Monday, July 24, 2017

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK PERUMAHAN

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN UNTUK PERUMAHAN DI KARANG BONGKOT BTN BUMI HARAPAN PERMAI (BHP) KECAMATAN LABUAPI KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk  Memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram








Oleh:

     



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
TAHUN 2016
HALAMAN PERSETUJUAN

SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  ALIH FUNGSILAHAN PERTANIAN DI KARANG BONGKOT BTN  BUMIHARAPAN PERMAI (BHP) KECAMATAN LABUAPIKABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016
Telah memenuhi syarat dan disetujui
      Tanggal, ...................Bulan, .................Tahun


Pembimbing I                                                                        Pembimbing II


Hj. Mas’ad., S.Pd., M.Si                                                                Junaidin., S.Pd., M.Pd
NIDN: 0831126439                                                         NIDN:0805088001                   

Menyetujui

Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram
Ketua Program Studi


Agus Herianto, SPd., M.Pd
NIDN. 0831128220



HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI  ALIH FUNGSI  LAHAN PERTANIAN UNTUK PERUMAHAN DI KARANG BONGKOT BTN  BUMI  HARAPAN PERMAI (BHP) KECAMATAN LABUAPI  KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2016
Skripsi atas nama Madnia telah dipertahankan di depan dosen penguji       Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu            Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram
Tanggal, ...................Bulan, .................Tahun
Dosen Penguji :

1. Hj. Mas’ad., S.pd., M.Si               Ketua             (                                 )
    NIDN:083112643


2. Dr. Harry irawan J., S. Hut., M.Si  Anggota      (                                 )
    NIDN:0810017901


3. Syafril., S.pd., M.pd                      Anggota          (                                 )
    NIDN:0813037501

Skripsi Ini Telah Diterima Sebagai Syarat Untuk Mencapai Kebulatan Studi Strata Satu (S1) Pada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram Tahun 2016
Mengetahui,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram
Dekan

( Syafril, S.Pd.,M.Pd )
NIDN : 081 303 7501
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tan gan di bawah ini saya mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Mataram menyatakan bahwa :
Nama   : Madnia
NIM     : 11214A0127
Alamat : Jln, Pengsong Raya, Karang Bongkot BTN (BHP)
Memang benar Skripsi yang berjudul Analisis Faktor yang mempengaruhi  Alih Fungsi  Lahan Pertanian di Karang Bongkot BTN  Bumi  Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi  Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016  adalah asli karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di tempat manapun .
Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing. Jika terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah dipublikasikan, memang diacu sebagai sumber dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Jika dikemudian hari pernyataan saya ini terbukti tidak benar, saya siap mempertanggung jawabkannya, termasuk bersedia menanggalkan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sadar dan tanpa tekanan dari pihak manapun.

Mataram,   Agustus  2016


Madnia
NIM. 11214A0127
MOTTO

Ø  KEBERHASILAN ADALAH SEBUAH PROSES. NIATMU ADALAH AWAL KEBERHASILAN. PELUH KERINGATMU ADALAH PENYEDAPNYA. TETESAN AIR MATAMU ADALAH PEWARNANYA. DO’A MU DAN DO’A ORANG-ORANG DISEKITARMU ADALAH BARA API YANG MEMATANGKANNYA. KEGAGALAN DISETIAP LANGKAHMU ADALAH PENGAWETNYA. MAKA DARI ITU, BERSABARLAH, YAKINI ALLAH SELALU MENYERTAI ORANG-ORANG YANG PENUH KESABARAN DALAM PROSES MENUJU KEBERHASILAN DAN DARI KESABARAN ITU AKAN MEMBUATMU MENGERTI BAGAIMANA CARA MENSYUKURI ARTI DARI SEBUAH KEBERHASILAN.
Ø  MEMANFAATKAN WAKTU SEBAIK MUNGKIN, TERUS BERUSAHA,  BERSABAR, JANGAN PUTUS ASA DAN SELALU  BERDO’A PASTI KESUKSESAN AKAN MENANTI MU






KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan ridho Nya, sehingga skripsi Analisis Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian untuk Perumahan di Karang Bongkot BTN  Bumi  Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi  Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016 dapat diselesaikan tepat pada waktuny. Skripsi ini mengkaji tentang faktor yang mempengaruhi alih fungi lahan pertanian. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata Satu (S-1) Program Studi Pendidikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Mataram.
            Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini atas bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis segogyanya mengucapkan terimakasih yang mendalam kepada:
1.      Bapak Drs. Mustamin H. Idris, M.S. Sebagai Rektor UM Mataram
2.      Bapak Syafril, S.pd., M.Pd. Sebagai Dekan FKIP UM Mataram
3.      Bapak Agus Herianto, S.Pd., M.Pd. Sebagai ketua prodi
4.      Hj. Mas’ad, S.Pd., M.Si. Sebagai pembimbing I
5.      Bapak Junaidin, S.Pd., M. Pd. Sebagai pembimbing II, beserta dosen-dosen yang ada di program studi geografi yang  tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang juga telah memberikan kontribusi memperlancar penyelesaian skripsi ini.
6.      Dan kepada keluargaku yang memberikan do’a dan begitu banyak perhatian, cinta, kasih sayang, serta dukungan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan pendidikan
7.      Dan teruntuk ibu tercinta tiada kata yang mampu mewakili ucapan trimakasih anaknda atas do’a perjuangan dan pengorbanan yang tiada henti-hentinya selama ini
8.      juga kepada teman-teman dan sahabat- sahabatku yang sudah membantu memberikan kontribusi memperlancar proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharapn skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dunia pendidikan.

                                                                                    Mataram 14 juli 2016
                                                                                    Penulis                                                                        



                                                                                    Madnia
Madnia. 11214A0127. Analisis Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi  Lahan Pertanian untuk Perumahan di Karang Bongkot BTN  Bumi  Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi  Kabupaten Lombok Barat. Skripsi Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram.

Pembimbing 1: Hj. Mas’ad., S.Pd., M.Si
Pembimbing 2: Junaidin., S.Pd., M.Pd

ABSTRAK
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian, sawah berpengaruh terhadap ketahanan pangan di desa Karang Bongkot. Desa Karang Bongko Memiliki lahan subur yang sangan potensial untuk budidaya padi, jagung, cabe merah dan tumbuh-tumbuhan lainnya. Namun banyak lahan pertanian yang mengalami alih fungsi ke non pertanian karena diakibatkan oleh faktor pertumbuhan penduduk dan faktor ekonomi rumah tangga masyarakat. 
Metode dasar dalam Penelitian ini menggunakan metode deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan pertanian Yang menjadi perumahan/BTN Bumi Harapan Permai desa Karang Bongkot Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Dalam penentuan subyek penelitian, peneliti menggunakan informan dan tekhnik pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder dengan tekhnik pengumpulan data secara observasi, wawancara dan dokumentasi serta menganalisis data dalam tiga alur yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, display data/penyajian data dan verifikasi/penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Tingkat perkembangan alih fungsi lahan pertanian di Desa Karang Bongkot Tahun 2016 semakin meningkat dilihat dari berkurangnya lahan petanian, lahan pertanian dengan luas 45,26 ha sedangkan luas pemukimannya 78,18 ha. Dan jumlah penduduk semakin meningkat, jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak  6.387 jiwa sedangkan tahun 2016 sebanyak 8.663 jiwa dilihat dalam rentang waktu satu tahun saja peningkatannya 20%.
Kata kunci: Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian, pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi, ekonomi rumah tangga masyarakat.
PERSEMBAHAN

Skripsi ini Ku persembahkan Untuk:
         Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat yang diberikan untuk penulis. Sehingga tiada alasan bagi penulis untuk berhenti bersyukur. “Alhamdulillah... Alhamdulillah... Alhamdulillahirabbil alami….
         Nabi Muhammad SAW yang memberikan teladan kepada seluruh umatnya. Termasuk penulis, dimana mendorong penulis untuk selalu ingin menjadi orang yang lebih baik lagi.
         Belahan jiwa ku bidadari surgaku yang tanpamu aku bukanlah siapa-siapa di dunia fana ini Inaku tercinta (KAMARIYAH) ibu yang selalu sabar, terimakasih atas segala cinta, kasih sayang yang amat sangat tulus untukku. Doa yang selalu ibu panjatkan untuk kebaikan dan kebahagianku. ibu inspirasiku, motivasiku, dan guru terbaikku,
         Saudara-saudaraku tercinta (ARMAH): kakak terbaikku, kakak superku yang menjadi teladan bagiku, kakakku tempat curhatku, yang selalu memotivasi dan menyemangatiku. (SUMANTIA, MUSTAFA, UBAIDAH, ATTAIBUN) Kakak yang selalu menyemangati Dan melindungiku dan memberiku kontribusi. (HASANAH) adik tersayangku, adik penyemangatku, inspirasiku, pendorong agar kakak menjadi lebih dewasa lagi, tempat untuk tertawa riang gembira.
         Kakak iparku yang paling baik (JUNAIDIN, NURHAYATI) yang selalu menyemangati, membagikan ilmunya dan memberiku konstribusi.
         Keponakan-keponakan ku yang lucu-lucu dan imut-imut (FIKRI, ELFINA, FATIR, INSYIRAH, SOBIYAH) yang selalu memberiku semangat dan keceriaan dalam hidupku
         Bapak Junaidin, S.Pd., M.Pd dan HJ. Mas’ad. S.pd., M.Si   yang selalu
          sabar dalam membimbing atas penyelesaian skripsi ini.
         Dan semua dosen-dosen geografi yang sudah membagikan ilmunya yang bermanfaat
         Sahabat-sahabatku tercinta Ar’imah, Hajria, Evi mariah, Nining indrawati, terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik untukku. Suka duka yang kita alami bersama akan tersimpan rapi dimemoriku.
         Seluruh teman-teman seperjuangan baik teman PPL, KKN dan teman-teman kelas A Geografi yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini .
         Dan yang terakhir untuk ALMAMATER kebanggaanku..
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ iv
MOTTO.................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................. vi
ABSTRAK.............................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN.................................................................................................. viii
DAFTAR ISI............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xv
BAB 1      PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang..................................................................................................... 1
2.1Rumusan Masalah................................................................................................ 5
3.1Tujuan Penelitian.................................................................................................. 6
4.1Manfaat penelitian............................................................................................... 6
BAB II      TINJAUAN PUSTAKA
2.1Penelitian yang Relevan....................................................................................... 7
2.2Kajian  Teori......................................................................................................... 9
2.2.1 Tinjauan tentang Teori Kependudukan ........................................................... 9
2.2.3 Alih Fungsi Lahan........................................................................................... 11
2.2.4 Lahan Pertanian.............................................................................................. 12
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan.................................. 12
2.2.6 Teori Tanah Sebagai Lahan Pertanian............................................................. 15
2.2.7 Teori David Ricardo....................................................................................... 17
2.2.8 Teori Produksi................................................................................................. 18
2.2.9 Dampak Alih Fungsi Lahan............................................................................ 21
2.3Kerangka Berpikir............................................................................................... 22
BAB III    METODE PENELITIAN
3.1  Rancangan Penelitian........................................................................................ 25
3.2  Lokasi Penelitian............................................................................................... 26
3.3Jenis dan Sumber Data........................................................................................ 27
3.4.1Jenis Data......................................................................................................... 27
3.4.2Sumber Data.................................................................................................... 27
3.4Metode Pengumpulan Data................................................................................ 28
3.4.1Metode Observas............................................................................................. i28
3.4.2Metode wawancara.......................................................................................... 29
3.4.3Metode Dokumentasi....................................................................................... 30
3.5 Metode Penentuan Informan............................................................................. 30
3.6Instrumen Penelitian........................................................................................... 33
3.7Tekhnik analisis Data.......................................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1Reduksi data Penelitian ..................................................................................... 36
4.1.1 pelaksanaan penelitian..................................................................................... 36
4.1.2 gambaran umum lokasi penelitian .................................................................. 36
4.1.3 Kondisi ekonomi............................................................................................. 38
4.1.4 Kondisi  Sarana dan parasarana...................................................................... 39
4.1.5 Kondisi Sosial................................................................................................. 40
4.2 Data display/penyajian data............................................................................... 42
4.3Kesimpulan/verifikasi data.................................................................................. 49

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan ............................................................................................................ 53
5.2Saran................................................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


  







DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rekapitulasi jumlah subjek penelitian berdasarkan informan...........    32
Table 4.1  Jumlah penduduk menurut mata pencaharian...................................    38
Tabel 4.2  Sarana Pendidikan.............................................................................    39
Tabel 4.3   Sarana  kesehatan.............................................................................    40
Tabel 4.4  Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Karang Bongkot Kabupaten  
                  Lombok Barat Tahun 2016................................................................  41
Tabel 4.5  Jumlah penduduk menurut usia..........................................................   42
Table 4.6  Daftar nama-nama informan..............................................................   42






DAFTAR GAMBAR


Gambar 1.1  skema kerangka Berpikir.............................................................24
Gambar 2.1  Alur pengolaha data menurut Miller dan Humberman.................. 35




  



DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1      :Dokumentasi 
Lampiran 2      :Ijin penelitian dari fakultas
Lampiran 3      :Ijin penelitian dari BAPEDA
Lampiran 4      :Surat keterangan penelitian dari Kantor Desa Tempat   melakukan        penelitian


 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian serta adanya potensi yang besar membuat sektor ini perlu mendapatkan perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. Potensi itu misalnya pada saat ini harga komoditas pertanian seperti beras, jagung kedelai di dunia yang semakin meningkat, serta sektor pertanian yang tidak mudah terkena dampak krisis ekonomi dunia. Oleh sebab itu pembangunan pertanian perlu ditingkatkan untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih efisien.
Pada masa Orde Baru sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang paling besar dalam sumbangannya terhadap pendapatan nasional. Hal tersebut bisa terjadi karena kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang sangat mendukung kemajuan sektor pertanian. Kebijakan tersebut tercantum dalam rencana pembangunan lima tahun (REPELITA) satu dan dua. Dalam kebijakan tersebut sektor pertanian menjadi prioritas yang paling utama dalam pembangunan bangsa Indonesia. Bentuk dari kesuksesan kebijakan tersebut adalah pada tahun 1984 Negara Indonesia mengalami ketahanan pangan yang cukup kuat, dan dapat melakukan ekspor hasil pertanian seperti beras ke luar negeri.
Menurut Bambang Irawan dan Supena Friyanto (2002:23) ada dua faktor kunci keberhasilan pencapaian swasembada beras tersebut yaitu meningkatnya produktivitas usahatani karena perbaikan teknologi usahatani, serta tersedianya anggaran pemerintah yang cukup karena oil boom untuk membiayai berbagai proyek dan program pengembangan teknologi usahatani serta proses sosialisasinya di tingkat petani serta pengembangan infrastruktur pertanian seperti irigasi, lembaga penyuluhan, dan sebagainya. Akan tetapi perubahan kebijakan dari pemerintah yang beralih ke peningkatan industri yang bersifat foot lose, yang semula pada sektor pertanian, membuat sektor ini kembali mengalami penurunan.
Mulai sekitar tahun 2011 sampai tahun 2016 sektor pertanian di Indonesia mengalami masa-masa sulit. Banyak permasalahan-permasalahan yang dihadapi, terutama perhatian pemerintah yang kurang dan lebih mementingkan sektor industri untuk peningkatan ekonomi. Akibat dari kurangnya perhatian dari pemerintah, kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan Negara menurun walaupun masih tetap tinggi.
Mulai terpinggirkan sektor pertanian ternyata memberikan masalah tersendiri, Implikasi dari semakin pesatnya sektor perdagangan dan perumahan ini mengakibatkan banyak pengalihan fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Banyak lahan-lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi bangunan-bangunan fisik seperti jalan, perumahan, dan lain-lain. Selain itu peningkatan jumlah penduduk yang terjadi juga mengakibatkan banyak lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi perumahan-perumahan, baik itu yang dikembangkan oleh investor maupun perumahan sendiri.
Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat yang terjadi di Karang Bongkot BTN BHP Lombok Barat ini menuntut adanya pembangunan berbagai infrastruktur sehingga permintaan lahan pertanian yang ada menjadi cukup besar. Akibatnya banyak lahan pertanian yang beralih fungsi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu terjadinya alih fungsi lahan juga mungkin di karenakan kurangnya insentif atau perhatian sektor pertanian ini oleh pemerintah, sehingga masyarakat beralih ke sektor lainnya seperti sektor perumahan. Diakibatkan oleh adanya celah pada peraturan pemerintah. Kebanyakan pemerintah kurang memberikan sanksi yang tegas terhadap alih fungsi lahan tersebut. Selain itu kurangnya pengawasan dan kontrol dari pemerintah juga menyebabkan semakin besarnya alih fungsi lahan ke non pertanian. Dengan peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun yang terjadi di karang bongkot BTN Labuapi menuntut jumlah produksi pangan yang semakin banyak. Sementara disisi lain pertumbuhan ekonomi menuntut adanya permintaan jumlah lahan untuk pembangunan infrastruktur. Padahal peningkatan produktifitas sangat dipengaruhi oleh besarnya lahan yang digunakan. Disini faktor lahan pertanian mempunyai pengaruh yang sangat penting, sehingga jika keberadaanya menurun maka akan mengganggu jumlah produksi pangan yang ada. Sahid Susanto (2008:5)
mengatakan lahan sawah beririgasi mempunyai peran utama dalam menjaga stabilitas suplai pangan khususnya beras, meningkatkan fungsi ekologis, menciptakan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat pedesaan, wahana pembentuk peradaban masyarakat berbasis agraris. Sebenarnya tidak hanya kerawanan pangan yang akan diakibatkan oleh adanya alih fungsi lahan pertanian. Masalah lainnya antara lain akan terjadi penurunan kualitas lingkungan seperti penurunan kualitas air tanah, pencemaran dan lain sebagainya.      
Berdasarkan pengamatan awal penelitian bahwa Desa Karang Bongkot  BTN BHP merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat yang memiliki sistem pertanian yang sudah baik. Hal ini dikarenakan selain jenis tanah yang subur untuk pertanian, jumlah lahan pertanian di desa tersebut cukup luas.
Dari uraian yang dikemukakan di atas, dengan hal-hal yang berkaitan dengan masalah, Yang mempengaruhi Alih fungsi Lahan Pertanian di Karang Bongkot BTN BHP Kabupaten Lombok Barat maka Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor yang Mempengaruhi  Alih Fungsi Lahan Pertanian di Karang Bongkot BTN Bumi Harapan Permai (BHP)  Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat 2016”.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut: “Apa saja faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Karang Bongkot BTN BHP Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat”?        
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yaitu: Untuk Mengetahui Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Karang Bongkot BTN BHP Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
1.4 Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang ingin di ciptakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah manfaat yang di tinjau dari dua segi yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1.      Manfaat Teoritis
a)         sebagai sumber informasi terkait dengan masalah Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian  di Desa Karang Bongkot BTN BHP (Bumi Harapan Permai).
b)        Sebagai refrensi bagi peneliti lain yang berminat pada masalah yang sama.
c)         Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti itu sendiri.
2.      Manfaat praktis
a)      Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian yang akan datang.
b)      Hasil penelitian ini di harapkan memberikan masukan kepada lembaga-lembaga pemerintah agar lebih berhati-hati dalam memberikan ijin kepada para pengusaha jika mendirikan sebuah usaha seperti perumahan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Penelitian yang Relevan
1.      Dalam penelitian Anugrah, Fanny. 2005. “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang.” Skripsi S1 Jurusan Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas pertanian Institut Pertanian Bogor. Dalam Skripsi tersebut dijelaskan bahwa analisis faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Kabupaten Tangeran, faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain banyaknya jumlah penduduk, jumlah industri yang ada di Kabupaten Tangerang, dan jumlah pendapatan domestik regional bruto (PDRB). Kombinasi dari ketiga faktor tersebut diperkirakan akan mempengaruhi jumlah alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian.
2.      Dewi, Ni Putu Martini. 2008. “Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bandung”. Denpasar: Buletin Studi Ekonomi. Dalam skripsi tersebut dijelaskan bahwa dengan adanya alih fungsilahan memang secara mikro mengurangi jumlah produksi padi para petani. Akan tetapi secara keseluruhan alih fungsi lahan tersebut tidak menimbulkan bahaya kariwan pangan di Kabupaten Demak, ini terbukti dengan surplus beras yang terjadi di Kabupaten Demak. Dan alih fungsi lahan dapat menyebabkan pengangguran-pengangguranbaru di sektor pertanian, hal ini dikarenakan pada waktu terjadi alih fungsi lahan ke sektor non pertanian maka sebagian orang akan kehilangan mata pencaharian baru. Sementara sektor lain belum tentu dapat menerimanya karena kurangnya keahlian yang ada. Jumlah angka kemiskinan penduduk yang bekerja di sektor pertanian dapat bertambah karena adanya alih fungsi lahan. Ini terjadi karena sebagian dari mereka akan kehilangan mata pencahariaanya. Sehingga pendapatan mereka secara otomatis juga akan hilang.
Berdasarkan uraian diatas, bahwa penelitian sekarang berbeda dengan penelitian terdahulu dalam penelitian sekarang dijelaskan Mengenai analisis faktor yangmempengaruhi  alih fungsi Lahan pertanian di karang bongkot BTN Bumi Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat 2016, sehingga diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintahan dan masyarakat yang ada di desa Karang Bongkot untuk tetap memperhatikan dampak dari faktor yang mempengauhi alih fungsi lahan karena faktor dari alih fungsi lahan akan menyebabkan kekurangan bahan pangan, tingginya angka pengangguran bagi masyarakat tani. Jadi diharapkan kepada masyarakat yang memiliki lahan pertanian agar mempertimbangkan kembali ketika invektor datang membeli lahan untuk dijadikan perumahan supaya akhirnya tidak berimbas pada masyarakat itu sendiri.




2.2    Kajian  Teori
2.2.1 Tinjauan tentang Teori Kependudukan
Dalam bukunya Deliarnov (2005:38), menurut Malthus dalam bukunya yang berjudul principles of population menyebutkan bahwa perkembangan manusia lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia. Malthus salah satu orang yang pesimis terhadap masa depan manusia. Hal itu didasari dari kenyataan bahwa lahan pertanian sebagai salah satu faktor produksi utama jumlahnya tetap. Kendati pemakaiannya untuk produksi pertanian bisa ditingkatkan, peningkatannya tidak akan seberapa. Di lain pihak justru lahan pertanian akan semakin berkurang keberadaanya karena digunakan untuk membangun perumahan, pabrik-pabrik serta infrastruktur yang lainnya. Karena perkembangannya yang jauh lebih cepat dari pada pertumbuhan hasil produksi pertanian, maka Malthus meramal akan terjadi malapetaka terhadap kehidupan manusia. Malapetaka tersebut timbul karena adanya tekanan penduduk tersebut. Sementara keberadaan lahan semakin berkurang karena pembangunan berbagai infrastruktur. Akibatnya akan terjadi bahaya pangan bagi manusia.
Salah satu saran Malthus agar manusia terhindar dari malapetaka karena adanya kekurangan bahan makanan adalah dengan kontrol atau pengawasan atas pertumbuhan penduduk. Pengawasan tersebut bisa dilakukan oleh pemerintah yang berwenang dengan berbagai kebijakan misalnya saja dengan program keluarga berencana. Dengan adanya pengawasan tersebut diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan penduduk, sehingga bahaya kerawanan pangan dapat teratasi. Kebijakan lain yang dapat diterapkan adalah dengan menunda usia kawin sehingga dapat mengurangi jumlah anak.
Malthus dalam Michael Todaro (1995:39) berpendapat bahwa pada umumnya penduduk suatu negara mempunyai kecenderungan untuk bertambah menurut suatu deret ukur yang akan berlipat ganda tiap 30-40 tahun. Pada saat yang sama karena adanya ketentuan pertambahan hasil yang semakin berkurang (deminishing return) dari suatu faktor produksi yang jumlahnya tetap maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung. Hal ini karena setiap anggota masyarakat akan memiliki lahan pertanian yang semakin sempit, maka kontribusi marjinalnya atas produksi pangan akan semakin menurun. Dari pernyataan Malthus tersebut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan pangan yang ada tidak akan dapat memenuhi kebutuhan hidup seluruh manusia karena keterbatasan lahan pertanian. Akan tetapi disini Malthus melupakan hal yang paling penting yaitu kemajuan teknologi.
Dengan adanya teknologi maka dapat meningkatkan produktivitas pangan.Tapi sekarang ini masalah yang sedang dihadapi adalah semakin banyaknya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, sehingga walaupun teknologi yang digunakan sudah cukup maju tapi dengan lahan yang semakin berkurang maka produktivitas juga mulai terganggu. Hal inilah yang dapat menyebabkan ketahanan pangan di Indonesia mulai terganggu.
2.2.3 Alih Fungsi Lahan
Menurut Fauziah (2005:42) bahwa alih fungsi lahan yang terjadi di Indonesia bukan hanya karena peraturan perundang-undangan yang tidak efektif, baik itu dari segi substansi ketentuannya yang  tidak jelas dan tegas, maupun penegakannya yang tidak didukung oleh pemerintah sendiri sebagai pejabat yang berwenang memberikan izin pemfungsian suatu lahan. Tetapi juga tidak didukung oleh tidak menariknya sektor pertanian itu sendiri. Langka dan mahalnya pupuk, alat-alat produksi lainnya, tenaga kerja pertanian yang semakin sedikit, serta diperkuat dengan harga hasil pertanian yang fluktuatif, bahkan cenderung terus menurun drastis mengakibatkan minat penduduk (atau pun sekedar mempertahankan fungsinya) terhadap sektor pertanian pun menurun.
Menurut Irawan (2005:43), ada dua hal yang mempengaruhi alih fungsi lahan. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.

2.2.4        Lahan Pertanian
Lahan pertanian mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kelangsungan hidup manusia. Manfaat itu tidak hanya dari sektor ekonomi saja, tapi juga sektor lainnya seperti lingkungan, biologis. Oleh sebab itu dengan semakin banyaknya jumlah alih fungsi lahan yang terjadi selama ini akan menimbulkan berbagai permasalahan.
Menurut Irawan (2005:57) bahwa manfaat lahan pertanian dapat dibagi menjadi 2 kategori. Yang pertama use values atau nilai penggunaan yang dapat pula disebut sebagai personal use values. Manfaat ini dihasilkan dari hasil eksploitasi atau kegiatan usahatani yang dilakukan pada sumber daya lahan pertanian. Yang kedua adalah non use values yang dapat pula disebut sebagai intrinsic values atau manfaat bawaan. Yang termasuk kategori ini adalah berbagai manfaat yang tercipta dengan sendirinya walaupun bukan merupakan tujuan dari kegiatan eksploitasi dari pemilik lahan pertanian.

Dari teori di atas dapat diketahui bahwa manfaat lahan pertanian sangat besar untuk kelangsungan hidup manusia serta makhluk lainnya. Banyaknya alih fungsi lahan akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan alam.
2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Menurut Lestari (2009:41) alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lainyang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaanlain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.Winoto (2005:41) mengemukakan bahwa lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi lahan adalah lahan produktif sawah. Hal tersebut disebabkan oleh :
1.         Kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih inggi.
2.          Daerah persawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan.
3.         Akibat pola pembangunan di masa sebelumnya. Infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering.
4.         Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu (terutama di pulau lombok) ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan.
Perubahan jenis lahan merupakan penambahan penggunaan jenis lahan di satu sektor dengan diikuti pengurangan jenis lahan di sektor lainnya. Atau dengan katalain perubahan penggunaan lahan merupakan berubahnya fungsi lahan pada periode waktu tertentu, misalnya saja dari lahan pertanian digunakan untuk lahan nonpertanian. Menurut Wahyunto (2001), perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Menurut Lestari (2009:28) proses alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan nonpertanian yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Ada tiga faktor penting yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu:
1.         Faktor Eksternal.
Merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, demografi maupun ekonomi.
2.         Faktor Internal.
Faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial-ekonomi rumah tangga pertanian pengguna lahan.
·      Jumlah tanggungan keluarga,
·      Pendidikan
·      Pendapatan
·      kesehatan
3.         Faktor Kebijakan.
Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lahan pertanian. Kelemahan pada aspek regulasi atau peraturan itu sendiri terutama terkait dengan masalah kekuatan hukum, sanksi pelanggaran, dan akurasi objek lahan yang dilarang dikonversi.
Dengan adanya faktor-faktor tersebut menyebabkan perkembangan alih fungsi lahan pertanian semakin luas. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena jumlah lahan pertanian di Negara kita terbatas, sementara jumlah produksi pangan setiap tahunnya dituntut untuk lebih tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk yang ada. Jika permintaan pangan tersebut tidak bisa dipenuhi biasanya pemerintah akan mengambil jalan melalui kebijakan impor beras seperti pada tahun ini.
Alih fungsi lahan ke sektor non pertanian dapat terjadi karena para petani merasa pendapatan yang di dapatkan dari hasil pertanian dirasa kurang. Ini bias terjadi, karena semakin lama tingkat kesuburan lahan pertanian yang semakin berkurang. Apa lagi jika di daerah tersebut sektor industri terus mengalami peningkatan. Perkembangan sektor industri akan menarik  penduduk dari luar kota untuk datang ke kota tersebut, sehingga pertumbuhan penduduk juga akan mengalami peningkatan. Karena kedua faktor tersebut jumlah alih fungsi lahan terus bertambah.
Karena adanya faktor tersebut sewa lahan (land rent) pada suatu daerah akan semakin tinggi. Menurut Barlowe (dalam Fanny Anugrah K, 2005) sewa ekonomi lahan mengandung pengertian nilai ekonomi yang diperoleh suatu bidang lahan bila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Urutan besaran ekonomi lahan menurut penggunaannya dari berbagai kegiatan produksi ditunjukkan sebagaiberikut: (1). Industri manufaktur (2). Perdagangan (3). Pemukiman (4). Pertanian intensif  (5). Pertanian ekstensif
2.2.6 Teori Tanah Sebagai Lahan Pertanian
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang jumlahnya terbatas. Tanah menjadi sangat penting karena keberadaanya dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia dalam melakukan kegiatannya. Tanah sebagai lahan pertanian merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting perannya dalam pertanian jika dibandingkan dengan faktor produksi yang lain. Jika tidak ada lahan, maka tidak akan ada pertanian. Hal ini dikarenakan lahan tersebut merupakan tempat dimana pertanian tersebut dapat berjalan. Permintaan akan tanah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, hal ini yang mengakibatkan harga tanah semakin tinggi. Umumnya tingginya permintaann tersebut seiring dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah besar. Selain itu banyak juga lahan pertanian yang beralih fungsi sebagai pabrik industri, hal ini yang mengakibatkan harganya terus mengalami kenaikan.
Pada dasarnya penggunaan tanah yang ada sekarang ini digunakan untuk sector pertanian. Akan tetapi seiring kemajuan jaman banyak lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi tanah non pertanian. Banyak para ahli ekonomi yang menuliskan teori mereka terhadap pentingnya tanah. Dalam bukunya Deliarnov (2005:48) menurut Mazhab Fisiokratis yang dipelopori oleh Quesnay mengatakan bahwa hukum ekonomi yang bersesuaian dengan hukum alam ini menjadikan alam.
Dalam hal ini adalah tanah sebagai satu-satunya sumber kemakmuran bagi rakyat. Menurutnya kegiatan industri dan perdagangan dinilai tidak produktif, karena kegiatan industri hanya mengubah bentuk dan sifat barang, begitu juga dengan perdagangan yang dinilai hanya memindahkan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Menurut Quesnay kaum petani paling produktif, oleh karena itu diamenganjurkan agar kebijakan yang diambil pemerintah harus ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup para petani. Dari teori yang dikemukakan oleh Quesnay tersebut mengandung pengertian bahwa para petani harus mendapatkan perhatian yang khusus dari pemerintah agar proses produksi pertanian dapat meningkat. Perhatian tersebut misalnya saja dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada kaum petani, serta mencegah terjadinya alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian. Ini dimaksudkan agar proses produksi tidak terganggu. Hal ini dikarenakan petanilah yang mempunyai produktifitas paling tinggi menurut Quesnay dalam bukunya Deliarnov (2005:48).
2.2.7 Teori David Ricardo
Dalam bukunya Mubyarto (1972:48) Ricardo dalam teori mengenai sewa tanah differensial mengatakan bahwa tinggi rendahnya sewa tanah adalah disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, makin subur tanah maka makin tinggi sewa tanah. Hal ini dapat dimengerti bahwa dengan tanah yang subur, maka perkembangantanaman itu menjadi semakin cepat, jumlah pupuk yang dibutuhkan juga lebih sedikit, dan akhirnya hasil yang didapatkan pada tanah yang subur akan lebih banyak. Dalam teorinya tentang sewa tanah Ricardo menjelaskan bahwa jenis tanah berbeda-beda. Ada yang subur, kurang subur hingga tidak subur sama sekali.
Dengan demikian untuk menghasilkan satu satuan unit produksi di perlukan biaya (biaya rata-rata dan biaya marjinal). Makin rendah tingkat kesuburan tanah makin tinggi pula biaya untuk mengolah tanah tersebut. Selain harga yang terus mengalami peningkatan, masalah lainnya bahwa tanah pertanian banyak yang mengalami perpecahan dan perpencaran.
Mubyarto (1972:51) berpendapat bahwa perpecahan dan perpencaran tanah dapat ditimbulkan oleh macam-macam sebab misalnya jual beli, pewarisan serta hibah perkawinan dan system penyakapan. Pada saat ini harga tanah berbanding lurus dengan harga bahan pangan yang ada. Semakin tinggi harga pangan, maka akan semakin tinggi pula harga tanah yang di beli suatu petani.

Selain itu tanah di sektor industri dihargai jauh lebih mahal dari pada sektor pertanian, oleh sebab itu sekarang ini semakin banyak alih fungsi lahan dari sektor pertanian ke non pertanian. Akan tetapi pada saat ini harga tanah sangat ditentukan juga oleh lokasi dimana tanah itu berada. Jika tanah berada di lokasi yang strategis seperti di pinggir jalan bisa mempunyai harga yang lebih tinggi dari pada tanah yang berada di pedalaman.Walaupun mungkin tanah yang di pedalaman lebih subur jika dibandingkan tanah yang di pinggir jalan. Akan tetapi untuk kasus di Desa Karang Bongkot, kebanyakan memiliki tingkat kesuburan tanah yang relatif sama. Tapi dengan letak tanah yang berbeda-beda mengakibatkan harga pada tiap bidang tanah juga berbeda.
2.2.8 Teori Produksi
Teori produksi merupakan suatu teori yang menerangkan berbagai pemilihan alternatif di mana produsen mengatur penggunaan faktor-faktor produksi dengan efisien, sehingga keuntungan yang diperoleh oleh produsen dapat maksimal. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dengan mengubah input atau masukan menjadi output atau keluaran (Nicholson: 2002:50). Hal ini mempunyai implikasi bahwa suatu produksi meliputi semua kegiatan untuk menciptakan/menambah nilai/guna suatu barang/jasa. Analisis kegiatan produksi suatu perusahaan dikatakan berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi tersebut dianggap tetap jumlahnya.
Dalam jangka panjang semua faktor produksi yang dipakai dapat mengalami perubahan, yang berarti bahwa setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan perusaan tersebut. Dengan penambahan tersebut maka jumlah produksi juga akan semakin banyak sehingga bias meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh. Kegiatan produksi dalam jangka panjang merupakan suatu produksi dimana tidak hanya output saja yang mengalami perubahan, akan tetapi mungkin semua input dapat diubah dan hanya teknologi dasar produksi yang tidak mengalami perubahan (Nicholson, 2002:50). Banyak input-input yang dalam jangka pendek seperti misalnya tenaga kerja, modal tidak bisa ditambah, akan tetapi di dalam jangka panjang input-input tersebut dapat ditambah oleh perusaan jika memang diperlukan. Produksi merupakan muara dari semua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Produksi akan berjalan dengan lancar jika didukung oleh pemenuhan input yang sesuai. Tanpa adanya input, maka proses produksi tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Perusahaan akan memaksimalkan produksi dengan menggunakan input-input yang tersedia.
Dengan memaksimalkan produksi tersebut, maka nilai keuntungan yang akan diperoleh juga semakin tinggi. Disini hasil produksi sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor di dalam produksi tanaman pangan seperti padi adalah ketersediaannya lahan yang cukup. Akan tetapi pada sekarang ini di Karang Bongkot BTN BHP Kabupaten Lombok Barat banyak lahan-lahan pertanian yang beralih fungsi ke sektor non pertanian sehingga mengakibatkan proses produksi menjadi terganggu. Hal yang sekarang bias kita lihat akibat terganggunya proses produksi tersebut adalah kurangnya bahan makanan seperti beras pada saat musim tertentu, misalnya saja pada akhir atau awal tahun.
Di mana musim panen belum tiba, tapi stok beras di dalam Negeri sudah habis. Ini yang kemudian mengakibatkan pemerintah melakukan impor beras dari luar Negeri yang besarnya pada tahun ini mencapai 1.4 juta ton. Fungsi produksi dalam ilmu ekonomi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bukunya Sukirno (2005:54) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor produksi dikenal sebagai input, sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan perusahaan disebut sebagai output.
Tanah merupakan salah satu fungsi produksi yang jumlahnya terbatas. Apabila banyak tanah pertanian yang beralih fungsi ke non pertanian hal ini tentunyaakan menyebabkan penurunan produksi pertanian. Ini dapat terjadi karena input yang digunakan untuk proses produksi tersebut berkurang, sehingga hasil yang akan didapatkan juga akan semakin menurun. Dalam teori produksi dikenal dengan istilah The Law Deminishing of Returnatau hasil yang semakin berkurang. Dalam hukum ini menjelaskan bahwa bila satu macam input ditambah penggunaannya sedang input-input lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah.
2.2.9 Dampak Alih Fungsi Lahan
Seperti penjelasan di atas, dampak alih fungsi lahan pertanian antara lain sistem ketahanan pangan yang akan menjadi terganggu. Secara umum di karang Bongkot  memiliki ketahanan pangan yang baik, karang Bongkot  menyangga 16% ketahanan pangan nasional dengan surplus beras sebesar 2,6 juta ton menurut Kepala desa Karang Bongkot BTN BHP. Dengan adanya alih fungsi lahan yang sekarang ini banyak terjadi di daerah bukan tidak mungkin Karang Bongkot yang tadinya surplus beras menjadi kekurangan beras. Menurut pandangan saya terkonsentrasinya pembangunan perumahan di Karang Bongkot, di satu sisi menambah terbukanya lapangan kerja di sektor nonpertanian seperti jasa konstruksi, akan tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang kurang menguntungkan. Dampak negatif tersebut antara lain:
a.         Berkurangnya luas sawah yang mengakibatkan turunnya produksi padi yang mengganggu tercapainya swasembada pangan dan timbulnya kerawananm pangan serta mengakibatkan bergesernya lapangan kerja dari sektor pertanian ke nonpertanian. Apabila tenaga kerja tidak terserap seluruhnya akan meningkatkan angka pengangguran.
b.         Investasi pemerintah dalam pengadaan prasarana dan sarana pengairan menjadi tidak optimal pemanfaatannya.
c.         Berkurangnya ekosistem sawah terutama di Karang Bongkot BTN BHP tidak menunjukkan dampak positif. Selain dampak tersebut dengan adanya alih fungsi lahan dari sektor pertanianke non pertanian juga bisa menyebabkan timbulnya berbagai bencana seperti banjir, tanah longsor, kekeringan. Ini dikarenakan kurangnya daerah resapan air karena banyak berdirinya bangunan-bangunan yang tadinya merupakan lahan pertanian.


2.3    Kerangka Berpikir
Tanah merupakan sumberdaya strategis yang memiliki nilai secara ekonomis. Saat ini, jumlah luasan tanah pertanian tiap tahunnya terus mengalami pengurangan. Berkurangnya jumlah lahan pertanian ini merupakan akibat dari adanya peningkatan jumlah dan aktivitas penduduk serta aktivitas pembangunan. Hal tersebut mengakibatkan permintaan akan lahan pun meningkat. Pada akhirnya, terjadilah konversi lahan pertanian ke non pertanian seperti perumahan, industri, dan lain sebagainya untuk memenuhi permintaan yang ada. Konversi lahan yang terjadi tidak lepas dari kepentingan berbagai pihak seperti pemerintah, swasta dan komunitas (masyarakat).
Yang dimaksud dengan konversi lahan oleh petani dalam penelitian ini adalah petani yang menjual tanah pertanian miliknya kepada pihak lain, dimana pihak lain yang membelitanah tersebut menggunakannya untuk fungsi nonpertanian. Dalam hal ini tanah tersebut digunakan untuk perumahan. Merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini diduga bahwa ada faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengkonversi lahan pertaniannya. Faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat pendapatan rumah tangga petani, produktivitas lahan, dan status lahan. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi keputusan petani dalam mengkonversi lahan pertaniannya yaitu kebijakan pemerintah (pajak tanah) dan harga lahan.
Sumber : Anugrah, Fanny. 2005
  BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Riyanto, (2001:23) penelitian deskriftif adalah “penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu”. Dengan demikian, tujuan metode penelitian ini adalah menggambarkan (mendeskripsikan) secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan akurat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dalam penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif untuk menjelaskan Analisis faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Karang Bongkot BTN Bumi Harapan Permai (BHP) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dengan tema Analisis faktor yang mempengaruhi alih fungsi Lahan Pertanian di Desa Karang Bongkot BTN BHP Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat 2016. Adapun gambaran Lokasi Penelitian Berbatasan dengan:
1.   Sebelah Utara    Jalan raya
2.   Sebelah Selatan  Area persawahan penduduk
3.   Sebelah Barat     Pemukiman penduduk
4.   Sebelah Timur    Polsek Labuapi
Oleh karena itu Desa Karang Bongkot Merupakan Desa yang memiliki lahan pertanian yang subur. Dengan alasan karena peneliti cukup mengenal krakteristik subjek dan obyek penelitian dengan baik, disamping itu lokasi peneliti juga dekat dengan tempat tinggal peneliti, juga karena keterbatasan biaya, waktu dan tenaga.
3.3      Jenis dan Sumber Data
3.4.1    Jenis Data
Dalam melakukan penelitian harus bisa memahami jenis data sehingga mencari metode apa yang sesuai dengan data yang diperoleh. Jenis data dalam penelitian ini, menjadi sangat mendasar untuk diklasifikasikan, mengingat kedua masalah ini akan melandasi kegiatan selanjutnya. Pemahaman jenis data adalah suatu hal yang mutlak dalam penelitian. Hal ini cukup beralasan karena dengan mengetahui data tersebut peneliti dapat mencari metode yang paling cocok sehubungan dengan jenis data yang tersedia. Jenis data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian pada hakikatnya dapat dibagi menjadi dua bagian pokok, yakni jenis data kualitatif dan jenis data kuantitatif seperti yang tertuang dalam pendapat berikut ini :
a.    Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan karakteristik berwujud pernyataan atau berupa kata-kata.
b.    Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka atau hitungan statistik, (Ridwan, 2005:25)
Adapun jenis data dalam penilitian ini adalah data kualitatif yaitu faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan.
3.4.2    Sumber Data
Sumber data adalah subyek dari mana data diperoleh (Arikunto, 172:2010). Adapun sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan  data sekunder.
a.       Data Primer
Yaitu data yang diperoleh dengan observasi dan  wawancara langsung dengan informan yaitu masyarakat dan kepala Desa Karang Bongkot mengenai Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian.
b.      Data Sekunder
Yaitu data  yang diperoleh dari Dinas atau Instansi yang ada kaitannya  dengan penelitian ini dokument atau informasi tertulis mengenai data Faktor yang mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian.
3.4      Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2006). Untuk memperoleh data tentang Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Desa Karang Bongkot BTN BHP (Bumi Harapan Permai) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat. Maka diperlukan teknik atau metode yang terarah sehingga dapat memberikan kesesuaian tujuan penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1   Metode Observasi
Nasution (1988:34) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Data itu dikumpulkan dan sering dengan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas. Metode ini digunakan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap obyek untuk memperoleh gambaran nyata sebagai bahan pengamatan dan bahan perbandingan hasil melalui penulusuran dokumen autentik dan akurat lainnya.
3.4.2   Metode Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka (seabanik dkk, 2009:131).
Wawancara terdiri atas beberapa jenis yaitu sebagai berikut:
a.       Wawancara terstruktur yaitu wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya telah dipersiapkan seperti menggunakan pedoman wawancara.
b.      Wawancara semistruktur yaitu wawancara yang sudah cukup mendalam karena ada penggabungan antara wawancara yang berpedoman pada pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan dan pertanyaan yang lebih luas dan mendalam dan mengabaikan pedoman yang sudah ada.
c.       Wawancara tidak terstrukur, yaitu wawancara yang lebih bebas, lebih mendalam dan menjadikan pedoman wawancara sebagai pedoman umum dan garis-garis besarnya saja.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur dimana wawancara bersifat luwes tanpa teks yang harus diikuti. Wawancara ini memakai kata-kata pertanyaan yang dapat diubah saat wawancara, dengan penyesuian kebutuhan dan situasi wawancara dengan catatan tidak menyimpang dari informasi yang dibutuhkan untuk penelitian ini.
Pengumpulan data dengan teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan keterangan  dari informan tentang. Faktor Apa sajakah yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Desa Karang Bongkot BTN BHP (Bumi Harapan Permai) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
3.4.3   Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis (Arikunto, 2003:42). Dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal atau variabel yang merupakan catatan, buku, surat kabar, majalah, agenda, foto-foto lain yang berhubungan dengan masalah penelitian
Metode dokumentasi yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu untuk melengkapi data-data dari data wawancara data pengamatan yang dilakukan mengenai Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pertanian di Desa Karang Bongkot BTN BHP (Bumi Harapan Permai) Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.

3.5 Metode Penentuan Informan
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi tetapi oleh (Spradley dalam Sugiyono, 2011) dinamakan “sosial situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara mendalam dengan orang-orang tertentu.
Beberapa jumlah informasi dalam penelitian belum dapat diketahui sebelum peneliti melakukan kegiatan pengumpulan data lapangan.Yang demikian dimaksud demi tercapainya kualitas data yang memadai sehingga sampai ke informan. Beberapa data tidak berkualitas lagi atau sudah mencapai titik jenuh karena tidak memperoleh informasi baru lagi.
Informan adalah orang yang dianggap mengetahui dengan baik terhadap masalah yang diteliti dan bersedia untuk memberikan informasi kepada peneliti. Dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, sebagai individu yang sangat penting, informan merupakan tumpuan pengumpulan data bagi peneliti dalam mengungkapkan permasalahan penelitian, (Arikunto, 2010:188)
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi tentang Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan di Desa Karang Bongkot.
Cara penentuan informan adalah dengan menggunakan Snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang ada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini di lakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang data digunakan sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semaki besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. Dengan pertimbangan tertentu, pertimbangan tertentu ini misalnya orang tertentu yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga memudahkan peneliti  menjelajahi obyek atau situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2011:219).
Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa, penentuan teknik sampel dalam penelitian menggunkan teknik Snowball sampling. Digunakan teknik Snowball sampling ini  karena informasi ini dianggap lebih tahu dan lebih paham terhadap masalah yang diteliti. Dan dapat memberikan data lebih lengkap, mereka ini adalah Kepala Desa beserta stafnya, masyarakat dan Kepala Dusun Karang Bongkot.
Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah
a.       Informan kunci
informan kunci adalah orang yang  mengetahui banyak mengenai data yang diperlukan peneliti. Yang menjadi informan kunci yaitu pemerintahan Desa yang meliputi Kepala Desa, sekertaris desa dan pegawainya.
b.      Informan biasa
informan  biasa adalah orang yang memberi informasi tetapi hanya sebagai pelengkap saja. Adapun yang menjadi  informan biasa dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Karang Bongkot. yang mampu memberikan keterangan tambahan terkait informasi dan konfirmasi mengenai Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Karang Bongkot.
Untuk lebih jelasnya Tabel berikut jumlah subjek penelitian yang di ambil seperti yang tertera di bawah ini.

Tabel 3.1: Rekapitulasi jumlah subjek penelitian berdasarkan informan
Subjek Penelitian
Jumlah Informan
Informan Kunci
4orang
Informan Biasa
3 orang
Total
  7 Orang
   Sumber: Data Sekunder Desa Karang Bongkot Tahun 2016
3.6  Instrumen Penelitian
Instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan untuk  wawancara, serta beberapa peralatan lainnya yang digunakan untuk observasi dan dokumentasi seperti kamera dan beberapa data yang diambil dari instansi terkait.
3.7 Tekhnik analisis Data
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2013:244) yaitu proses mencari dan menyusun acara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Pengolahan data-data dalam penelitian ini dilakukan dengan 4 tahap yaitu sebagai berikut:
a.       Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ini, peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan observasi dan dokumentasi.

b.      Reduksi Data
Reduksi data dapat dibartikan  sebagai proses pemilihan pemusatan penelitian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan dari pengumpulan data diperoleh baik dari hasil wawancara dan dokumentasi kemudian peneliti melakukan pemilihan informasi yang diberikan dan memperbaiki kalimat atau penuturan subyek dan informan yang tidak sesuai dengan kaidah berbahasa indonesia karena ada juga subyek dan informan yang menggunakan bahasa daerah selama wawancara.
c.       Penyajian data/Data Display
Hasil reduksi data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian, singkat, bagan, hubungan antara kategori flowchart dan sejenisnya. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan-kesimpulan awal dari hasil pemahaman dan pengertian tersebut. Sajian data adalah sajian data kesimpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan (miles and Huberman, 1984:249)
d.      Kesimpulan/verifikasi Data
Penarikan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti- bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (miles and Huberman, 2014:252) dalam penarikan kesimpulan ini, penyusun mendasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian (Apriani, 28-29:2012).
Untuk lebih jelasnya akan disajikan mengenai alur pengolahan data menurut Miller dan Humberman pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Alur pengolaha data menurut Miller dan Humberman
Pengumpulan data
                                                                                   
Penyajian data
                  Reduksi data


          


                         

                                                                        Kesimpulan-kesimpulan:
                                                                         Penarikan/Verifikasi

Gambar Komponen dalam analisis data (interactive model)
(Miles dan Huberman, dalam Sugiyono. 2014: 247)

  BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Reduksi Data Penelitian
Reduksi data dapat diartikan  sebagai proses pemilihan pemusatan penelitian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data-data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan dari pengumpulan data diperoleh baik dari hasil wawancara dan dokumentasi.
4.1.1   Pelaksanaan  penelitian
          Penelitian ini dilaksanakan selama 1 (satu) bulan di Desa Karang Bongkot BTN Bumi Harapan Permai Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, tanggal 13 juni-10 juli 2016. Kendala-kendala yang dihadapi dalam melakukan penelitian ini sebagai berikut:
a.       Sulitnya mendapatkan informan untuk dimintai wawancara
b.      Susahnya mendapatkan teman yang mendokumentasi
c.       Sulitnya mendapatkan data dari kantor desa
4.1.2   Gambaran umum lokasi penelitian
            Desa Karang Bongkot merupakan salah satu desa dari  sepuluh desa di wilayah Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat dan berbatasan dengan wilayah:
Bagian Utara berbatasan dengan kelurahan Terong Tawah Kecamatan Labuapi Bagian Selatan berbatasan dengan kelurahan Suka Makmur Kecamatan Gerung Bagian Timur berbatasan dengan kelurahan Telagawaru Kecamatan Labuapi Bagian Barat berbatasan dengan kelurahan Perampuan Kecamatan Labuapi.
            Jaraknya  dengan ibu kota  Kabupaten Lombok Barat +8 Km dan dengan Ibu Kota Provinsi + 8 Km. Tinggi dari permukaan laut 8 mdpl. Curah Hujan 600-1500 Mm, Jumlah Bulan Hujan 4/5 bulan, kelembaban sedang, Suhu rata-rata harian 24-36 ºC (Data Monografi Desa Karang Bongkot, dikutip tanggal 14 Juni 2016).
            Jumlah penduduk Karang Bongkot tahun ini secara keseluruhan berjumlah 8.663 jiwa dengan jumlah laki-laki 4.326 jiwa dan perempuan 4.337 jiwa sedangkan tahun lalu jumlah keseluruhannya 6.587 jiwa dengan jumlah laki-laki 2.983 jiwa dan perempuan 3.604 adapun jumlah kepala keluarga/KK Tahun ini sebanyak 2.526 KK, dengan jumlah KK Laki-laki 2.232 KK dan Perempuan 294 KK, dan jumlah kepala keluarga/KK Tahun Lalu 1.885 KK dengan jumlah KK Laki-laki 1.611 KK dan perempuan 274 KK. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di Desa Karang Bongkot tejadinya pertumbuhan banyak penduduk sebanyak 30% yang menyebabkan terjadinya Alih fungsi Lahan belum lagi perumahan-perumahan yang belum ditempati. (profil perkembangan kependudukan Desa Karang Bongkot 2016).
  
4.1.3 Kondisi ekonomi
Tabel 4.1: jumlah penduduk menurut mata pencaharian :
No
Jenis
Jumlah
1
                     2
3
1
Petani
208 orang
2
Pegawai Negeri sipil
611 orang
3
Pengerajin
    4 orang
4
Pedagang
   52 orang
5
Buruh
192 orang
6
Peternak
   13 orang
7
Nelayan
     5 orang
8
Montir
  11 orang
9
Bidan swasta
    7 orang
10
Perawat swasta
    7 orang
11
Pembantu rumah tangga
   37 orang
12
Ojek
   12 orang
13
Kusir
    4 orang
14
TNI/Polri
     49 orang
15
Pengusaha kecil dan menengah
     48 orang
16
Pengacara
      5 orang
17
Notaris
      2 orang
18
Dukung kampung terlatih
      5 orang
19
Dosen swasta
                    13orang
20
Arsitektur
      4 orang
21
Guru swasta
    38 orang
22
Karyawan perusahaan swasta
    44 orang
No
                  Jenis
Jumlah
23
Karyawan perusaan pemerintah
 97 orang
Sumber : Profil  Desa Karang Bongkot 2016
Masyarakat  desa Karang Bongkot memiliki mata pencaharian pokok yaitu sebagai pegawai negeri sipil, petani dan buruh seperti yang ada pada tabel di atas, dimana masyarakat yang menjadi pegawai negeri sipil sejumlah 611 orang dan di susul masyarakat yang bekerja sebagai petani 208 orang, selanjutnya masyarakat yang bekerja sebagai buruh 192 orang dan yang terakhir masyarakat yang bekerja sebagi karyawan perusahaan pemerintahan 97 orang. Empat bidang ini yang paling mendominasi susunan mata pencaharian masyarakat desa Karang Bongkot Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat.
4.1.4   Kondisi Sarana Dan prasarana
Tabel 4.2 : Sarana Pendidikan
No
Jenis
Jumlah
1
2
3
  1
SMP/Sederajat
1 Unit
  2
SD/Sederajat
3 Unit
  3
TK
1 Unit
  4
PAUD
3 Unit
  5
TPA
Unit
 Sumber: Profil Desa Karang Bongkot 2016



Tabel 4.3: Sarana Kesehatan
No
Jenis
Jumlah
  1
2
3
2
Posyandu
1 Unit


Sumber: Profil Desa Karang Bongkot 2016
4.1.5 Kondisi Sosial
4.1.5.1 Tingkat Pendidikan
Keberhasilan pembangunan sangat tergantung dari tingkat pendidikan penduduk, oleh karena itu peningkatan tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator dalam penentuan pencampaian angka indeks pembangunan manusia (IPM) yang tinggi. pendidikan merupakan masalah yang cukup dijadikan barometer dalam melihat tingkat kemajuan suatu daerah, sementara maju mundurnya pendidikan tidak terlepas dari ketersediaan berbagai lembaga pendidikan beserta sarana dan prasarana seperti gedung sekolah pada bergai tingkat dengan berbagai fasilitas pendukung hingga tenaga pengajar. Kantor Desa (dikutip tanggal 14 juni 2016).
Tingkat pendidikat berkaitan dengan pengetahuan yang di miliki oleh masyarakat, yang selanjutnya  sangat di perlukan dalam hal pelaksanaan pekerjaan dan sikapnya atas pendidikan untuk menghadapi masa depan yang memiliki masalah yang lebih kompleks. Dengan pendidikan tergolong tinggi masyarakat akan dapat dengan mudah menyerap informasi dalam pelaksanaan pekerjaan dan mempunyai wawasan dalam pengembangan ekonomi keluarganya.
       Tabel 4.4
              Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Karang Bongkot
        Kabupaten Lombok Barat Tahun 2016

No.
Tingkat pendidikan
Laki-laki/Perempuan
1
2
3
1
Usia 3-6 Tahun yang sedang TK/Play group
217
2
Usia 18-56 Tahun pernah SD tetapi tidak tamat
350
3
Tamat SD/Sederajat
734
4
Tamat SMP/Sederajat
631
5
Tamat SMA/Sederajat
                2.215
6
Tamat D-1/Sederajat
    5
7
Tamat D-2/Sederajat
    5
8
Tamat D-3/Sederajat
   49
9
Tamat S-1/Sederajat
 817
10
Tamat S-2/Sederajat
   31
11
Tamat S-3/Sederajat
-
Sumber data :profil Desa (dikutip tanggal 14 juni 2016)
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Desa Karang Bongkot terbesar adalah sampai SMA/Sederajat, jumlah masyarakat yang sekolah sampai SD tetapi tidak tamat sebanyak 350, yang usia 3-6 tahun yang masih TK/Play group sebanyak 217, Masyarakat yang tamat SD sebanyak 734, masyarakat yang tamat SMP sebanyak 631  dan yang tamat SMA sebanyak 2.215. Sedangkan masyarakat yang sekolah sampai perguruan tinggi sebanyak 907 baik itu kelulusan D-3 sederajat sampai S-3 sederajat. Jadi tingkat pendidikan masyarakat Desa Karang Bongkot bisa tergolong lumayan tinggi, karena masyarakat yang sekolah sampai perguruan tinggi sebesar 907 orang.


Tabel.4.5 : Jumlah penduduk menurut usia
No
Golongn Umur
Jumlah
1
2
3
1
0-12 bulan
  42
2
1-5 tahun
802
3
6-10 tahun
888
4
11-25 tahun
                       2190
5
26-60 tahun
                       4191
6
61-75  tahun
 358
Sumber: Buku profil desa Karang Bongkot
Table 4.6 : Daftar nama-nama informan
No
Nama Informan
Umur
Pekerjaan
1
Pak Padelah S, IP
41 tahun
Kepela desa
2
Pak M. Soma Rima amin
34 tahun
Sekertaris Desa
3
Pak Ali Bakri
41 tahun
Staf Desa
4
H. Masturi
52 tahun
Kepala Dusun
5
Pak Sujaid
45 tahun
Masyarakat
6
Pak Ruslan
45 tahun
Masyarakat
8
Pak Hamali
60 tahun
Masyarakat
Sumber : Data Hasil Wawancara Penelitian

4.2      Data Display/ Penyajian data
Hasil reduksi data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian, singkat, bagan, hubungan antara kategori flowchart dan sejenisnya. Akhirnya peneliti menarik kesimpulan-kesimpulan awal dari hasil pemahaman dan pengertian tersebut. Sajian data adalah sajian data kesimpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan (miles and Huberman, 1984:249)  
Alih fungsi lahan dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
Winoto (2005:41) mengemukakan bahwa lahan pertanian yang paling rentan terhadap alih fungsi adalah sawah. Hal tersebut disebabkan oleh :
1.    Kepadatan penduduk di pedesaan yang mempunyai agroekosistem dominan sawah pada umumnya jauh lebih tinggi dibandingkan agroekosistem lahan kering, sehingga tekanan penduduk atas lahan juga lebih tinggi.
2.    Daerah persawahan banyak yang lokasinya berdekatan dengan daerah perkotaan.
3.    Akibat pola pembangunan di masa sebelumnya. Infrastruktur wilayah persawahan pada umumnya lebih baik dari pada wilayah lahan kering.
4.    Pembangunan prasarana dan sarana pemukiman, kawasan industri, dan sebagainya cenderung berlangsung cepat di wilayah bertopografi datar, dimana pada wilayah dengan topografi seperti itu (terutama di pulau lombok) ekosistem pertaniannya dominan areal persawahan.
              Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan Pertanian di BTN BHP Karang Bongkot dapat memberikan banyak perubahan yang signifikan terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Lahan pertanian sebelum di bangun perumahan 2015
  
Lahan pertanian yang sudah di bangun perumahan 2016
          Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 juli 2016 di lokasi penelitian yaitu di area/lahan Perumahan BTN BHP di desa Karang Bongkot Kecamatan Labuapi kabupaten Lombok Barat, keadaan lahan pertanian yang kini menjadi lahan  perumahan, yang semakin hari semakin banyak jumlahnya. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di tahun 2015-2016 peningkatanya 20%, dimana jumlah penduduk di tahun 2015 sebanyak 6.387 jiwa sedangkan tahun 2016 sebanyak 8.663 jiwa Dari hasi penelitian tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa berbagai macam faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian yaitu disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan Penduduk dengan terjadinya urbanisasi maupun sirkulasi.
          Dari informan-informan yang peneliti wawancarai  mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian mengatakan, bahwa faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di desa Karang Bongkot adalah :
1.    Faktor Pertumbuhan Penduduk
       Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di tahun 2015-2016 peningkatanya 20%, dimana jumlah penduduk di tahun 2015 sebanyak 6.387 jiwa sedangkan tahun 2016 sebanyak 8.663 jiwa, sehingga lahan pertanian yang dulunya luas menjadi sedikit menyempit akibat terjadinya Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan sebagai berikut:  
Wawancara dengan kepala desa, bapak padela S.IP:
Faktor yang mempengruhi alih fungsi lahan pertanian di Desa Karang Bongkot contohnya ialah terjadinya pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu yang lebih baik, sekarang lahan pertanian menjadi korban untuk memenuhi kebutuhan akan pemukiman perumahan, Alih fungsi lahan pertanian merupakan konsekuensi dari akibat meningkatnya aktivitas dan jumlah penduduk serta pembangunan yang lainnya seperti pembangunan ruko atau pertokohan kecil yang ada di sekitar lahan Desa Karang Bongkot sekarang ini. dan sepertinya  alih fungsi lahan pada kenyataanya membawa banyak masalah karna terjadi diatas lahan yang masih produktif, sebenarnya lahan pertanian dapat memberikan banyak manfaat seperti dari segi ekonomi, sosial, dan lingkungan namun jika alih fungsi lahan pertanian yang produktif dibiarkan saja dan tidak dikendalikan maka sudah tentu akan berdampak negatif bagi masyarakat itu sendiri, mengingat begitu penting dan bermanfaatnya lahan pertanian bagi masyarakat itu sendiri. (hasil wawancara tgl 13 Juni 2016)

Hasil wawancara hal yang sama dengan sekertaris desa bapak M. Soma Rimba Amin

Perkembangan penduduk yang pesat menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan rumah huni sehingga menyebabkan alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan memang Tidak dipungkiri negara indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan pertaniannya, contohnya di Desa Karang Bongkot Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, dulu pada Tahun 2012 lahan pertanian di desa  Karang Bongkot sangat luas di bandingkan dengan tahun sekarang, jumlah penduduk yang semakin bertambah setiap tahunya sehingga di Desa Karang Bongkot sekarang rentan terjadinya alih fingsi lahan. Dimana lahan produktif dijadikan perumahan untuk menunjang pertambahan penduduk (hasil wawancara tgl 21 Juni 2016)
Hasil wawancara hal yang sama juga dengan bapak Bakari
Faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di desa Karang Bongkot ini ialah karena banyaknya pengembangan atau diploper yang membuat bangunan perumahan, pertanian sekarang alamiah sangat dibutuhkan untuk menopang kehidupan ekosistem masyarakat Karang Bongkot hal ini tidak hanya berlaku pada masa lampau, melainkan juga pada masa sekarang dan yang akan datang. Seagai sektor kehidupan pertanian hampir dikatakan mutlak dibutuhkan oleh keseluruhan kehidupan masyarakat karang Bongkot. Namun dengan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan menyebabkan masa depan pertanian menjadi terancam hal ini dapat dilihat dari semakin banyak nya lahan pertanian menjadi lahan perumahan dan pertokoan.(hasil wawancara tgl 13 Juni 2016)
Hasil wawancara hal yang sama tentang fakor pertumbuhan penduduk dengan Kepala dusun H. Masturi
Dulu pada tahun 2009 dekat Rumah saya merupakan lahan sawah seiring berjalannya waktu sekarang sudah menjadi rumah pemukiman penduduk, dan sekarang lahan pertanian semakin sempit, Maraknya alih fungsi lahan pertanian tidak bisa dipandang sebelah mata, semakin sempitnya lahan pertanian di khawatirkan akan menyebabkan banyak masalah dalam jangka pendek ataupun jangka panjang, Tedampak terjadinya alih fungsi lahan pertanian yang tidak terkendali dan terjadi secara berlebihan sudah tentu akan berdampak negatif bagi masa depan pertanian di desa Karang Bongkot. (hasil wawancara tgl 22 Juni 2016).

Para pemerintahan desa Karang Bongkot mengatakan bahwa terjadinya Alih fungsi lahan pertanian salah satunya disebabkan karena faktor kependudukan, pertumbuhan penduduk yang semakin banyak menyebabkan sempitnya lahan pertanian dengan adanya alih fungsi lahan yang tidak terkendali dan terjadi secara berlebihan sudah tentu akan berdampak negatif bagi masyarakat petani di Desa Karang Bongkot, luas lahan pertanian produktif yang beralih fungsi terus bertambah dan tak terkendali yang akan mengakibatkan terjadinya penurunan produksi pangan dan mengancam ketahanan pangan di desa Karang Bongkot, sedangkan kebutuhan pangan penduduk semakin besar karena adanya pertumbuhan penduduk yang juga semakin besar, maka akan terjadi ketimpangan antara alat pemuas kebutuhan dengan kebutuhan yang semakin meningkat, keadaan di Desa Karang Bongko berkaitan dengan teori yang disampaikan oleh Malthus dalam bukunya yang berjudul principles of population menyebutkan bahwa perkembangan manusia lebih cepat di bandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2.    Faktor Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat
Faktor ekonomi merupakan faktor semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan, tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi juga dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan hal tersebut menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berdampak meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal.
Berdasarkan hasil survei penelitian yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa terjadinya Alih fungsi lahan pertanian di Desa Karang Bongkot berpengaruh pada faktor ekonomi masyarakat. Hal itu bisa kita simpulkan dengan berkurangnya data pemilik lahan pertanian tanaman pangan pada tahun sekarang yang memiliki 1 ha 409 keluarga, memiliki 1,0 - 5,0 ha 105 keluarga, memiliki 5,0 – 10 ha 18 keluarga sedangkan tahun 2010 yang memiliki 1 ha 600 keluarga, memiliki 1,0 – 5,0 ha 206 keluarga, memiliki 5,0 – 10 ha 20 keluarga (sumber: Data profil desa ). Dengan kondisi sosial ekonomi rumah tangga masyarakat karakteristik petani yang mencakup umur, tingkat  pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat ketergantungan terhadap lahan di zaman yang semakin moderen ini tidak dipungkiri para generasi muda lebih memilih bekerja di bidang industri dari pada bekerja dibidang pertanian hal ini menyebabkan daerah pedesaan yang bergerak di bidang pertanian kekurangan tenaga produktif, selain itu semakin meningkatnya biaya operasional dalam pengolah lahan peranian juga menyebabkan para petani mengalami kerugian sehingga mereka beralih fungsi dan menjual lahan pertaniannya. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan, seperti yang di utarakan oleh informan pada saat wawancara sebagai beriku:
Wawancara dengan Kepala Desa, bapak padelah S.IP, tentang faktor ekonomi rumah tangga masyarakat Desa Karang Bongkot faktor dari alih fungsi lahan pertanian Sebagai Berikut :
Tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi. Hal tersebut menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berdampak meningkatkan alih fungsi lahan sawah di Desa Karang Bongkot dan makin meningkatnya penguasaan lahan pada  pihak-pihak pemilik modal, seperti yang kami lihat di zaman sekarang para generasi muda lebih memilih bekerja di bidang industri dari pada membantu orang tuanya bekerja di bidang pertanian dan juga di desa Karang Bongkot ini sudah banyak pembangunan berupa pertokoan itu sebabnya mereka memilih bekerja di bidang industri berupa pertokoan pertokan sekarang luasnya 2,10 ha.(hasil wawancara tgl 15 Juni 2016)
Hasil wawancara dengan masalah yang sama dengan bapak M. Soma Rima Amin sekertaris desa Karang Bongkot
Pada tahun 2010 di Desa Karang Bongkot lahan pertaniannya luas dan hasil panenyapun cukup banyak, cukup untuk memenuhi kebutuhan ekonominya beda dengan tahun sekarang hasil panennya kurang memadai disebabkan karena hasil tanamannya kurang bagus, dimana hasil panenya sekarang tahun ini dengan tanaman padi dan palawija Rp. 144.500.000 itupu luas tanamannya 42,80 belum lagi biaya pemupukan sebesar Rp. 19.760.000, biaya bibit 10.000.000, biaya boat Rp.8.000.000 dan nilai produksi tanaman jagungnya Tahun ini Rp. 66.000.000, biaya pemupukan Rp.7.000.000, biaya bibitnya Rp. 8.000.000 dan tingkat kesuburan tanahnya berkurang karena pengaruh sempitnya lahan pertanian makanya masyarakat mulai putus asa dan menjual lahannya kepada dipeloper hanya sebagian orang saja yang mampu bertahan. (hasil wawancara tgl 21 Juni 2016)
Hasil wawancara dengan masalah yang sama juga dengan bapak Ruslan masyarakat yang punya lahan sawah

Saya menjual sawah karena kurangnya hasil panen dan tidak mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga, beda dengan tahun kemarin, pada tahun 2010 hasil panen saya banyak dibandingkan dengan tahun  sekarang oleh karena itu saya berpikir akan menjual lahan saya dan kebetulan ada orang yang menawar dengan nilai yang cukup banyak (hasil wawancara tgl 24 Juni 2016).

4.3  Kesimpulan/Verifikasi Data
Penarikan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti- bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (miles and Huberman, 2014:252).


4.3.1  Faktor yang mempengaruhi Alih fungsi lahan pertanian
Menurut Irawan (2005:43), ada dua hal yang mempengaruhi alih fungsi lahan. Pertama, sejalan dengan pembangunan kawasan perumahan atau industri di suatu lokasi alih fungsi lahan, maka aksesibilitas di lokasi tersebut menjadi semakin kondusif untuk pengembangan industri dan pemukiman yang akhirnya mendorong meningkatnya permintaan lahan oleh investor lain atau spekulan tanah sehingga harga lahan di sekitarnya meningkat. Kedua, peningkatan harga lahan selanjutnya dapat merangsang petani lain di sekitarnya untuk menjual lahan.
Teori yang disampaikan oleh irawan diatas berkaitan dengan masalah yang ada di Desa Karang Bongkot di BTN BHP, faktor yang mempengaruhi Alih fungsi lahan di Desa Karang Bongkot, BTN BHP  ialah Faktor Pertumbuhan Penduduk yang semakin tinggi Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk di tahun 2015-2016 peningkatanya 20%, dengan  jumlah penduduk di tahun 2015 sebanyak 6.387 jiwa sedangkan tahun 2016 sebanyak 8.663 jiwa, sehingga lahan pertanian yang dulunya luas menjadi sedikit menyempit akibat terjadinya Alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Yang kedua Faktor Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat, Faktor ekonomi merupakan faktor semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan, tekanan ekonomi pada saat krisis ekonomi juga dapat menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan hal tersebut menyebabkan banyak petani menjual asetnya berupa sawah untuk memenuhi kebutuhan hidup yang berdampak meningkatkan penguasaan lahan pada pihak-pihak pemilik modal. Berdasarkan hasil survei penelitian yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa terjadinya Alih fungsi lahan pertanian di Desa Karang Bongkot berpengaruh pada faktor ekonomi masyarakat. Hal itu bisa kita simpulkan dengan berkurangnya data pemilik lahan pertanian tanaman pangan pada tahun sekarang yang memiliki 1 ha 409 keluarga, memiliki 1,0 - 5,0 ha 105 keluarga, memiliki 5,0 – 10 ha 18 keluarga sedangkan tahun 2010 yang memiliki 1 ha 600 keluarga, memiliki 1,0 – 5,0 ha 206 keluarga, memiliki 5,0 – 10 ha 20 keluarga (sumber: Data profil desa ). Dengan kondisi sosial ekonomi rumah tangga masyarakat karakteristik petani yang mencakup umur, tingkat  pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, tingkat ketergantungan terhadap lahan di zaman yang semakin moderen ini tidak dipungkiri para generasi muda lebih memilih bekerja di bidang industri dari pada bekerja dibidang pertanian hal ini menyebabkan daerah pedesaan yang bergerak di bidang pertanian kekurangan tenaga produktif, selain itu semakin meningkatnya biaya operasional dalam pengolah lahan peranian juga menyebabkan para petani mengalami kerugian sehingga mereka beralih fungsi dan menjual lahan pertaniannya.
Dalam hal tersebut, peningkatan alih fungsi lahan semakin banyak, disetiap tahunnya pasti ada lahan sawah yang beralih fungsi menjadi lahan perumahan dan di tahun sekarang, tahun 2016 sudah ada BTN Perumahan baru yaitu BTN Bumi Harapan Permai yang bertempat di tengah-tengah lahan sawah dan disekitar lahan tersebut tinggal sedikit lahan pertanian. Hal ini menunjukan bahwa akan ada dampak negatif terjadinya alih fungsi lahan bagi masa depan pertanian masyarakat desa Karang Bongkot seperti semakin mahalnya harga pangan dan hilangnya lapangan kerja bagi petani.
Maka dari itu dengan terjadinya alih fungsi lahan pertanian pasti adanya keuntungan dan kerugian yang di dapatkan oleh masyarakat disekitarnya, apalagi di desa Karang Bongkot BTN Bumi Harapan Permai Kabupaten Lombok Barat.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1  Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian yang menjadi perumahan/ BTN BHP (Bumi Harapan Permai) di desa Karang Bongkot Kabupaten Lombok Barat sebagai berikut:
1.    Faktor pertumbuhan penduduk yang dulunya penduduknya terbilang sedikit sekarang semakin banyak,  dengan jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 6.387 jiwa sedangkan tahun sekarang 2016 sebanyak 8.663 jadi peningkatanya 20%.
2.    Faktor ekonomi  Rumah Tangga masyarakat contohnya, karena tekanan masa-masa krisis ekonomi atau rendahya hasil jual dibidang pertanian sedangkan biaya produksi lebih tinggi menyebabkan masyarakat yang mempunyai lahan pertanian di desa karang bongkot terpaksa menjual lahan pertaniannya.
5.2  Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka dapat dikemukakan saran-sarannya antara lain :
1.    Kepada pemerintahan
Untuk mencegah/meminimalkan terjadinya alih fungsi lahan sawah, maka perlu ada suatu insentif melalui instrumen pajak dan bantuan/subsidi bagi petani penggarap/pemilik sawah. Insentif tersebut akan mengurangi biaya produksi pertanian, sehingga diharapkan petani dapat mempertahankan lahan sawahnya. Upaya tersebut selain untuk mengurangi laju konversi lahan pertanian, juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Perlu ketegasan dalam penerapan aturan untuk mempertahankan eksistensi lahan  pertanian abadi dan kawasan konservasi.
2.    Kepada peneliti selanjutnya
Kepada para peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan yang memiliki relevansi dengan penelitian ini, disarankan agar hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan dan bahan referensi dalam melakukan penelitian lanjutan yang lebih luas dan mendalam serta berusaha mengungkapkan hal-hal yang belum terungkap secara jelas dalam penelitian ini.

  

 DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahim Nik. 1988. Water Yield Changes after Forest Conversion to Agricultural Landuse in Peninsular Malaysia Journal of Tropical Forest Science 1(1) : 67 - 84. Forest Research Institute Malaysia, Kepong, 52109 Kuala Lumpur, Malaysia.
Anugrah, Fanny. 2005. “Analisis faktor-faktor yang Mempengaruhi Konversi Lahan Sawah ke Penggunaan Non Pertanian di Kabupaten Tangerang”. Skripsi S1Jurusan Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya Fakultas pertanian
Delliarnov. 2005. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo. Institut Pertanian Bogor.
Dewi, Ni Putu Martini. 2008. “Pengaruh Alih Fungsi Lahan Sawah terhadap Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Badung.” Denpasar: Buletin Studi Ekonomi.
Lestari.  2009. Faktor-faktor Terjadimya Alih Fungsi Lahan. Dalam Tinjauan Pustaka Universitas Sumatra Utara

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: LP3ES.
Mubyarto. 1977. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Lembaga Penelitian
Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Notarianto, Dipo. 2011.

Nicholson, Walter. 2002. Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya Jakarta: Erlangga.Supranto, J. 2010. Ekonometri. Bogor: ghalia Indonesia.

Sugiyono, motode penelitian administrasi, alfabeta, bandung, 2004. Memahami penelitian kualitatif, alfabeta, bandung, 2005.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung
Todaro, Michael dan Stephen C Smith.2002. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga

Wahyunto (Dalam Tinjauan Pustaka Universitas Sumatra Utara). 2001. Pengertian Alih Fungsi Lahan. UNSU



Previous Post
Next Post

0 komentar: