang besar
membuat sektor ini perlu mendapatkan perhatian yang khusus oleh pemerintah
seperti halnya sektor industri dan jasa. Potensi
itu misalnya pada saat ini harga komoditas pertanian seperti beras, jagung
kedelai di dunia yang semakin meningkat, serta sektor pertanian yang tidak
mudah terkena dampak krisis ekonomi dunia. Oleh
sebab itu pembangunan pertanian perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil
produksi yang lebih efisien.
Pada
masa Orde Baru sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang paling besar
dalam sumbangannya terhadap pendapatan nasional. Hal
tersebut bisa terjadi karena kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang sangat
mendukung kemajuan sektor pertanian. Kebijakan tersebut tercantum dalam rencana
pembangunan lima tahun (REPELITA) satu dan dua. Dalam kebijakan tersebut sektor
pertanian menjadi prioritas yang paling utama dalam pembangunan bangsa
Indonesia. Bentuk dari
kesuksesan kebijakan tersebut adalah pada tahun 1984 Negara Indonesia mengalami
ketahanan pangan yang cukup kuat, dan dapat melakukan ekspor hasil pertanian
seperti beras ke luar negeri.
Menurut
Bambang Irawan dan Supena Friyanto (2002:23) ada dua faktor kunci keberhasilan
pencapaian swasembada beras tersebut yaitu meningkatnya produktivitas usahatani
karena perbaikan teknologi usahatani, serta tersedianya anggaran pemerintah
yang cukup karena oil boom untuk membiayai berbagai proyek dan program
pengembangan teknologi usahatani serta proses sosialisasinya di tingkat petani
serta pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, lembaga penyuluhan,
dan sebagainya. Akan tetapi perubahan kebijakan dari pemerintah yang beralih ke
peningkatan industri yang bersifat foot lose, yang semula pada sektor
pertanian, membuat sektor ini kembali mengalami penurunan.
Mulai
sekitar tahun 2011 sampai tahun 2016 sektor pertanian di Indonesia mengalami
masa-masa sulit. Banyak
permasalahan-permasalahan yang dihadapi, terutama perhatian pemerintah yang
kurang dan lebih mementingkan sektor industri untuk peningkatan ekonomi. Akibat dari kurangnya perhatian dari
pemerintah, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan Negara menurun walaupun
masih tetap tinggi.
Mulai
terpinggirkan sektor pertanian ternyata memberikan masalah tersendiri,
Implikasi dari semakin pesatnya sektor perdagangan dan perumahan ini
mengakibatkan banyak pengalihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Banyak lahan-lahan pertanian yang berubah
fungsi menjadi bangunan-bangunan fisik seperti jalan, perumahan, dan lain-lain. Selain itu peningkatan jumlah penduduk
yang terjadi juga mengakibatkan banyak lahan pertanian yang berubah fungsi
menjadi perumahan-perumahan, baik itu yang dikembangkan oleh investor maupun
perumahan sendiri.
Dengan
pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat yang terjadi di Karang Bongkot BTN BHP Lombok Barat ini
menuntut adanya pembangunan berbagai infrastruktur sehingga permintaan lahan pertanian yang ada
menjadi cukup besar. Akibatnya
banyak lahan pertanian yang beralih fungsi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu terjadinya alih fungsi lahan
juga mungkin di karenakan kurangnya insentif atau perhatian sektor pertanian
ini oleh pemerintah, sehingga masyarakat beralih ke sektor lainnya seperti
sektor perumahan. Diakibatkan oleh adanya celah pada
peraturan pemerintah. Kebanyakan
pemerintah kurang memberikan sanksi yang tegas terhadap
alih fungsi lahan tersebut. Selain
itu kurangnya pengawasan dan kontrol dari pemerintah juga menyebabkan semakin
besarnya alih fungsi lahan ke non pertanian. Dengan
peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang terjadi di karang bongkot BTN Labuapi menuntut
jumlah produksi pangan yang semakin banyak. Sementara disisi lain pertumbuhan
ekonomi menuntut adanya permintaan jumlah lahan untuk pembangunan
infrastruktur. Padahal peningkatan produktifitas sangat dipengaruhi oleh
besarnya lahan yang digunakan. Disini faktor lahan pertanian mempunyai pengaruh
yang sangat penting, sehingga jika keberadaanya menurun maka akan mengganggu
jumlah produksi pangan yang ada. Sahid Susanto (2008:5)
mengatakan
lahan sawah beririgasi mempunyai peran utama dalam menjaga stabilitas suplai
pangan khususnya beras, meningkatkan fungsi ekologis, menciptakan aktivitas
sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan, wahana pembentuk peradaban masyarakat berbasis agraris. Sebenarnya tidak hanya
kerawanan pangan yang akan diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan pertanian.
Masalah lainnya antara lain akan terjadi penurunan kualitas lingkungan seperti
penurunan kualitas air tanah, pencemaran dan lain sebagainya.
Berdasarkan
pengamatan awal penelitian bahwa Desa Karang Bongkot BTN BHP merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat
yang memiliki sistem pertanian yang sudah baik. Hal ini dikarenakan selain
jenis tanah yang subur untuk pertanian, jumlah lahan pertanian di desa tersebut cukup luas.
Dari uraian yang
dikemukakan di atas, dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah, Yang
mempengaruhi Alih fungsi Lahan Pertanian di Karang Bongkot BTN BHP Kabupaten
Lombok Barat maka Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Pertanian di Karang Bongkot BTN Bumi Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat 2016”.
1.2.Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diajukan rumusan
masalah sebagai berikut: “Apa saja faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
pertanian di Karang Bongkot BTN BHP Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat”?
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki
tujuan yaitu: Untuk Mengetahui Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Pertanian di Karang Bongkot BTN BHP Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok
Barat.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang ingin di ciptakan dalam
pelaksanaan penelitian ini adalah manfaat yang di tinjau dari dua segi yaitu manfaat
teoritis dan manfaat praktis
sebagai berikut:
1. Manfaat
Teoritis
a)
sebagai sumber informasi terkait dengan
masalah Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Desa Karang Bongkot BTN BHP (Bumi Harapan
Permai).
b)
Sebagai refrensi bagi peneliti lain yang
berminat pada masalah yang sama.
c)
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan
bagi peneliti itu sendiri.
2. Manfaat
praktis
a) Hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
penelitian yang akan datang.
b) Hasil
penelitian ini di harapkan memberikan masukan kepada lembaga-lembaga pemerintah
agar lebih berhati-hati dalam memberikan ijin kepada para pengusaha jika
mendirikan sebuah usaha seperti perumahan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Penelitian
yang Relevan
1.
Dalam penelitian Anugrah, Fanny. 2005. “Analisis
faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non
Pertanian di Kabupaten Tangerang.” Skripsi S1 Jurusan Ekonomi Pertanian dan
Sumberdaya Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Dalam Skripsi tersebut
dijelaskan bahwa analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di
Kabupaten Tangeran, faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain banyaknya
jumlah penduduk, jumlah industri yang ada di Kabupaten Tangerang, dan jumlah
pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Kombinasi dari ketiga faktor
tersebut diperkirakan akan mempengaruhi jumlah alih fungsi lahan dari sektor
pertanian ke non pertanian.
2.
Dewi, Ni Putu Martini. 2008. “Pengaruh Alih Fungsi
Lahan Sawah terhadap Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bandung”. Denpasar:
Buletin Studi Ekonomi. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa dengan adanya
alih fungsilahan memang secara mikro mengurangi jumlah produksi padi para
petani. Akan tetapi secara keseluruhan alih fungsi lahan tersebut tidak
menimbulkan bahaya kariwan pangan di Kabupaten Demak, ini terbukti dengan
surplus beras yang terjadi di Kabupaten Demak. Dan alih fungsi lahan dapat
menyebabkan pengangguran-pengangguranbaru di sektor pertanian, hal ini
dikarenakan pada waktu terjadi alih fungsi lahan ke sektor non pertanian maka
sebagian orang akan kehilangan mata pencaharian baru. Sementara sektor lain
belum tentu dapat menerimanya karena kurangnya keahlian yang ada. Jumlah angka kemiskinan penduduk yang
bekerja di sektor pertanian dapat bertambah karena adanya alih fungsi lahan.
Ini terjadi karena sebagian dari mereka akan kehilangan mata pencahariaanya. Sehingga pendapatan mereka
secara otomatis juga akan hilang.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa penelitian sekarang berbeda dengan
penelitian terdahulu dalam penelitian sekarang dijelaskan Mengenai analisis faktor yangmempengaruhi alih fungsi Lahan pertanian di karang bongkot
BTN Bumi Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat 2016, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintahan dan
masyarakat yang ada di desa Karang Bongkot untuk tetap memperhatikan dampak
dari faktor yang mempengauhi alih fungsi lahan karena faktor dari alih fungsi
lahan akan menyebabkan kekurangan bahan pangan, tingginya angka pengangguran
bagi masyarakat tani. Jadi diharapkan kepada masyarakat yang memiliki lahan
pertanian agar mempertimbangkan kembali ketika invektor datang membeli lahan
untuk dijadikan perumahan supaya akhirnya tidak berimbas pada masyarakat itu
sendiri.
2.2
Kajian
Teori
2.2.1 Tinjauan tentang Teori
Kependudukan
Dalam
bukunya Deliarnov (2005:38), menurut Malthus dalam bukunya yang berjudul principles
of population menyebutkan bahwa perkembangan manusia lebih cepat dibandingkan
dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Malthus
salah satu orang yang pesimis terhadap masa depan manusia. Hal itu didasari
dari kenyataan bahwa lahan pertanian sebagai salah satu faktor produksi utama
jumlahnya tetap. Kendati pemakaiannya untuk produksi pertanian bisa
ditingkatkan, peningkatannya tidak akan seberapa. Di lain pihak justru lahan pertanian akan
semakin berkurang keberadaanya karena digunakan untuk membangun perumahan,
pabrik-pabrik serta infrastruktur yang lainnya. Karena
perkembangannya yang jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan hasil produksi
pertanian, maka Malthus meramal akan terjadi malapetaka terhadap kehidupan
manusia. Malapetaka tersebut timbul karena adanya tekanan penduduk tersebut. Sementara keberadaan lahan semakin
berkurang karena pembangunan berbagai infrastruktur. Akibatnya akan terjadi
bahaya pangan bagi manusia.
Salah
satu saran Malthus agar manusia terhindar dari malapetaka karena adanya
kekurangan bahan makanan adalah dengan kontrol atau pengawasan atas pertumbuhan
penduduk. Pengawasan
tersebut bisa dilakukan oleh pemerintah yang berwenang dengan berbagai
kebijakan misalnya saja dengan program keluarga berencana. Dengan adanya pengawasan tersebut
diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk, sehingga bahaya kerawanan
pangan dapat teratasi. Kebijakan lain yang dapat diterapkan adalah dengan
menunda usia kawin sehingga dapat mengurangi jumlah anak.
Malthus
dalam Michael Todaro (1995:39) berpendapat bahwa pada umumnya penduduk suatu
negara mempunyai kecenderungan untuk bertambah menurut suatu deret ukur yang
akan berlipat ganda tiap 30-40 tahun. Pada saat yang sama karena adanya
ketentuan pertambahan hasil yang semakin berkurang (deminishing return)
dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap maka persediaan pangan hanya
akan meningkat menurut deret hitung. Hal ini karena setiap anggota masyarakat
akan memiliki lahan pertanian yang semakin sempit, maka kontribusi marjinalnya atas produksi
pangan akan semakin menurun. Dari pernyataan Malthus tersebut dapat dijelaskan
bahwa pertumbuhan pangan yang ada tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidup
seluruh manusia karena keterbatasan lahan pertanian. Akan tetapi disini Malthus
melupakan hal yang paling penting yaitu kemajuan teknologi.
Dengan
adanya teknologi maka dapat meningkatkan produktivitas pangan.Tapi sekarang ini
masalah yang sedang dihadapi adalah semakin banyaknya alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian, sehingga walaupun teknologi yang digunakan sudah
cukup maju tapi dengan lahan yang semakin berkurang maka produktivitas juga
mulai terganggu. Hal
inilah yang dapat menyebabkan ketahanan pangan di Indonesia mulai terganggu.
2.2.3
Alih Fungsi Lahan
Menurut Fauziah (2005:42) bahwa alih fungsi lahan yang
terjadi di Indonesia bukan hanya karena peraturan perundang-undangan yang tidak
efektif, baik itu dari segi substansi ketentuannya yang tidak jelas dan tegas, maupun penegakannya
yang tidak didukung oleh pemerintah sendiri sebagai pejabat yang berwenang
memberikan izin pemfungsian suatu lahan. Tetapi juga tidak
didukung oleh tidak menariknya
sektor pertanian itu sendiri. Langka
dan mahalnya pupuk, alat-alat produksi lainnya, tenaga kerja pertanian yang
semakin sedikit, serta diperkuat dengan harga hasil pertanian yang fluktuatif,
bahkan cenderung terus menurun drastis mengakibatkan minat penduduk (atau pun
sekedar mempertahankan fungsinya) terhadap sektor pertanian pun menurun.
Menurut
Irawan (2005:43), ada dua hal yang mempengaruhi
alih fungsi lahan. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau
industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi
tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman
yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau
spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan
harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk
menjual lahan.
2.2.4
Lahan
Pertanian
Lahan pertanian
mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Manfaat
itu tidak hanya dari sektor ekonomi saja, tapi juga sektor lainnya seperti
lingkungan, biologis. Oleh sebab itu dengan semakin banyaknya jumlah alih
fungsi lahan yang terjadi selama ini akan menimbulkan berbagai permasalahan.
Menurut Irawan (2005:57) bahwa
manfaat lahan pertanian dapat dibagi menjadi 2 kategori. Yang pertama use
values atau nilai penggunaan yang dapat pula disebut sebagai personal
use values. Manfaat ini dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan
usahatani yang dilakukan pada sumber daya lahan pertanian. Yang kedua adalah non
use values yang dapat pula disebut sebagai intrinsic values atau
manfaat bawaan. Yang termasuk kategori ini adalah berbagai manfaat yang
tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan
eksploitasi dari pemilik lahan pertanian.
Dari teori di atas
dapat diketahui bahwa manfaat lahan pertanian sangat besar untuk kelangsungan
hidup manusia serta makhluk lainnya. Banyaknya alih fungsi lahan akan
mengakibatkan terganggunya keseimbangan alam.
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Alih Fungsi Lahan
Menurut
Lestari (2009:41) alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi
lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari
fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lainyang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.
Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaanlain
disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan
akan mutu kehidupan yang lebih baik.Winoto (2005:41) mengemukakan bahwa lahan
pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi lahan adalah lahan produktif
sawah. Hal tersebut disebabkan oleh :
1.
Kepadatan penduduk di pedesaan yang
mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi
dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan
juga lebih inggi.
2.
Daerah persawahan banyak yang lokasinya
berdekatan dengan daerah perkotaan.
3.
Akibat pola pembangunan di masa
sebelumnya. Infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik dari pada
wilayah lahan kering.
4.
Pembangunan prasarana dan sarana
pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya
cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah
dengan topografi seperti itu (terutama di pulau lombok) ekosistem pertaniannya dominan
areal persawahan.
Perubahan
jenis lahan merupakan penambahan penggunaan jenis lahan di satu sektor dengan diikuti pengurangan jenis
lahan di sektor lainnya. Atau dengan katalain perubahan penggunaan lahan
merupakan berubahnya fungsi lahan pada periode waktu
tertentu, misalnya saja dari lahan pertanian digunakan untuk lahan
nonpertanian. Menurut Wahyunto (2001), perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat
dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua
hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat
jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Menurut
Lestari (2009:28) proses alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian
yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor penting yang
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu:
1.
Faktor Eksternal.
Merupakan faktor yang
disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun
ekonomi.
2.
Faktor Internal.
Faktor ini lebih
melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian
pengguna lahan.
· Jumlah
tanggungan keluarga,
· Pendidikan
· Pendapatan
· kesehatan
3.
Faktor Kebijakan.
Yaitu aspek regulasi
yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan
perubahan fungsi lahan pertanian. Kelemahan
pada aspek regulasi atau peraturan itu
sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan
akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi.
Dengan
adanya faktor-faktor tersebut menyebabkan perkembangan alih fungsi lahan
pertanian semakin luas. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena jumlah lahan pertanian
di Negara kita terbatas, sementara jumlah produksi pangan setiap tahunnya dituntut
untuk lebih tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang ada. Jika
permintaan pangan tersebut tidak bisa dipenuhi biasanya pemerintah akan mengambil
jalan melalui kebijakan impor beras seperti pada tahun ini.
Alih
fungsi lahan ke sektor non pertanian dapat terjadi karena para petani merasa
pendapatan yang di dapatkan dari hasil pertanian dirasa kurang. Ini bias terjadi, karena semakin lama
tingkat kesuburan lahan pertanian yang semakin berkurang. Apa lagi jika di
daerah tersebut sektor industri terus mengalami peningkatan. Perkembangan sektor
industri akan menarik penduduk dari luar
kota untuk datang ke kota tersebut, sehingga pertumbuhan penduduk juga akan
mengalami peningkatan. Karena kedua faktor tersebut jumlah alih fungsi lahan
terus bertambah.
Karena
adanya faktor tersebut sewa lahan (land rent) pada suatu daerah akan semakin
tinggi. Menurut Barlowe (dalam Fanny Anugrah K, 2005) sewa ekonomi lahan
mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang lahan bila lahan
tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Urutan besaran ekonomi lahan
menurut penggunaannya dari berbagai kegiatan produksi ditunjukkan sebagaiberikut:
(1). Industri manufaktur (2). Perdagangan (3). Pemukiman (4). Pertanian intensif (5). Pertanian ekstensif
2.2.6 Teori Tanah Sebagai Lahan
Pertanian
Tanah
merupakan salah satu sumber daya alam yang jumlahnya terbatas. Tanah menjadi
sangat penting karena keberadaanya dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia
dalam melakukan kegiatannya. Tanah sebagai lahan pertanian merupakan salah satu
faktor produksi yang sangat penting perannya dalam pertanian jika dibandingkan
dengan faktor produksi yang lain. Jika tidak ada lahan, maka tidak akan ada
pertanian. Hal ini dikarenakan lahan tersebut merupakan tempat dimana pertanian
tersebut dapat berjalan. Permintaan akan tanah dari tahun ke tahun selalu
mengalami peningkatan, hal ini yang mengakibatkan harga tanah semakin tinggi.
Umumnya tingginya permintaann tersebut seiring dengan jumlah penduduk yang
semakin bertambah besar. Selain itu banyak juga lahan pertanian yang beralih
fungsi sebagai pabrik industri, hal ini yang mengakibatkan harganya terus
mengalami kenaikan.
Pada
dasarnya penggunaan tanah yang ada sekarang ini digunakan untuk sector pertanian. Akan tetapi seiring kemajuan jaman
banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi tanah non pertanian. Banyak para ahli ekonomi yang menuliskan
teori mereka terhadap pentingnya tanah. Dalam bukunya Deliarnov (2005:48) menurut
Mazhab Fisiokratis yang dipelopori oleh Quesnay mengatakan bahwa hukum ekonomi
yang bersesuaian dengan hukum alam ini menjadikan alam.
Dalam
hal ini adalah tanah sebagai satu-satunya sumber kemakmuran bagi rakyat. Menurutnya
kegiatan industri dan perdagangan dinilai tidak produktif, karena kegiatan
industri hanya mengubah bentuk dan sifat barang, begitu juga dengan perdagangan
yang dinilai hanya memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Menurut Quesnay kaum petani paling produktif, oleh karena itu diamenganjurkan
agar kebijakan yang diambil pemerintah harus ditujukan untuk meningkatkan taraf
hidup para petani. Dari
teori yang dikemukakan oleh Quesnay tersebut mengandung pengertian bahwa para
petani harus mendapatkan perhatian yang khusus dari pemerintah agar proses
produksi pertanian dapat meningkat. Perhatian tersebut misalnya saja dengan kebijakan-kebijakan
yang berpihak kepada kaum petani, serta mencegah terjadinya alih fungsi lahan
dari sektor pertanian ke non pertanian. Ini dimaksudkan agar proses produksi
tidak terganggu. Hal ini dikarenakan petanilah yang mempunyai produktifitas
paling tinggi menurut Quesnay dalam bukunya Deliarnov (2005:48).
2.2.7 Teori David Ricardo
Dalam
bukunya Mubyarto (1972:48) Ricardo dalam teori mengenai sewa tanah differensial
mengatakan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh perbedaan
kesuburan tanah, makin subur tanah maka makin tinggi sewa tanah. Hal ini dapat dimengerti bahwa dengan tanah yang subur,
maka perkembangantanaman itu menjadi semakin cepat, jumlah pupuk yang
dibutuhkan juga lebih sedikit, dan akhirnya hasil yang didapatkan pada tanah
yang subur akan lebih banyak. Dalam teorinya tentang sewa tanah Ricardo
menjelaskan bahwa jenis tanah berbeda-beda. Ada yang subur, kurang subur hingga
tidak subur sama sekali.
Dengan
demikian untuk menghasilkan satu satuan unit produksi di perlukan biaya (biaya
rata-rata dan biaya marjinal). Makin rendah tingkat kesuburan tanah makin
tinggi pula biaya untuk mengolah tanah tersebut. Selain harga yang terus
mengalami peningkatan, masalah lainnya bahwa tanah pertanian banyak yang
mengalami perpecahan dan perpencaran.
Mubyarto (1972:51) berpendapat
bahwa perpecahan dan perpencaran tanah dapat ditimbulkan oleh macam-macam sebab
misalnya jual beli, pewarisan serta hibah perkawinan dan system penyakapan. Pada
saat ini harga tanah berbanding lurus dengan harga bahan pangan yang
ada. Semakin tinggi harga pangan, maka akan semakin tinggi pula harga tanah yang
di beli suatu petani.
Selain
itu tanah di sektor industri dihargai jauh lebih mahal dari pada sektor
pertanian, oleh sebab itu sekarang ini semakin banyak alih fungsi lahan dari
sektor pertanian ke non pertanian. Akan
tetapi pada saat ini harga tanah sangat ditentukan juga oleh lokasi dimana
tanah itu berada. Jika tanah berada di lokasi yang strategis seperti di pinggir
jalan bisa mempunyai harga yang lebih tinggi dari pada tanah yang berada di pedalaman.Walaupun mungkin tanah yang di
pedalaman lebih subur jika dibandingkan
tanah yang di pinggir jalan. Akan tetapi untuk kasus di Desa Karang Bongkot, kebanyakan
memiliki tingkat kesuburan tanah yang relatif sama. Tapi dengan letak tanah yang
berbeda-beda mengakibatkan harga pada tiap bidang tanah juga berbeda.
2.2.8 Teori Produksi
Teori
produksi merupakan suatu teori yang menerangkan berbagai pemilihan alternatif
di mana produsen mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dengan efisien,
sehingga keuntungan yang diperoleh oleh produsen dapat maksimal. Produksi merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan mengubah input atau masukan
menjadi output atau keluaran (Nicholson: 2002:50). Hal ini mempunyai implikasi
bahwa suatu produksi meliputi semua kegiatan untuk menciptakan/menambah nilai/guna suatu
barang/jasa. Analisis kegiatan produksi suatu perusahaan dikatakan berada dalam
jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi tersebut dianggap tetap
jumlahnya.
Dalam
jangka panjang semua faktor produksi yang dipakai dapat mengalami perubahan,
yang berarti bahwa setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan perusaan tersebut. Dengan penambahan tersebut
maka jumlah produksi juga akan semakin banyak sehingga bias meningkatkan
keuntungan yang akan diperoleh. Kegiatan produksi dalam jangka panjang
merupakan suatu produksi dimana tidak hanya output saja yang mengalami
perubahan, akan tetapi mungkin semua input dapat diubah dan hanya teknologi
dasar produksi yang tidak mengalami perubahan (Nicholson, 2002:50). Banyak
input-input yang dalam jangka pendek seperti misalnya tenaga kerja, modal tidak
bisa ditambah, akan tetapi di dalam jangka panjang input-input tersebut dapat
ditambah oleh perusaan jika memang diperlukan. Produksi merupakan muara dari
semua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Produksi akan
berjalan dengan lancar jika didukung oleh pemenuhan input yang sesuai. Tanpa
adanya input, maka proses produksi tidak akan bisa berjalan dengan lancar.
Perusahaan akan memaksimalkan produksi dengan menggunakan input-input yang
tersedia.
Dengan
memaksimalkan produksi tersebut, maka nilai keuntungan yang akan diperoleh juga
semakin tinggi. Disini hasil produksi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor di dalam produksi tanaman pangan seperti
padi adalah ketersediaannya lahan yang cukup. Akan tetapi pada sekarang ini di
Karang Bongkot BTN BHP Kabupaten Lombok Barat banyak lahan-lahan pertanian yang
beralih fungsi ke sektor non pertanian sehingga mengakibatkan proses produksi
menjadi terganggu. Hal yang sekarang bias kita lihat akibat terganggunya proses
produksi tersebut adalah kurangnya bahan makanan seperti beras pada saat musim
tertentu, misalnya saja pada akhir atau awal tahun.
Di
mana musim panen belum tiba, tapi stok beras di dalam Negeri sudah habis. Ini
yang kemudian mengakibatkan pemerintah melakukan impor beras dari luar Negeri
yang besarnya pada tahun ini mencapai 1.4 juta ton. Fungsi produksi dalam ilmu
ekonomi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi
fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bukunya Sukirno
(2005:54) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah
hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan.
Faktor produksi dikenal sebagai input, sedangkan jumlah produksi yang
dihasilkan perusahaan disebut sebagai output.
Tanah
merupakan salah satu fungsi produksi yang jumlahnya terbatas. Apabila banyak
tanah pertanian yang beralih fungsi ke non pertanian hal ini tentunyaakan
menyebabkan penurunan produksi pertanian. Ini dapat terjadi karena input yang digunakan
untuk proses produksi tersebut berkurang, sehingga hasil yang akan didapatkan
juga akan semakin menurun. Dalam
teori produksi dikenal dengan istilah The Law Deminishing of Returnatau
hasil yang semakin berkurang. Dalam hukum ini menjelaskan bahwa bila satu macam
input ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output
yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula
menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah.
2.2.9 Dampak Alih Fungsi Lahan
Seperti
penjelasan di atas, dampak alih fungsi lahan pertanian antara lain sistem ketahanan pangan yang akan
menjadi terganggu. Secara umum di karang Bongkot memiliki ketahanan pangan yang baik, karang Bongkot
menyangga 16% ketahanan pangan nasional
dengan surplus beras sebesar 2,6 juta ton menurut Kepala desa Karang Bongkot BTN
BHP. Dengan adanya alih fungsi lahan yang sekarang ini banyak terjadi di daerah
bukan tidak mungkin Karang Bongkot yang tadinya surplus beras menjadi kekurangan
beras. Menurut pandangan saya terkonsentrasinya pembangunan perumahan di Karang
Bongkot, di satu sisi menambah terbukanya lapangan kerja di sektor nonpertanian
seperti jasa konstruksi, akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang
kurang menguntungkan. Dampak negatif tersebut antara lain:
a.
Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan
turunnya produksi padi yang mengganggu tercapainya swasembada pangan dan
timbulnya kerawananm pangan serta mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari
sektor pertanian ke nonpertanian. Apabila tenaga kerja tidak terserap
seluruhnya akan meningkatkan angka pengangguran.
b.
Investasi pemerintah dalam pengadaan
prasarana dan sarana pengairan menjadi tidak optimal pemanfaatannya.
c.
Berkurangnya ekosistem sawah terutama di
Karang Bongkot BTN BHP tidak menunjukkan dampak positif. Selain dampak tersebut
dengan adanya alih fungsi lahan dari sektor pertanianke non pertanian juga bisa
menyebabkan timbulnya berbagai bencana seperti banjir, tanah longsor, kekeringan. Ini
dikarenakan kurangnya daerah resapan air karena banyak berdirinya
bangunan-bangunan yang tadinya merupakan lahan pertanian.
2.3 Kerangka Berpikir
Tanah merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai
secara ekonomis. Saat ini, jumlah luasan tanah pertanian tiap tahunnya terus
mengalami pengurangan. Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya
peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan. Hal tersebut
mengakibatkan permintaan akan lahan pun meningkat. Pada akhirnya, terjadilah konversi
lahan pertanian ke non pertanian seperti perumahan, industri, dan lain sebagainya untuk
memenuhi permintaan yang ada. Konversi lahan yang terjadi tidak lepas dari kepentingan
berbagai pihak seperti pemerintah, swasta dan komunitas (masyarakat).
Yang dimaksud dengan konversi lahan oleh petani dalam
penelitian ini adalah petani yang menjual tanah pertanian miliknya kepada pihak
lain, dimana pihak lain yang membelitanah tersebut menggunakannya untuk fungsi
nonpertanian. Dalam hal ini tanah tersebut
digunakan untuk perumahan.
Merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu, maka dalam
penelitian ini diduga bahwa ada faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam
mengkonversi lahan pertaniannya. Faktor tersebut adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat pendapatan rumah tangga
petani, produktivitas lahan, dan status lahan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
keputusan petani dalam mengkonversi lahan pertaniannya yaitu kebijakan
pemerintah (pajak tanah) dan harga lahan.
Sumber : Anugrah, Fanny. 2005
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan pendekatan
kualitatif. Menurut Riyanto, (2001:23) penelitian deskriftif adalah “penelitian
yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi
atau daerah tertentu”. Dengan demikian, tujuan metode penelitian ini adalah
menggambarkan (mendeskripsikan) secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan akurat.
Berdasarkan pendapat para
ahli di atas maka dalam penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif
untuk menjelaskan Analisis
faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Karang Bongkot BTN Bumi
Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian
dengan tema Analisis faktor yang mempengaruhi alih fungsi Lahan Pertanian di
Desa Karang Bongkot BTN BHP Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat 2016.
Adapun gambaran Lokasi Penelitian Berbatasan dengan:
1. Sebelah
Utara Jalan raya
2. Sebelah
Selatan Area persawahan penduduk
3.
Sebelah Barat Pemukiman penduduk
4.
Sebelah Timur Polsek Labuapi
Oleh karena itu Desa
Karang Bongkot Merupakan Desa yang memiliki lahan pertanian yang subur. Dengan
alasan karena peneliti cukup mengenal krakteristik subjek dan obyek penelitian dengan
baik, disamping itu lokasi peneliti juga dekat dengan tempat tinggal peneliti,
juga karena keterbatasan biaya, waktu dan tenaga.
3.3
Jenis
dan Sumber Data
3.4.1
Jenis Data
Dalam melakukan penelitian
harus bisa memahami jenis data sehingga mencari metode apa yang sesuai dengan
data yang diperoleh. Jenis data dalam penelitian ini, menjadi sangat mendasar
untuk diklasifikasikan, mengingat kedua masalah ini akan melandasi kegiatan
selanjutnya. Pemahaman jenis data adalah suatu hal yang mutlak dalam
penelitian. Hal ini cukup beralasan karena dengan mengetahui data tersebut peneliti
dapat mencari metode yang paling cocok sehubungan dengan jenis data yang
tersedia. Jenis data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian pada
hakikatnya dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yakni jenis data kualitatif
dan jenis data kuantitatif seperti yang tertuang dalam pendapat berikut ini :
a.
Data kualitatif adalah data
yang berhubungan dengan karakteristik berwujud pernyataan atau berupa
kata-kata.
b.
Data kuantitatif adalah data
yang berwujud angka-angka atau hitungan statistik, (Ridwan, 2005:25)
Adapun
jenis data dalam penilitian ini adalah data kualitatif yaitu faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan.
3.4.2
Sumber Data
Sumber data adalah subyek
dari mana data diperoleh (Arikunto, 172:2010). Adapun sumber data dalam
penelitian ini yaitu data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dengan observasi dan wawancara langsung dengan informan yaitu masyarakat dan kepala Desa Karang Bongkot mengenai Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari Dinas atau Instansi yang
ada kaitannya dengan penelitian ini dokument
atau informasi tertulis mengenai data Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Pertanian.
3.4 Metode Pengumpulan
Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2006).
Untuk memperoleh data tentang Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Pertanian di Desa Karang Bongkot BTN BHP (Bumi Harapan
Permai) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Maka diperlukan teknik atau
metode yang terarah sehingga dapat memberikan kesesuaian tujuan penelitian.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1 Metode
Observasi
Nasution (1988:34) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Data itu
dikumpulkan dan sering dengan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga
benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan
jelas. Metode ini digunakan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap
obyek untuk memperoleh gambaran nyata sebagai bahan pengamatan dan bahan
perbandingan hasil melalui penulusuran dokumen autentik dan akurat lainnya.
3.4.2 Metode
Wawancara
Wawancara adalah metode
pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi
informan atau responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka
(seabanik dkk, 2009:131).
Wawancara terdiri atas
beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
a. Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya
telah dipersiapkan seperti menggunakan pedoman wawancara.
b. Wawancara semistruktur yaitu wawancara yang sudah cukup mendalam
karena ada penggabungan antara wawancara yang berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan
yang telah disiapkan dan pertanyaan yang lebih luas dan mendalam dan
mengabaikan pedoman yang sudah ada.
c. Wawancara tidak terstrukur, yaitu wawancara yang lebih bebas, lebih
mendalam dan menjadikan pedoman wawancara sebagai pedoman umum dan garis-garis
besarnya saja.
Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur dimana wawancara
bersifat luwes tanpa teks yang harus diikuti. Wawancara ini memakai kata-kata
pertanyaan yang dapat diubah saat wawancara, dengan penyesuian kebutuhan dan
situasi wawancara dengan catatan tidak menyimpang dari informasi yang
dibutuhkan untuk penelitian ini.
Pengumpulan data dengan
teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan keterangan dari informan tentang. Faktor Apa sajakah yang Mempengaruhi
Alih Fungsi Lahan Pertanian di Desa Karang Bongkot BTN BHP (Bumi Harapan Permai) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
3.4.3 Metode
Dokumentasi
Dokumentasi berasal
dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2003:42).
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang
merupakan catatan, buku, surat
kabar, majalah, agenda, foto-foto lain yang berhubungan dengan masalah
penelitian
Metode
dokumentasi yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
untuk melengkapi data-data dari data wawancara data pengamatan yang dilakukan
mengenai Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Desa Karang
Bongkot BTN BHP (Bumi
Harapan Permai) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
3.5 Metode Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif
tidak menggunakan istilah populasi tetapi oleh (Spradley dalam Sugiyono, 2011)
dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen
yaitu: tempat (place), pelaku (actor),
dan aktivitas (activity) yang
berinteraksi secara mendalam dengan orang-orang tertentu.
Beberapa jumlah informasi
dalam penelitian belum dapat diketahui sebelum peneliti melakukan kegiatan
pengumpulan data lapangan.Yang demikian dimaksud demi tercapainya kualitas data
yang memadai sehingga sampai ke informan. Beberapa data tidak berkualitas lagi
atau sudah mencapai titik jenuh karena tidak memperoleh informasi baru lagi.
Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap
masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti.
Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, sebagai individu
yang sangat penting, informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti
dalam mengungkapkan permasalahan penelitian, (Arikunto, 2010:188)
Adapun yang menjadi informan
dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi tentang Faktor yang mempengaruhi
alih fungsi lahan di Desa Karang Bongkot.
Cara penentuan informan
adalah dengan menggunakan Snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data, yang ada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama
menjadi besar. Hal ini di lakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut
belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain
lagi yang data digunakan sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semaki besar, seperti
bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. Dengan pertimbangan
tertentu, pertimbangan tertentu ini misalnya orang tertentu yang dianggap
paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga memudahkan peneliti menjelajahi
obyek atau situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2011:219).
Berdasarkan hal tersebut di
atas dapat disimpulkan bahwa, penentuan teknik sampel dalam penelitian
menggunkan teknik Snowball sampling. Digunakan teknik Snowball sampling
ini karena informasi ini dianggap lebih
tahu dan lebih paham terhadap masalah yang diteliti. Dan dapat memberikan data
lebih lengkap, mereka ini adalah Kepala Desa beserta stafnya, masyarakat dan
Kepala Dusun Karang Bongkot.
Adapun yang menjadi informan
dalam penelitian ini adalah
a. Informan kunci
informan kunci adalah orang yang mengetahui banyak mengenai data yang
diperlukan peneliti. Yang menjadi informan kunci
yaitu pemerintahan Desa yang meliputi Kepala Desa, sekertaris desa dan
pegawainya.
b.
Informan biasa
informan biasa adalah orang
yang memberi informasi tetapi hanya sebagai pelengkap saja. Adapun yang
menjadi informan biasa dalam penelitian
ini adalah masyarakat desa
Karang Bongkot. yang mampu memberikan
keterangan tambahan terkait informasi dan konfirmasi mengenai Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
pertanian di Karang Bongkot.
Untuk lebih jelasnya Tabel
berikut jumlah subjek penelitian yang di ambil seperti yang tertera di bawah
ini.
Tabel 3.1: Rekapitulasi jumlah subjek
penelitian berdasarkan informan
|
|
Subjek
Penelitian
|
Jumlah Informan
|
Informan Kunci
|
4orang
|
Informan Biasa
|
3 orang
|
Total
|
7 Orang
|
Sumber: Data Sekunder Desa
Karang Bongkot Tahun 2016
3.6 Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang
akan digunakan untuk wawancara, serta
beberapa peralatan lainnya yang digunakan untuk observasi dan dokumentasi
seperti kamera dan beberapa data yang diambil dari instansi terkait.
3.7 Tekhnik analisis Data
Teknik analisis data adalah
proses pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam
memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2013:244)
yaitu proses mencari dan menyusun acara sistematik data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Pengolahan data-data dalam
penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap yaitu sebagai berikut:
a.
Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ini,
peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan
observasi dan dokumentasi.
b.
Reduksi Data
Reduksi data dapat dibartikan sebagai proses
pemilihan pemusatan penelitian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi
data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan dari
pengumpulan data diperoleh baik dari hasil wawancara dan dokumentasi kemudian
peneliti melakukan pemilihan informasi yang diberikan dan memperbaiki kalimat
atau penuturan subyek dan informan yang tidak sesuai dengan kaidah berbahasa
indonesia karena ada juga subyek dan informan yang menggunakan bahasa daerah
selama wawancara.
c.
Penyajian data/Data Display
Hasil reduksi data tersebut
kemudian disajikan dalam bentuk
uraian, singkat, bagan, hubungan antara kategori flowchart dan sejenisnya. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan-kesimpulan awal dari hasil
pemahaman dan pengertian tersebut. Sajian data adalah sajian data kesimpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan (miles and Huberman, 1984:249)
d.
Kesimpulan/verifikasi Data
Penarikan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti- bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya
(miles and Huberman, 2014:252) dalam
penarikan kesimpulan ini, penyusun mendasarkan pada reduksi data dan sajian
data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian
(Apriani, 28-29:2012).
Untuk lebih jelasnya akan
disajikan mengenai alur pengolahan data menurut Miller dan Humberman pada
gambar dibawah ini :
Gambar 2.1
Alur pengolaha data menurut Miller dan Humberman
Penyajian data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
Gambar Komponen
dalam analisis data (interactive model)
(Miles dan
Huberman, dalam Sugiyono. 2014: 247)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Reduksi Data Penelitian
Reduksi data dapat diartikan
sebagai proses pemilihan pemusatan penelitian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan
tertulis dilapangan dari pengumpulan data diperoleh baik dari hasil wawancara dan
dokumentasi.
4.1.1
Pelaksanaan penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan selama 1 (satu) bulan di Desa Karang Bongkot BTN Bumi Harapan
Permai Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, tanggal 13 juni-10 juli 2016.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut:
a.
Sulitnya mendapatkan informan untuk dimintai
wawancara
b.
Susahnya mendapatkan teman yang mendokumentasi
c.
Sulitnya mendapatkan data dari kantor desa
4.1.2 Gambaran umum lokasi penelitian
Desa Karang Bongkot merupakan
salah satu desa dari sepuluh desa di
wilayah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat dan berbatasan dengan wilayah:
Bagian Utara berbatasan dengan kelurahan Terong Tawah Kecamatan Labuapi
Bagian Selatan berbatasan dengan kelurahan Suka Makmur Kecamatan Gerung Bagian
Timur berbatasan dengan kelurahan Telagawaru Kecamatan Labuapi Bagian Barat
berbatasan dengan kelurahan Perampuan Kecamatan Labuapi.
Jaraknya dengan ibu kota Kabupaten Lombok Barat +8 Km dan
dengan Ibu Kota Provinsi + 8 Km. Tinggi
dari permukaan laut 8 mdpl. Curah Hujan 600-1500 Mm, Jumlah Bulan Hujan 4/5 bulan,
kelembaban sedang, Suhu rata-rata harian 24-36 ºC (Data
Monografi Desa Karang Bongkot, dikutip tanggal 14 Juni 2016).
Jumlah penduduk Karang Bongkot tahun ini secara
keseluruhan berjumlah 8.663 jiwa dengan jumlah laki-laki 4.326 jiwa dan perempuan
4.337 jiwa sedangkan tahun lalu jumlah keseluruhannya 6.587 jiwa dengan jumlah
laki-laki 2.983 jiwa dan perempuan 3.604 adapun jumlah kepala keluarga/KK Tahun
ini sebanyak 2.526 KK, dengan jumlah KK Laki-laki 2.232 KK dan Perempuan 294
KK, dan jumlah kepala keluarga/KK Tahun Lalu 1.885 KK dengan jumlah KK
Laki-laki 1.611 KK dan perempuan 274 KK. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa di Desa Karang Bongkot tejadinya pertumbuhan banyak penduduk sebanyak 30%
yang menyebabkan terjadinya Alih fungsi Lahan belum lagi perumahan-perumahan
yang belum ditempati. (profil perkembangan kependudukan Desa Karang Bongkot 2016).
4.1.3 Kondisi ekonomi
Tabel 4.1: jumlah penduduk menurut mata
pencaharian :
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Petani
|
208 orang
|
2
|
Pegawai Negeri sipil
|
611 orang
|
3
|
Pengerajin
|
4
orang
|
4
|
Pedagang
|
52
orang
|
5
|
Buruh
|
192 orang
|
6
|
Peternak
|
13
orang
|
7
|
Nelayan
|
5
orang
|
8
|
Montir
|
11
orang
|
9
|
Bidan swasta
|
7
orang
|
10
|
Perawat swasta
|
7
orang
|
11
|
Pembantu rumah tangga
|
37
orang
|
12
|
Ojek
|
12
orang
|
13
|
Kusir
|
4
orang
|
14
|
TNI/Polri
|
49
orang
|
15
|
Pengusaha kecil dan menengah
|
48
orang
|
16
|
Pengacara
|
5 orang
|
17
|
Notaris
|
2
orang
|
18
|
Dukung kampung terlatih
|
5
orang
|
19
|
Dosen swasta
|
13orang
|
20
|
Arsitektur
|
4 orang
|
21
|
Guru swasta
|
38 orang
|
22
|
Karyawan perusahaan swasta
|
44 orang
|
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
23
|
Karyawan perusaan pemerintah
|
97 orang
|
Sumber : Profil Desa Karang
Bongkot 2016
Masyarakat desa Karang Bongkot memiliki mata pencaharian
pokok yaitu sebagai pegawai negeri sipil, petani dan buruh seperti yang ada
pada tabel di atas, dimana masyarakat yang menjadi pegawai negeri sipil sejumlah
611 orang dan di susul masyarakat yang bekerja sebagai petani 208 orang,
selanjutnya masyarakat yang bekerja sebagai buruh 192 orang dan yang terakhir
masyarakat yang bekerja sebagi karyawan perusahaan pemerintahan 97 orang. Empat bidang ini yang paling mendominasi
susunan mata pencaharian masyarakat desa Karang Bongkot Kecamatan
Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
4.1.4 Kondisi Sarana Dan prasarana
Tabel 4.2 : Sarana Pendidikan
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
1
|
SMP/Sederajat
|
1 Unit
|
2
|
SD/Sederajat
|
3 Unit
|
3
|
TK
|
1 Unit
|
4
|
PAUD
|
3 Unit
|
5
|
TPA
|
Unit
|
Sumber:
Profil Desa Karang Bongkot
2016
Tabel 4.3: Sarana Kesehatan
No
|
Jenis
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
2
|
Posyandu
|
1 Unit
|
Sumber:
Profil Desa Karang Bongkot
2016
4.1.5 Kondisi Sosial
4.1.5.1 Tingkat Pendidikan
Keberhasilan
pembangunan sangat tergantung dari tingkat pendidikan penduduk, oleh karena itu
peningkatan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator dalam penentuan pencampaian angka
indeks pembangunan manusia (IPM) yang tinggi. pendidikan merupakan masalah yang
cukup dijadikan barometer dalam melihat tingkat kemajuan suatu daerah,
sementara maju mundurnya pendidikan tidak terlepas dari ketersediaan berbagai
lembaga pendidikan beserta sarana dan prasarana seperti gedung sekolah pada
bergai tingkat dengan berbagai fasilitas pendukung hingga tenaga pengajar. Kantor
Desa (dikutip tanggal 14 juni
2016).
Tingkat pendidikat berkaitan dengan pengetahuan yang
di miliki oleh masyarakat, yang selanjutnya
sangat di perlukan dalam hal pelaksanaan pekerjaan dan sikapnya atas
pendidikan untuk menghadapi masa depan yang memiliki masalah yang lebih
kompleks. Dengan
pendidikan tergolong tinggi masyarakat akan dapat dengan mudah menyerap
informasi dalam pelaksanaan pekerjaan dan mempunyai wawasan dalam pengembangan
ekonomi keluarganya.
Tabel 4.4
Tingkat Pendidikan Masyarakat
Desa Karang Bongkot
Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016
No.
|
Tingkat pendidikan
|
Laki-laki/Perempuan
|
1
|
2
|
3
|
1
|
Usia 3-6 Tahun yang sedang TK/Play group
|
217
|
2
|
Usia 18-56 Tahun pernah SD tetapi tidak tamat
|
350
|
3
|
Tamat SD/Sederajat
|
734
|
4
|
Tamat SMP/Sederajat
|
631
|
5
|
Tamat SMA/Sederajat
|
2.215
|
6
|
Tamat D-1/Sederajat
|
5
|
7
|
Tamat D-2/Sederajat
|
5
|
8
|
Tamat D-3/Sederajat
|
49
|
9
|
Tamat S-1/Sederajat
|
817
|
10
|
Tamat S-2/Sederajat
|
31
|
11
|
Tamat S-3/Sederajat
|
-
|
Sumber data :profil Desa
(dikutip tanggal 14 juni 2016)
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan
bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Karang Bongkot terbesar adalah sampai
SMA/Sederajat, jumlah masyarakat yang sekolah sampai SD tetapi tidak tamat
sebanyak 350, yang usia 3-6 tahun yang masih TK/Play group sebanyak 217,
Masyarakat yang tamat SD sebanyak 734, masyarakat yang tamat SMP sebanyak 631 dan yang tamat SMA sebanyak 2.215. Sedangkan
masyarakat yang sekolah sampai perguruan tinggi sebanyak 907 baik itu kelulusan D-3 sederajat sampai S-3
sederajat. Jadi tingkat pendidikan
masyarakat Desa Karang Bongkot bisa
tergolong lumayan tinggi, karena masyarakat yang sekolah sampai perguruan
tinggi sebesar 907 orang.
Tabel.4.5 : Jumlah penduduk menurut usia
No
|
Golongn Umur
|
Jumlah
|
1
|
2
|
3
|
1
|
0-12 bulan
|
42
|
2
|
1-5 tahun
|
802
|
3
|
6-10 tahun
|
888
|
4
|
11-25 tahun
|
2190
|
5
|
26-60 tahun
|
4191
|
6
|
61-75 tahun
|
358
|
Sumber: Buku profil desa Karang Bongkot
Table 4.6 : Daftar nama-nama informan
No
|
Nama
Informan
|
Umur
|
Pekerjaan
|
1
|
Pak
Padelah S, IP
|
41 tahun
|
Kepela desa
|
2
|
Pak M. Soma Rima amin
|
34 tahun
|
Sekertaris Desa
|
3
|
Pak
Ali Bakri
|
41 tahun
|
Staf Desa
|
4
|
H. Masturi
|
52 tahun
|
Kepala Dusun
|
5
|
Pak Sujaid
|
45 tahun
|
Masyarakat
|
6
|
Pak Ruslan
|
45 tahun
|
Masyarakat
|
8
|
Pak Hamali
|
60 tahun
|
Masyarakat
|
Sumber : Data Hasil Wawancara Penelitian
4.2 Data
Display/ Penyajian data
Hasil reduksi data tersebut
kemudian disajikan dalam bentuk
uraian, singkat, bagan, hubungan antara kategori flowchart dan sejenisnya. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan-kesimpulan awal dari hasil
pemahaman dan pengertian tersebut. Sajian data adalah sajian data kesimpulan
informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan (miles and Huberman, 1984:249)
Alih fungsi lahan dapat diartikan sebagai perubahan untuk
penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi
keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Winoto
(2005:41) mengemukakan bahwa lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih
fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh :
1. Kepadatan
penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan
sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering,
sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi.
2. Daerah
persawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan.
3. Akibat
pola pembangunan di masa sebelumnya. Infrastruktur wilayah persawahan pada
umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering.
4. Pembangunan
prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung
berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan
topografi seperti itu (terutama di pulau lombok) ekosistem pertaniannya dominan
areal persawahan.
Faktor yang mempengaruhi alih
fungsi lahan Pertanian di BTN
BHP
Karang Bongkot
dapat memberikan
banyak perubahan yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Lahan
pertanian sebelum
di bangun
perumahan 2015
Lahan
pertanian yang sudah di bangun
perumahan 2016
Berdasarkan observasi yang dilakukan
peneliti pada tanggal 25 juli 2016 di lokasi penelitian yaitu di area/lahan
Perumahan BTN
BHP
di desa Karang Bongkot Kecamatan
Labuapi
kabupaten
Lombok
Barat, keadaan lahan pertanian yang
kini menjadi lahan perumahan, yang
semakin hari semakin banyak
jumlahnya. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di tahun 2015-2016 peningkatanya
20%, dimana jumlah penduduk di tahun 2015 sebanyak 6.387 jiwa sedangkan
tahun 2016 sebanyak
8.663 jiwa Dari hasi penelitian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa
berbagai macam faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian yaitu disebabkan
oleh adanya dinamika pertumbuhan Penduduk dengan terjadinya urbanisasi maupun
sirkulasi.
Dari
informan-informan yang peneliti wawancarai
mengenai faktor apa saja yang
mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian mengatakan, bahwa faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan
pertanian di desa Karang Bongkot adalah
:
1.
Faktor Pertumbuhan Penduduk
Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di tahun 2015-2016 peningkatanya 20%,
dimana jumlah penduduk di tahun 2015 sebanyak 6.387 jiwa sedangkan tahun 2016
sebanyak 8.663 jiwa, sehingga lahan
pertanian yang dulunya luas menjadi sedikit menyempit akibat terjadinya Alih
fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Hasil wawancara
yang dilakukan peneliti dengan informan sebagai berikut:
Wawancara dengan kepala desa, bapak padela S.IP:
Faktor yang mempengruhi alih
fungsi lahan pertanian di Desa Karang Bongkot contohnya ialah terjadinya
pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan
akan mutu yang lebih baik, sekarang lahan pertanian menjadi korban untuk
memenuhi kebutuhan akan pemukiman perumahan, Alih fungsi lahan pertanian
merupakan konsekuensi dari akibat meningkatnya aktivitas dan jumlah penduduk
serta pembangunan yang lainnya seperti pembangunan ruko atau pertokohan kecil
yang ada di sekitar lahan Desa Karang Bongkot sekarang ini. dan sepertinya alih fungsi lahan pada kenyataanya membawa
banyak masalah karna terjadi diatas lahan yang masih produktif, sebenarnya
lahan pertanian dapat memberikan banyak manfaat seperti dari segi ekonomi,
sosial, dan lingkungan namun jika alih fungsi lahan pertanian yang produktif
dibiarkan saja dan tidak dikendalikan maka sudah tentu akan berdampak negatif
bagi masyarakat itu sendiri, mengingat begitu penting dan bermanfaatnya lahan
pertanian bagi masyarakat itu sendiri. (hasil wawancara tgl 13 Juni 2016)
Hasil wawancara hal yang sama
dengan sekertaris desa bapak M. Soma Rimba Amin
Perkembangan penduduk yang
pesat menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan rumah huni sehingga menyebabkan
alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan memang Tidak dipungkiri
negara indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan pertaniannya,
contohnya di Desa Karang Bongkot Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, dulu
pada Tahun 2012 lahan pertanian di desa
Karang Bongkot sangat luas di bandingkan dengan tahun sekarang, jumlah
penduduk yang semakin bertambah setiap tahunya sehingga di Desa Karang Bongkot
sekarang rentan terjadinya alih fingsi lahan. Dimana lahan produktif dijadikan
perumahan untuk menunjang pertambahan penduduk (hasil wawancara tgl 21 Juni 2016)
Hasil wawancara hal yang sama juga
dengan bapak Bakari
Faktor yang mempengaruhi alih
fungsi lahan pertanian di desa Karang Bongkot ini ialah karena banyaknya pengembangan
atau diploper yang membuat bangunan perumahan, pertanian sekarang alamiah
sangat dibutuhkan untuk menopang kehidupan ekosistem masyarakat Karang Bongkot
hal ini tidak hanya berlaku pada masa lampau, melainkan juga pada masa sekarang
dan yang akan datang. Seagai sektor kehidupan pertanian hampir dikatakan mutlak
dibutuhkan oleh keseluruhan kehidupan masyarakat karang Bongkot. Namun dengan
adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan menyebabkan masa depan
pertanian menjadi terancam hal ini dapat dilihat dari semakin banyak nya lahan
pertanian menjadi lahan perumahan dan pertokoan.(hasil wawancara tgl 13 Juni 2016)
Hasil wawancara hal yang sama tentang
fakor pertumbuhan penduduk dengan Kepala dusun H.
Masturi
Dulu pada tahun 2009 dekat Rumah saya merupakan lahan
sawah seiring berjalannya waktu sekarang sudah menjadi rumah pemukiman
penduduk, dan sekarang lahan pertanian semakin sempit, Maraknya alih fungsi
lahan pertanian tidak bisa dipandang sebelah
mata, semakin sempitnya lahan pertanian di khawatirkan akan menyebabkan banyak masalah dalam
jangka pendek ataupun jangka panjang, Tedampak terjadinya alih
fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali dan terjadi secara berlebihan
sudah tentu akan berdampak negatif bagi masa
depan pertanian di desa Karang Bongkot. (hasil wawancara tgl 22 Juni 2016).
Para pemerintahan
desa Karang Bongkot
mengatakan bahwa terjadinya Alih fungsi lahan pertanian salah satunya
disebabkan karena faktor kependudukan, pertumbuhan penduduk yang semakin banyak
menyebabkan sempitnya lahan pertanian dengan adanya alih fungsi lahan yang
tidak terkendali dan terjadi secara berlebihan sudah tentu akan berdampak
negatif bagi masyarakat petani di Desa Karang Bongkot, luas lahan pertanian produktif yang beralih fungsi terus bertambah dan tak terkendali yang akan
mengakibatkan terjadinya penurunan produksi pangan dan mengancam ketahanan
pangan di desa Karang Bongkot, sedangkan kebutuhan pangan penduduk semakin besar karena adanya pertumbuhan
penduduk yang juga semakin besar, maka akan terjadi ketimpangan antara alat
pemuas kebutuhan dengan kebutuhan yang semakin meningkat, keadaan di Desa
Karang Bongko berkaitan dengan teori yang disampaikan oleh Malthus dalam bukunya yang berjudul principles
of population menyebutkan bahwa perkembangan manusia lebih cepat di
bandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
2.
Faktor Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat
Faktor ekonomi
merupakan faktor semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan, tekanan ekonomi
pada saat krisis ekonomi juga dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan
hal tersebut menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang berdampak meningkatkan penguasaan lahan pada
pihak-pihak pemilik modal.
Berdasarkan hasil survei penelitian
yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa terjadinya Alih fungsi lahan pertanian
di Desa Karang Bongkot berpengaruh pada faktor ekonomi
masyarakat. Hal itu bisa kita simpulkan
dengan berkurangnya data pemilik lahan pertanian tanaman pangan pada tahun
sekarang yang memiliki 1 ha 409 keluarga, memiliki 1,0 - 5,0 ha 105 keluarga,
memiliki 5,0 – 10 ha 18 keluarga sedangkan tahun 2010
yang memiliki 1 ha 600 keluarga, memiliki 1,0 – 5,0 ha 206 keluarga, memiliki
5,0 – 10 ha 20 keluarga (sumber: Data profil desa ). Dengan kondisi
sosial ekonomi rumah tangga masyarakat karakteristik petani yang mencakup umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga, tingkat ketergantungan terhadap lahan di zaman yang semakin moderen
ini tidak dipungkiri para generasi muda lebih memilih bekerja di bidang
industri dari pada bekerja dibidang pertanian hal ini menyebabkan daerah
pedesaan yang bergerak di bidang pertanian kekurangan tenaga produktif, selain
itu semakin meningkatnya biaya operasional dalam pengolah lahan peranian juga
menyebabkan para petani mengalami kerugian sehingga mereka beralih fungsi dan
menjual lahan pertaniannya. Hal tersebut terbukti dari
hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan, seperti yang di
utarakan oleh informan pada saat wawancara sebagai beriku:
Wawancara dengan Kepala Desa, bapak
padelah S.IP, tentang
faktor ekonomi rumah tangga masyarakat Desa Karang Bongkot faktor dari
alih fungsi lahan pertanian Sebagai
Berikut :
Tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi. Hal tersebut menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berdampak meningkatkan alih fungsi lahan sawah di
Desa Karang Bongkot dan makin meningkatnya
penguasaan lahan pada pihak-pihak
pemilik modal, seperti yang kami lihat di zaman sekarang para generasi muda lebih
memilih bekerja di bidang industri dari pada membantu orang tuanya bekerja di
bidang pertanian dan juga di desa Karang Bongkot
ini sudah banyak pembangunan berupa pertokoan itu sebabnya mereka memilih
bekerja di bidang industri berupa pertokoan pertokan sekarang luasnya 2,10 ha.(hasil wawancara tgl 15 Juni 2016)
Hasil
wawancara dengan masalah yang sama dengan bapak M. Soma Rima Amin sekertaris desa Karang Bongkot
Pada tahun 2010 di Desa Karang Bongkot lahan pertaniannya luas dan hasil panenyapun
cukup banyak, cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonominya beda dengan tahun
sekarang hasil panennya kurang memadai disebabkan karena hasil tanamannya
kurang bagus, dimana hasil panenya sekarang tahun ini dengan tanaman padi dan
palawija Rp. 144.500.000 itupu luas tanamannya 42,80 belum lagi biaya pemupukan
sebesar Rp. 19.760.000, biaya bibit 10.000.000, biaya boat Rp.8.000.000 dan
nilai produksi tanaman jagungnya Tahun ini Rp. 66.000.000, biaya pemupukan
Rp.7.000.000, biaya bibitnya Rp. 8.000.000 dan tingkat kesuburan tanahnya
berkurang karena pengaruh sempitnya lahan pertanian makanya masyarakat mulai
putus asa dan menjual lahannya kepada dipeloper hanya sebagian orang saja yang
mampu bertahan. (hasil wawancara tgl 21
Juni 2016)
Hasil
wawancara dengan masalah yang sama juga dengan bapak Ruslan masyarakat yang
punya lahan sawah
Saya
menjual sawah karena kurangnya hasil panen dan tidak mencukupi kebutuhan
ekonomi keluarga, beda dengan tahun kemarin, pada tahun 2010 hasil panen saya
banyak dibandingkan dengan tahun
sekarang oleh karena itu saya berpikir akan menjual lahan saya dan
kebetulan ada orang yang menawar dengan nilai yang cukup banyak (hasil wawancara tgl 24 Juni 2016).
4.3
Kesimpulan/Verifikasi Data
Penarikan dan verifikasi. Kesimpulan
awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti- bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (miles and
Huberman, 2014:252).
4.3.1 Faktor yang mempengaruhi Alih fungsi lahan
pertanian
Menurut
Irawan (2005:43), ada dua hal yang mempengaruhi
alih fungsi lahan. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau
industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi
tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman
yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau
spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan
harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk
menjual lahan.
Teori yang disampaikan oleh irawan diatas berkaitan dengan masalah yang ada di Desa Karang Bongkot di BTN BHP, faktor yang mempengaruhi Alih fungsi lahan di Desa Karang Bongkot, BTN BHP ialah Faktor Pertumbuhan Penduduk yang semakin tinggi Dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk di tahun 2015-2016
peningkatanya 20%, dengan jumlah
penduduk di tahun 2015 sebanyak 6.387 jiwa sedangkan tahun 2016 sebanyak 8.663
jiwa, sehingga lahan pertanian yang
dulunya luas menjadi sedikit menyempit akibat terjadinya Alih fungsi lahan
pertanian menjadi lahan perumahan. Yang kedua Faktor Ekonomi Rumah Tangga
Masyarakat, Faktor ekonomi merupakan faktor semakin meningkatnya
kebutuhan akan lahan, tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi juga dapat
menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan hal tersebut menyebabkan banyak petani
menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berdampak
meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal. Berdasarkan hasil survei
penelitian yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa terjadinya Alih fungsi
lahan pertanian di Desa Karang Bongkot berpengaruh
pada faktor ekonomi masyarakat. Hal itu
bisa kita simpulkan dengan berkurangnya data pemilik lahan pertanian tanaman
pangan pada tahun sekarang yang memiliki 1 ha 409 keluarga, memiliki 1,0 - 5,0
ha 105 keluarga, memiliki 5,0 – 10 ha 18 keluarga sedangkan tahun 2010 yang
memiliki 1 ha 600 keluarga, memiliki 1,0 – 5,0 ha 206 keluarga, memiliki 5,0 –
10 ha 20 keluarga (sumber: Data profil desa ). Dengan kondisi
sosial ekonomi rumah tangga masyarakat karakteristik petani yang mencakup umur,
tingkat pendidikan, jumlah tanggungan
keluarga, tingkat ketergantungan terhadap lahan di zaman yang semakin moderen
ini tidak dipungkiri para generasi muda lebih memilih bekerja di bidang
industri dari pada bekerja dibidang pertanian hal ini menyebabkan daerah
pedesaan yang bergerak di bidang pertanian kekurangan tenaga produktif, selain
itu semakin meningkatnya biaya operasional dalam pengolah lahan peranian juga
menyebabkan para petani mengalami kerugian sehingga mereka beralih fungsi dan
menjual lahan pertaniannya.
Dalam hal tersebut,
peningkatan alih fungsi lahan semakin banyak, disetiap tahunnya pasti ada lahan
sawah yang beralih fungsi menjadi lahan perumahan dan di tahun sekarang, tahun
2016 sudah ada BTN Perumahan baru yaitu BTN Bumi Harapan Permai yang bertempat
di tengah-tengah lahan sawah dan disekitar lahan tersebut tinggal sedikit lahan
pertanian. Hal ini menunjukan bahwa akan ada dampak negatif terjadinya alih
fungsi lahan bagi masa depan pertanian masyarakat desa Karang Bongkot seperti
semakin mahalnya harga pangan dan hilangnya lapangan kerja bagi petani.
Maka dari itu dengan
terjadinya alih fungsi lahan pertanian pasti adanya keuntungan dan kerugian
yang di dapatkan oleh masyarakat disekitarnya, apalagi di desa Karang Bongkot
BTN Bumi Harapan Permai Kabupaten Lombok Barat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Berdasarkan pada
hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian yang menjadi perumahan/ BTN BHP (Bumi
Harapan Permai) di desa Karang Bongkot Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut:
1. Faktor
pertumbuhan penduduk yang dulunya penduduknya terbilang sedikit sekarang
semakin banyak, dengan jumlah penduduk
tahun 2015 sebanyak 6.387 jiwa sedangkan tahun sekarang 2016 sebanyak 8.663
jadi peningkatanya 20%.
2. Faktor
ekonomi Rumah Tangga masyarakat contohnya,
karena tekanan masa-masa krisis ekonomi atau rendahya hasil jual dibidang
pertanian sedangkan biaya produksi lebih tinggi menyebabkan masyarakat yang
mempunyai lahan pertanian di desa karang bongkot terpaksa menjual lahan
pertaniannya.
5.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka
dapat dikemukakan saran-sarannya
antara lain :
1.
Kepada
pemerintahan
Untuk
mencegah/meminimalkan terjadinya alih fungsi lahan sawah, maka perlu ada suatu
insentif melalui instrumen pajak dan bantuan/subsidi bagi petani
penggarap/pemilik sawah. Insentif tersebut akan mengurangi biaya produksi
pertanian, sehingga diharapkan petani dapat mempertahankan lahan sawahnya. Upaya
tersebut selain untuk mengurangi laju konversi lahan pertanian, juga untuk
meningkatkan kesejahteraan petani. Perlu ketegasan dalam penerapan aturan untuk
mempertahankan eksistensi lahan
pertanian abadi dan kawasan konservasi.
2.
Kepada peneliti selanjutnya
Kepada
para peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan yang memiliki
relevansi dengan penelitian ini, disarankan agar hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan acuan dan bahan referensi dalam melakukan penelitian lanjutan
yang lebih luas dan mendalam serta berusaha mengungkapkan hal-hal yang belum
terungkap secara jelas dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahim Nik. 1988. Water
Yield Changes after Forest Conversion to Agricultural Landuse in Peninsular Malaysia
Journal of Tropical Forest Science 1(1) : 67 - 84. Forest Research Institute
Malaysia, Kepong, 52109 Kuala Lumpur, Malaysia.
Anugrah, Fanny. 2005. “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi
Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang”. Skripsi
S1Jurusan Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas pertanian
Delliarnov. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT
Raja Grafindo. Institut Pertanian Bogor.
Dewi, Ni Putu Martini. 2008. “Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap
Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Badung.” Denpasar: Buletin Studi
Ekonomi.
Lestari. 2009. Faktor-faktor Terjadimya Alih Fungsi Lahan.
Dalam Tinjauan Pustaka Universitas
Sumatra Utara
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta:
LP3ES.
Mubyarto. 1977. Pengantar
Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Penelitian
Pendidikan dan
Penerangan Ekonomi Notarianto, Dipo. 2011.
Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya
Jakarta: Erlangga.Supranto, J.
2010. Ekonometri. Bogor: ghalia
Indonesia.
Sugiyono, motode penelitian administrasi, alfabeta, bandung,
2004. Memahami penelitian kualitatif, alfabeta, bandung, 2005.
Sugiyono. 2014. Metode
Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung
Todaro, Michael
dan Stephen C Smith.2002. Pembangunan
Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga
Wahyunto (Dalam Tinjauan Pustaka Universitas Sumatra Utara). 2001. Pengertian Alih
Fungsi Lahan. UNSU
0 komentar: