Monday, July 24, 2017

PENGARUH PROGRAM BUDIDAYA RUMPUT LAUT JENIS RHODOPHYCEAE TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT

3SKRIPSI
PENGARUH PROGRAM BUDIDAYA RUMPUT LAUT JENIS RHODOPHYCEAE
TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN MASYARAKAT PESISIR TELUK
SALEH DESA LABUHAN AJI KECAMATAN TARANO SUMBAWA BESAR
TAHUN 2016



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh
Gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Geografi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Mataram








Oleh:



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2016

 
 




 

MOTTO

*    Do what you love and love what you, lakukan apa yang kalian cintai dan cintai apa yang kalian lakukan, jangan pernah menganggap pkerjaan itu suatu beban buat kalian (penulis).
*    Tidak ada yang tidak bisa dilakukan selama ada niat, keyakinan dan berusaha (penulis).
*    Melakukan sesuatu dengan strategi yang tepat adalah salah satu kunci keberhasilan,sebaliknya berbuat sesuatu tanpa strategi adalah tindakan yang konyol/kosong (washington).













PERSEMBAHAN
Skripsi ini aku persembahkan untuk:
*      Kepada Kedua orang tuaKu tercinta, yang telah memberikan kasih sayangnya yang tak terhingga dan selalu medoakanku serta menanti keberhasilanku.
*      Saudara-saudariku tercinta (Husrin, Husmy, Rikal)yang selalu memotivasiKu untuk selalu berusaha dan tetap semangat dalam mengahadapi segala apapun
*      Rekan-rekan seperjuanganKu di prodi geografi, (amir,nisa,nurul,as,yuli,datul,leri,ma’ruf,anas,adin,iwan,putri,sukman,ade,tin,fitri dan teman-teman kelas B angakatan 2012) yang telah memberikan masukan dan saran kepadaku sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
*      Teman-teman organisasiku, IMAHAGI dan TEATER, yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam mengerjakan skripsi.
*      Almamater universitas muhammadiyah mataram kebanggaanku.













 

DAFTAR ISI
     
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN................................................................................ iv
HALAMAN MOTTO....................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................... vii
ABSTRAK...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang Masalah................................................................. 1
1.2    Rumusan Masalah.......................................................................... 5
1.3    Tujuan Penelitian............................................................................ 5
1.4    Manfaat Penelitian......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Penelitian Yang Relevan................................................................ 7
2.2    Kjian Teori..................................................................................... 8
2.3    Hipotesis...................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1    Rancangan Penelitian................................................................... 31
3.2    Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................... 32
3.3    Penentuan Subyek Penelitian....................................................... 34
3.4    Jenis Dan Sumber Data................................................................ 35
3.5    Metode Pengumpulan Data......................................................... 36
3.6    Instrumen Penelitian.................................................................... 40
3.7    Variabel Dan Definisi Operasional Variabl Penelitian................. 40
3.8    Teknik Analisis Data.................................................................... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Deskripsi Hasil Penelitian............................................................ 43
4.2    Pembahasan.................................................................................. 51
BAB V PENUTUP
5.1    Simpulan...................................................................................... 54
5.2    Saran............................................................................................ 54
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 55
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................... 56



  


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Labuhan Aji Berdasarkan Nama Dusun, Jenis Kelamin Dan Jumlah Kepala Keluarga Tahun 2016...................................... 43
Tabel 4.2 Hasil Angket Tentang Pengaruh Program Budidaya Rumput Laut.. 44
Tabel 4.3 Hasil Angket Tentang Tingkat Pendapatan Masyarakat................... 45
Tabel 4.4 Data Interval Pendapan Petani Rumput Laut Jenis Rhodophyceae Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar.......................................... 46
Tabel 4.5  Analisis Data Pendapatan Petani Rumput Laut .............................. 46
Tabel 4.6 Tabel Kerja Hubungan Program Budidaya Rumput Laut Dengan Tingkat Pendapatan Masyarakat Pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar............................................................................... 49




  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Penelitian
Lampiran 2. Tabel Koefisien Korelasi Nilai r
Lampiran 3. Tabel Hasil Angket Variabl Pengaruh Budidaya Rumput Laut
Lampiran 4. Tabel Hasil Angket Variabl Tingkat Pendapatan Masyarakat
Lampiran 5. Tabel Harga Kritik Dari r Product Moment
Lampiran 6. Data Pendapatan Petani Rumput Laut Jenis Rhodophyceae Desa
                   Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar
Lampiran 7. Gambar Hasil Dokumentasi
Lampiran 8. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas
Lampiran 9. Surat Izin Penelitian Dari BAPPEDA
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Menelitih Dari Kantor Desa











Husdianawati, 11214A0096. Pengaruh Program Budidaya Rumput Laut Jenis Rhodophyceae Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar Tahun 2016. Skripsi. Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram.
Pembimbing I  : Syafril, S.Pd.,M.Pd
Pembimbing II : Arif, S.Pd.,M.Pd
ABSTRAK
Program budidaya rumput laut merupakan usaha untuk mengembangkan produktifitas rumput laut yang dinilai potensial dari segi ekonomi, sehingga akan meningkatkan perekonomian masyarakat melalui pengembangan usaha alternatif yang dilatar belakangi oleh dukungan kondisi sumber daya alam daerah pengembangan budidaya. Pendapatan masyarakat adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh masyarakat atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh program budidaya rumput laut jenis rhodophyceae terhadap tingkat pendapatan masyarakat pesisir teluk saleh desa labuhan aji kecamatan tarano sumbawa besar tahun 2016 Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui “ pengaruh program budidaya rumput laut jenis rhodophyceae terhadap tingkat pendapatan masyarakat pesisir teluk saleh desa labuhan aji kecamatan tarano sumbawa besar tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dan Metode pengumpulan datanya adalah menggunakan metode angket. Metode analisis data yang diterapkan dianalisis dengan menggunakan rumus statistik r product moment sebagai berikut:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : pengujian nilai r xy diperoleh r hitung sebesar 0,761 lebih besar dari r tabel sebesar 0,396 dengan taraf signifikansi 5 % maka r xy dinyatakan signifikan. Dengan demikian, hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa “Ada pengaruh program budidaya rumput laut jenis rhodophyceae terhadap tingkat pendapatan masyarakat pesisir teluk saleh desa labuhan aji kecamatan tarano sumbawa besar tahun 2016

Kata kunci : Program, Budidaya Rumput Laut, Tingkat Pendapatan Masyarakat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan lingkungan yang potensial. Potensi ini merupakan suatu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk menuju indonesia yang maju dan makmur. Wilayah pesisir menjadi tumpuan dan harapan bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa yang akan datang terutama komoditi perikanannya yang berlimpah.
Untuk memaksimalkan pembangunan ekonomi dalam bidang kelautan dan perikanan maka pada tahun 2005 pemerintah mencanangkan suatu program Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan (RPPK) yang merupakan salah satu program nasional yang ditujukan untuk peningkatan kesejahteraan nelayan, peningkatan daya saing produk pertanian, perikanan dan kehutanan serta menjaga kelestarian sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan.
Tingkat pertumbuhan ekonomi nasional ditentukan oleh pelaksanaan dan hasil-hasil pembangunan nasional serta kemampuan pemerintah dalam membangkitkan kegairahan dan partisipasi seluruh rakyat dalam melaksanakan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan perekonomian, semakin besar pula sarana-sarana yang dapat disediakan untuk kepentingan masyarakat.
Sarana yang disediakan antara lain yaitu sarana pertanian, perikanan dan kehutanan yang dikembangkan untuk memberdayakan kehidupan masyarakat yang ada di pelosok desa. Pelaksanaan pembangunan yang dilakukan untuk meningkatkan swasembada pangan membutuhkan kerja keras dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat yang berhubungan dengan sektor-sektor tersebut. Kerja keras dalam arti bahwa semua sumber daya dan perhatian diarahkan pada program kerja guna meraih hasil yang diinginkan.
Budidaya rumput laut merupakan salah satu jenis budidaya dibidang perikanan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di perairan Indonesia. Rumput laut sendiri merupakan komoditas utama dari tiga program revitalisasi perikanan yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraraan masyarakat. 
Rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor merupakan sumber devisa bagi Negara dan budidayanya merupakan sumber pendapatan nelayan, dapat menyerap tenaga kerja, serta mampu untuk memanfaatkan lahan perairan di kepulauan Indonesia yang sangat potensial sebagai Negara kepulauan maka pengembangan rumput laut indonesia dapat dilakukan secara luas oleh petani/nelayan. Sebagai dasar hukum dalam mendorong usaha budidaya laut, maka pemerintah mengeluarkan Keppres No. 22 tahun 1982 tentang pengembangan budidaya laut di perairan Indonesia.
Rumput laut atau alga (sea weed) merupakan salah satu komoditas penting perikanan di Indonesia. Indonesia menduduki posisi penting sebagai produsen rumput laut dunia. Produksi rumput laut Indonesia berasal dari pengambilan di laut dan pembudidayaan di laut. Disamping potensi lahan (daerah pasang surut) yang luas, kebutuhan rumput laut yang terus menunjukkan peningkatan merupakan prospek bagi pengembangan rumput laut (Ghufran, 2011:1).
Dalam pengembangan di wilayah pesisir, salah satu pengembangan kegiatan ekonomi yang sedang dijalankan pemerintah adalah pengembangan budidaya rumput laut. Melalui program ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah akibat peningkatan pendapatan masyarakat. Pengembangan budidaya rumput laut di Indonesia dirintis sejak tahun 1980-an dalam upaya merubah kebiasaan penduduk pesisir dari pengambilan sumber daya alam ke arah budidaya rumput laut yang ramah lingkungan dan usaha budidaya ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, budidaya juga dapat digunakan untuk mempertahankan lingkungan perairan pantai (Ditjenkan Budidaya, 2004).
Rumput laut telah menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat Nusa Tenggara Barat khususnya Kabupaten Sumbawa Besar saat ini. Rumput laut merupakan komoditi yang potensial  dalam memberikan kontribusi pada pendapatan keluarga nelayan. Komoditi rumput laut ini telah dibudidayakan di Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Kabupaten Sumbawa Besar.
Budidaya rumput laut dilakukan masyarakat di Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Kabupaten Sumbawa Besar karena wilayah ini sangat cocok untuk budidaya rumput laut, sehingga usaha budidaya rumput laut menjadi salah satu kegiatan nelayan yang ada di Desa Labuhan Aji , selain itu masyarakat lebih menguasai cara budidaya rumput laut yang bersifat tradisional. Tidaklah heran jika rumput laut diperhadapkan dengan masalah hama. Kondisi ini menyebabkan masyarakat di Desa Labuhan Aji membutuhkan bantuan pemerintah melalui Dinas Kelautan untuk membantu nelayan rumput laut dalam mengatasi permasalahan nelayan  rumput laut tersebut dan sekaligus memberikan pemahaman kepada nelayan guna meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen rumput laut.
Di sisi lain nelayan selalu berusaha untuk meningkatkan hasil produksi rumput laut dengan harapan untuk menjual produksi rumput laut pada tingkat harga yang dapat memberikan keuntungan guna dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Adanya kebijakan harga terhadap komoditi rumput laut membuat kegiatan nelayan selalu berusaha untuk memasarkan komoditi rumput laut kepada pasar secara langsung.
Dari uraian yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengaruh Program Budidaya Rumput Laut Jenis Rhodophyceae Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar ”



1.2     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu “Apakah ada Pengaruh Program Budidaya Rumput Laut Jenis Rhodophyceae Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar ?”
1.3     Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ”Pengaruh Program Budidaya Rumput Laut  Jenis  Rhodophyceae Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar”.
1.4     Manfaat penelitian
1.4.1        Manfaat Teoritis
Adapun manfaat secara teoritis dari penelitian ini yaitu :
1.      Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau pengetahuan tentang program budidaya rumput laut  jenis rhodopyceae di Indonesia tepatnya di Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar.
2.      Hasil penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat khususnya pembudidaya rumput laut jenis rhodopyceae terhadap tingakat pendapatan masyarakat pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar



1.4.2        Manfaat Praktis
Adapun manfaat secara praktis dari penelitian ini yaitu :
1.      Menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai kehidupan masyarakat daerah pembudidaya rumput laut jenis rhodophyceae di Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar
2.      Diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi mengenai distribusi dan daya serap produksi rumput laut jenis rhodopyceae di Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar.

  

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Penelitian Yang Relevan
Dalam penelitian Hamid “ Pengaruh Berat Bibit Awal Dengan Metode Apung (Floating Method) Terhadap Persentase Pertumbuhan Harian Rumput Laut ”. Dalam skripsi tersebut dijelaskan Perbedaan berat bibit awal yang mempengaruhi persentase pertumbuhannya yang paling cepat ditemukan pada perlakuan berat bibit 25 g dengan nilai 16,16%. Perlakuan yang paling lamban persentase pertumbuhannya adalah 100 g dengan nilai rata-rata 8,60% Adanya pengaruh berat bibit awal rumput laut terhadap persentase pertumbuhan harian, di duga karena nutrisi yang terkandung di dalam air laut lebih tercukupi untuk pertumbuhan harian berat bibit 25 g, dari pada 50 g, 75 g, 100 g, dan berat bibit 25 g lebih leluasa pada perkembangannya disebabkan jarak antara bibit yang lain lebih renggang karena 25 g berat bibitnya lebih sedikit dari pada yang lainnya.
Teguh Risdiyansyah (2011). Meneliti tentang analisis kelayakan ekonomi budidaya rumput laut dipesisir kabupaten jepara dengan teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara dan teknik pengambialan datanya menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian yaitu adal 5 kelompok petani yang layak dilaksanakan program budidaya rumput laut.
Dari uraian di atas, bahwa penelitian sekarang berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian Hamid membahas mengenai “Pengaruh Berat Bibit Awal Dengan Metode Apung (Floating Method) Terhadap Persentase Pertumbuhan Harian Rumput Laut ”, dan sedangkan penelitian sekarang membahas tentang “Pengaruh Program Budidaya Rumput Laut terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Pesisir Teluk Saleh  Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar ”.
2.2  Kajian Teori
2.2.1   Budidaya Rumput Laut
Budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat atau hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Rumput laut merupakan hasil perikanan yang bukan berupa ikan, tetapi berupa tanaman. Usaha budidaya ini mengingat potensi rumput laut sebagai salah satu komoditas ekspor non migas ternyata mempunyai prospek ekonomi yang cukup cerah, (Hidayat,1994:12).
Rumput laut atau alga (sea weed) merupakan salah satu komoditas penting perikanan di Indonesia. Indonesia menduduki posisi penting sebagai produsen rumput laut dunia. Produksi rumput laut Indonesia berasal dari pengambilan di laut dan pembudidayaan dilaut. Disamping potensi lahan (daerah pasang surut) yang luas, kebutuhan rumput laut yang terus menunjukkan peningkatan merupakan prospek bagi pengembangan rumput laut di Indonesia, (Ghufran, 2011: 16).
Budidaya rumput laut merupakan bentuk kegiatan perencanaan pemeliharaan dan penangkaran  rumput laut yang dilakukan pada suatu areal pembudidaya  untuk diambil manfaat atau hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat diaggap sebagai inti dari usaha tani. Dengan adanya program budidaya rumput laut dapat membantu nelayan rumput laut dalam mengatasi permaslahan dan dapat memeberikan pemahaman kepada petani rumput laut guna meningkatakan produksi dan kualitas hasil panennya.
Budidaya rumput laut sangat menguntungkan karena dalam proses budidayanya tidak banyak menuntut tingkat keterampilan tinggi dan modal yang besar, sehingga dapat dilakukan oleh semua anggota keluarga nelayan termasuk ibu rumah tangga dan anak-anak. Selain itu masa panen atau produksinya relative singkat jika dibandingkan dengan budidaya laut lain misalnya bandeng,udang dan karang. Pangsa pasar rumput laut juga sangat luas baik dalam ataupun luar negeri. Bahkan untuk tingkat konsumsi (pasar) taraf lokal pun para pembudidaya masih kualahan untuk mencukupinya, belum lagi ditambah permintaan luar negeri yang kian hari semakin meningkat, bahkan bias dikatakan tak terbatas.
Dengan adanya aktivitas budidaya tentunya keuntungan yang biasa didapatkan diantaranya; berkurangnya jumlah pengangguran, meningkatnya pendapatan masyarakat, bertambahnya pendapatan asli daerah (PAD), persaingan usaha semakin ketat sehingga roda perekonomian akan terus berjalan dan terciptanya iklim usaha yang kondusif dan pada akhirnya akan tercipta kesejahteraan hidup masyarakat, (Suparman,2014)


a.    Sejarah Rumput Laut
Rumput laut sudah dikenal manusia, lama sejak manusia belum memasuki abad Masehi, yaitu sekitar 2.700 tahun SM. Saat itu bangsa Cina di bawah kekuasaan Dinasti Shen Nung telah mengenal serta memanfaatkan rumput laut sebagai salah satu bahan baku pembuatan obat-obatan tradisionalnya.
Bangsa Romawi yang terkenal sebagai bangsa berkebudayaan tinggi masa itu, baru menjelang abad Masehi, yaitu sekitar 65 tahu SM, mengenal rumput laut. Mereka memanfaatkan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan kosmetika. Hal ini pulalah yang menyebabkan kecantikan putri-putri Romawi dan negeri-negeri jajahannya menjadai terkenal dimana-mana. Ingatkah kita akan kecantikan ratu Cleopatra dari Mesir, sebuah negeri jajahan Romawi pada masa itu, yang kecantikannya masih terdengar sampai saat ini. Bangsa Romawi menyebut rumput laut dengan nama “ FUKUS ”.
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan kemajuan pengetahuan manusia yang dipelopori negara-negara di Eropa Barat, maka pemanfaatan rumput laut pun terus berkembang dan menyebar, terutama ke negara-negara Eropa Barat sendiri. Seperti bangsa Spanyol, Perancis, dan Inggris, saat itu telah mampu memanfaatkan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan gelas. Sedangkan bangsa Irlandia, Norwegia, dan Skotlandia juga telah dapat memanfaatkan rumput laut sebagai bahan pupuk organik yang baik.
Pada awal abad XII dan seterusnya, pemanfaatan rumput laut lebih berkembang lagi. Rumput laut tidak saja dipergunakan sebagai salah satu jenis makanan saja, atau bahan baku kosmetika, ramuan obat-obatan tradisional, iundustri gelas, maupun pupuk organik, tetapi lebih dari itu, berbagai industri yang mulai berkembang saat itu lebih banyak menggunakan rumput laut sebagai bahan baku industrinya. Sejak saat itulah orang mulai berpikir untuk membudidayakan rumput laut agar hasilnya dapat  diharapkan secara pasti dan tetap. Karena pada saat itu dan sebelumnya, orang mendapatkan rumput laut secara tradisional, yaitu dengan mencari di tepi pantai sampai kedalaman kurang dari 25 meter.
Walaupun rumput laut sudah dikenal, dimanfaatkan, serta diusahakan sejak dahulu, yaitu 2.700 tahun SM, akan tetapi pendayagunaan dan usaha budidaya secara ekonomis dan teknis baru dimulai pada akhir abad XVII. Pelopor usaha ini adalah negara Cina dan Jepang. Hal ini tidaklah terlalu mengherankan, karena kedua negara tersebut sudah mulai memanfaatkan rumput laut sejak 4.300 tahu silam. Sehingga sampai saat ini negara Cina dan Jepang masih dianggap unggul dalam masalah pemanfaatan serta usaha budidaya rumput laut, ( Hidayat, 1994 : 15 ).
Berdasarkan dari penelitian laut “Sibolga Expedition” yang dilakukan pada tahun 1899-1900 di seluruh perairan Indonesia, telah ditemukan jenis rumput laut yaitu sebanyak ± 555 species, dari jumlah tersebut sebanyak 55 species telah digunakan secara tradisional oleh masyarakat Indonesia yaitu sebagai makanan obat.
Pembudidayaan rumput laut di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Soeryodinoto tahun 1968 dengan penanaman rumput laut jenis Eucheuma spinosum dan Eucheuma edula di pulau Pari kepulauan Seribu, dengan sistem penanaman di batu-batu atau pada rakit-rakit bambu. Percobaan selanjutnya dilakukan oleh Lembaga Oseonologi Nasional (LON) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bekerjasama dengan Balai Perikanan Laut (BPL) di beberapa Provinsi seperti Kepulauan Aru, Bali, Lombok, dan Teluk Banten.
Selanjutnya pengembangan budidaya rumput laut dilakukan pula oleh Direktorat Jenderal Perikanan melalui Instansi teknik Balai Peneliti Perikanan Lampung dengan melakukan beberapa percobaan kemudian dikembangkan oleh Dinas Perikanan Daerah.
Dari hasil penelitian tersebut, beberapa jenis rumput laut yang terdapat diperairan Indonesia ada dua jenis rumput laut yang sedang giat dibudidayakan yaitu jenis Eucheuma species yang meliputi Eucheuma spinosum, Eucheuma cottoni dan Gracillaria Gigas. Sedangkan jenis lainnya seperti Gelidium species masih tumbuh diperairan bebas.




b.   Biologi dan Ekologi Rumput Laut
Pertumbuhan dan penyebaran rumput laut sangat tergantung dari faktor-faktor oseanografi (fisika, kimia dan pergerakan atau dinamika air laut) serta jenis substrat dasarnya. Untuk pertumbuhannya, rumput laut mengambil nutrisi dari sekitarnya secara difusi melalui dinding thallusnya. Perkembangbiakkan dilakukan dengan dua cara, yaitu secara kawin antara gamet jantan dan gamet betina (generatif) serta secara tidak kawin dengan melalui vegetatif dan konjugatif.
Secara taksonomi, rumput laut dikelompokkan ke dalam Divisio Thallophita. Menurut Othmer (Anggadiredja,2011:6) berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan menjadi 4 kelas sebagai berikut :
1)   Rhodophyceae ( ganggang merah )
2)   Phaeophyceae ( ganggang cokelat )
3)   Cholorophyceae ( ganggang hijau )
4)   Cyanophyceae ( ganggang biru-hijau )

Beberapa jenis rumput laut Indonesia yang bernilai ekonomis dan sejak dulu sudah diperdagangkan yaitu Eucheuma sp, Hypnea sp, Gracilaria sp, dari kelas Rhodophyceae serta Sargassum sp, dari kelas Phaeophyceae.
Semua makhluk hidup memerlukan tempat tumbuh untuk menunjang kehidupannya. Tempat tumbuh rumput laut berfungsi untuk tempat menempel agar tahan terhadap terpaan ombak. Kebanyakan tempat menempel rumput laut berupa karang mati atau cangkang moluska walaupun dapat juga berupa pasir atau lumpur. Selain memerlukan tempat menempel, rumput laut juga memerlukan sinar matahari untuk dapat melakukan fotosintesis. Banyaknyasinar matahari yang masuk dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut,(Indrian &Suminarsih,2005:13).
c.    Jenis Rumput Laut
Rumput laut merupakan beberapa spesies atau jenis dari alga atau ganggang, sebagaimana yang telah diterangkan terdahulu. Ada sekitar 100 jenis rumput laut yang dimanfaatkan manusia dan 70 jenis di antaranya sebagai bahan makanan di berbagai negara-negara belahan bumi bagian timur, seperti Jepang, Korea, Singapura, Pilipina, dan masih banyak lagi lainnya. Sedangkan jenis rumput laut yang tersebar di perairan Indonesia hanya sekitar 13 jenis saja,(Hidayat, 1994:41).
Dari sekian banyak jenis rumput laut, yang mendapat perhatian khusus serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggal hanya ada 4 genus (marga) saja. Keempat genus tersebut semuanya termasuk dalam kelas Rhodophyceae atau alga merah. Salah satu filum dari alga berdasarkan zat warna atau pigmentasinya. Warna merah pada alga ini disebabkan oleh pigmen fikoeritrin dalam jumlah banyak dibandingkan pigmenklorofil, karoten, dan xantofil.
Rhodorhyceae atau ganggang merah pada umumnya banyak sel dan makroskopis. Panjangnya antara 10 cm sampai 1 meter dan berebentuk berkas atau lembaran. Alga merah sebagai bahan makan memiliki kandungan serat lunak yang bagus bagai kesehatan usus. Sebagian besar alga merah hidup di laut, banyak terdapat di laut tropika. Sebagian kecil hidup di air tawar yang dingin dengan aliran deras dan banyak oksigen. Selain itu ada pula yang hidup di air payau.
Rhodophyceae Pada alga kelas ini jenis-jenisnya banyak yang mengandung klorofil “ a ”, carotine, dan phycoerythrine (zat warna merah) dalam tubuhnya. Keempat genus tersebut, adalah :
1)   Eucheuma sp,
Salah satu genus alga yang mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah Eucheuma sp. Genus ini umumnya mempunyai talus berwarna kuning kecoklat-coklatan sampai merah keungu-unguan, berbentuk agak pipih dan bercabang-cabang tidak beraturan. Percabangan yang terjadi pada genus ini dapat dua (dichotome) atau tiga (trichotome) buah. Ujung setiap cabangnya pun beraneka ragam, ada yang tumpul dan ada pula yang runcing dengan permukaan kulitnya agak kasar disertai bintil-bintil besar. Genus Eucheuma sp ini dikenal juga sebagai “ karang laut ”.
Daerah penyebaran rumput laut dari genus Eucheuma sp ini adalah di perairan sekitar pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Maluku.
Beberapa spesies Eucheuma sp yang terdapat di perairan Indonesia, antara lain :
a)   Eucheuma edule
b)   Eucheuma muricatun
c)    Eucheuma serra
d)   Eucheuma spinosum.
Namun demikian, dari keempat jenis tersebut, hanya Eucheuma spinosum lah yang banyak dibudidayakan oleh nelayan. Jenis-jenis lainnya dari genus ini kurang dikembangkan. Ada jenis lain yang tidak terdapat atau keberadaannya di perairan Indonesia masih belum diketahui yang ternyata sudah banyak diusahakan oleh nelayan Pilipina, yaitu Eucheuma coyttonii.
2)   Gelidium sp
Genus lain dari divisio alga yang juga mempunyai nilai ekonomi tinggi adalah genus Gelidium sp. Genus ini pun berasal dari kelas Rhodophyceae (alga merah) dan pada umumnya talusnya berwarna kemerah-merahan dengan bentuk pipih sampai silindris atau tabung, serta mempunyai sistem percabangan yang berbentuk menyirip.
Daerah penyebaran tumput laut dari genus Gelidium sp ini adalah di perairan Sumatera Barat, sekitar kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Nusa Tenggara, dan perairan kepulauan Ambon dan sekitarnya.
Beberapa spesies Gelidium sp yang terdapat di perairan Indonesia, antara lain :
a)   Gelidium capillaceum
b)   Gelidium cartilogeneum
c)    Gelidium corneum
d)   Gelidium coulteri.

Genus rumput laut ini banyak mengandung karbohidrat, yaitu sekita 56,0 – 73,4 %. Sedangkan zat-zat lain yanng juga terkandung di dalamnya, adalah protein 2,0 – 5,9 % larutan ester 0,3 – 1,7 % dan air 11,4 – 22,3 %.
3)   Gracilaria sp
Genus rumput laut Gracilaria sp ini pun mempunyai prospek ekonomi yang cukup baik. Pada genus Gracilaria sp dari kelas Rhodophyceae ini, umumnya mempunyai talus berwarna kemerah-merahan, bentuknya agak pipih sampai silindris atau menyerupai tabung. Genus ini mempunyai sistem percabangan yang tidak teratur dan agak kaku.
Daerah penyebaran rumput laut dari genus Gracilaria sp ini adalah di perairan kepulauan Seribu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, dan Sulawesi.
Beberapa jeis rumput laut dari genus Gracilaria sp yang terdapat di perairan Indonesia, antara lain :
a)   Gracilaria arcuata
b)   Gracilaria blodjeti
c)    Gracilaria cucheumoides.

Genus rumput laut ini banyak digunakan orang sebagai bahan baku pada industri pembuatan agar-agar dan mendapat perhatian yang cukup baik dari para nelayan sesudah genus Eucheuma sp.
4)     Hypnea sp.
Genus lain dari divisio alga yang mempunyai nilai ekonomi yang baik adalah genus Hypnea sp juga dari kelas Rhodophyceae atau alga merah. Genus ini umumnya mempunyai talus berwarna kemerah-merahan, seperti warna pada genus Gracilaria sp. Bentuk silindris atau menyerupai tabung dengan percabangan yang halus dan bergerigi.
Daerah penyebaran rumput laut dari genus Hypnea sp ini adalah perairan sekitar pulau Jawa, pulau Bali, dan Kalimantan.
Beberapa jenis rumput laut dari genus Hypnea sp ini yang terdapat diperairan Indonesia, antara lain :
a)   Hypnea cervicormis
b)   Hypnea muscivormis
c)    Hypnea spinella.
Genus ini pun banyak sekali diminati oleh para nelayan, ini mengingat genus Hypnea mempunyai prospek ekonomi yang cukup baik.
Dari keempat genus alga tersebut, maka genus Eucheuma sp dan Gracilaria sp lah yang mempunyai nilai ekonomi lebih baik, apabila dibandingkan dengan dua genus lainnya. Kedua jenis ini mempunyai nilai ekspor tinggi, selain itu juga banyak diminati oleh industri dalam negeri sebagai bahan bakunya, (Hidayat, 1994 : 41-46)
d.   Perkembangbiakkan Rumput Laut
Perkembangbiakan rumput laut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara generatif (pembiakan melalui proses perkawinan)  dan vegetatif (pembiakan tidak melalui proses perkawinan).
a)      Pembiakan secara Generatif.
Perekembangbiakan rumput laut secara generatif atau gametik istilahnya, memang agak rumit dan ada kesan sedikit canggih (tidak sederhana dan ada kesan sangat rumit,ruwet,atau terkembang). Perkembangbiakan rumput laut secara generatif terjadi karena peleburan dua sel yang belum terspesialisasi (konyugasi), hasil peleburanya disebut zygospora. Sedangkan sel yang sudah terspesialisasi disebut gamet (sel kelamin), dan hasil peleburannya disebut zigot. (Hidayat,1994:47)
b)      Perkembangbiakan secara Vegetatif
Perekembangbiakan rumput laut secara vegetatif sangatlah mudah dan ada kesan sederhana, karena tidak melalui proses yang pajang, rumit, serta berbelit-belit, sebagaimana pembiakan secara generatif. Pembiakan secara vegetatif ini banyak banyak dipergunakan oleh petani rumput laut dalam usaha budidaya rumput laut.
Cara pembiakan rumput laut secara vegetatif adalah dengan memotong salah satu bagian tanaman. Dalam hal ini hasil potongan tersebut mempunyai sifat-sifat yang sama dengan tanaman induknya.
e.    Manfaat Rumput Laut
Menurut Hidayat (1994 : 18), manfaat rumput laut ini sangat besar dan luas sekali, tidak hanya terbatas sebagai bahan makanan, pupuk organik, makanan ternak, dan bahan baku industri gelas saja, tetapi masih banyak lagi. Pemanfaatan rumput laut yang demikian besarnya dikarenakan dalam tubuh rumput laut  terkandung bermacam-macam zat kimia dan bahan organik lainnya, serta vitamin-vitamin. Yang kesemuanya ini sangat berguna bagi industri besar maupun kecil, industri pangan maupun non pangan, terutama sebagai bahan bakunya.
1.    Garam Yodium
Sebenarnya sudah mulai akhir abad XVII dan awal abad XVIII, rumput laut digunakan secara besar-besaran, terutama sebagai bahan baku dalam pembuatan garam yodium. Bahan baku pembuatan garam yodium ini adalah rumput laut dari kelas Phaeophyceae  (alga perang) yang dikenal dengan nama “KELP”. sedangkan negara yang mulai pertama mempelopori usaha pembuatan garam yodium ini adalah negara Jepang.
2.    Makanan
Tidak kurang dari 70 jenis rumput laut telah dimanfaatkan sebagai bahan makanan, terutama di negara-negara Asia, seperti Cina, Jepang, Taiwan, Pilipina, Indonesia walaupun masih terbatas pada kalangan tertentu saja, dan masih banyak lagi, serta di negara-negar di kepulauan Pasifik, Eropa, dan Amerika Utara. Dan sebagian kecil saja di negara-negara benua Afrika dan Amerika Selatan.
Di indonesia rumput laut juga sudah lama dimanfaatkan penduduk pantai untuk sayur-sayuran, acar dan lalapan.
3.    Agar–agar
Pemanfaatan dalam bentuk lain dari rumput laut adalah sebagai bahan baku pembuatan agar-agar, baik itu agar-agar yang dipergunakan sebagai bahan baku industri lainnya maupun sebagai bahan makanan. Agar-agar sebagai bahan makanan sangat baik bagi mereka yang mengalami gangguan pencernaan, yaitu dapat dijadikan kue atau puding.
4.    Karagena
Karagena merupakan zat yang dihasilkan oleh satu jenis koloid rumput laut yang paling penting dalam industri pangan. Koloid rumput laut ini adalah dari kelas Rhodophyceae (alga merah) dan di dalam membentuk senyawa garam bersama Sodium, Calsium, dan Potasium.
Karagena memiliki banyak kegunaan, di antaranya sebagai bahan pembentuk gel, bahan pengental, penstabil, dan bahan pengikat. Selain kegunaan dalam makanan, karagena juga digunakan dalam manufaktur keramik, dalam farmasi, dan pupuk.

5.    Algin
Algin merupakan getah berbentuk selaput tipis banyak dipergunakan oleh industri-industri besar maupun kecil. Sebagaimana halnya dengan agar-agar, algin ini dipergunakan, terutama oleh industri farmasi (sebagai bahan baku pembuatan suspensi, emulsi, tablet, salep, kapsul, plester, dan filter) dan industri kosmetika (sebagai bahan baku pembuatan cream, lotion, shampo, dan cat rambut).

f.     Teknik Budidaya Rumput Laut
Secara umum, beberapa faktor keberhasilan yang perlu diperhatikan dalam budidaya rumput laut sebagai berikut :
a.    Pemilihan lokasi yang memenuhi persyaratan bagi jenis rumput laut yang akan dibudidayakan
b.    Pemilihan atau seleksi bibit yang baik, penyediaan bibit, dan cara pembibitan yang tepat
c.    Metode budidaya yang tepat
d.   Pemeliharaan tanaman
e.    Metode panen dan perlakuan pasca panen yang benar
f.     Pembinaan dan pendampingan secara kontinu kepada petani, (Anggadiredja, 2011 : 26).
1.    Lokasi Budidaya
Faktor utama yang harus diperhatikan adalah faktor lokasi pembudidayaan rumput laut. Faktor lokasi disini mempunyai arti penting dan merupakan faktor penentu atau kunci berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan. Kesalahan yang terjadi dalam pemilihan lokasi budidaya rumput laut akan sangat mempengaruhi hasil dan mutu produksinya. Oleh karena itu, apabila kita menginginkan hasil dan mutu yang baik, maka permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan lokasi budidaya rumput laut harus benar-benar diperhatikan.
Menurut Hidayat (1994 : 54), dalam menentukan lokasi budidaya rumput laut, dengan harapan agar usaha kita dapat berjalan dengan baik dan memperoleh hasil yang memuaskan, serta tidak terjadi hal-hal seperti diatas, maka perlu diperhatikan beberapa masalah tertentu yang berkaitan dengan lokasi budidaya, yaitu sebagai berikut :
a.    Dasar perairan,
Unsur ini perlu mendapat perhatian dalam menentukan lokasi usaha budidaya rumput laut. Sebenarnya dasar areal atau perairan ini tergantung sepenuhnya pada cara atau metode budidayanya, rumput laut umumnya menyukai dasar perairan yang terdiri dari pasir dan lumpur berpasir.
b.    Tingkat kejernian air
Untuk budidaya rumput laut Eucheuma sp, keadaan perairan sebaiknya relatif jernih dengan tingkat kecerahan tinggi, dan tampakan (jarak pandang kedalaman) dengan alat sechidisk mencapai 2-5 m. Kondisi seperti ini dibutuhkan agar cahaya matahari dapat mencapai tanaman untuk proses fotosintesis, (Anggadiredja, 2011 : 28).
c.    Kedalaman air
Kedalaman air laut pada lokasi budidaya rumput laut juga merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan. Karena kedalaman air pada lokasi budidaya akan membawa pengaruh pada pertumbuhan tanaman.
d.   Salinitas
Salinitas atau kadar garam dari larutan yang dinyatakan dalam banyaknya kadar garam per seribu garam larutan pada air laut, juga penting dalam usaha budidaya rumput laut. Agar jangan sampai kadar garam pada lokasi budidaya rumput laut menurun, usahakanlah agar lokasi budidaya cukup jauh dari sumber air tawar.
e.    Jalur pelayaran
Usahakan pula agar lokasi budidaya rumput laut tidak dekat dengan jalur pelayaran, apalagi dekat dengan pelabuhan. Pada lokasi yang dekat dengan jalur pelayaran atau lalu lintas laut sering terjadi kerusakan pada tanaman, terutama disebabkan gelombang yang ditimbulkan oleh kapal laut dan limbah yang dibuang awak kapal sering menjadi racun bagi rumput laut. Kerusakan dapat terjadi pada tanaman dan media atau tempat menempelnya.

f.     Limbah industri.
Unsur lain juga yang mempunyai pengaruh pada pertumbuhan rumput laut adalah pengaruh limbah industri. Karena limbah industri ini dapat menggangu pertumbuhan tanaman, bahkan dapat menjadi racun baginya. Oleh karena itu, usahakan agar lokasi budidaya rumput laut jauh dari daerah industri.
2.    Pemilihan bibit
Bibit rumput laut dapat berasal dari stok alam atau dari hasil budidaya. Keuntungan bila bibit berasal dari stok alam adalah disamping mudah pengadaannya, juga cocok dengan persyaratan pertumbuhan secara alami. Sedangkan kerugiannya adalah bibit sering tercampur dengan jenis rumput laut lain. Bibit yang berasal dari hasil budidaya lebih murni karena hanya terdiri dari satu jenis rumput laut, tetapi bermasalah dalam hal mendatangkannya. Mengingat kualitas dan kuantitas produksi rumput laut ditentukan oleh bibit, maka pemilihan bibit ini harus dilakukan secara cermat. Bibit tanaman harus muda, bersih, dan segar agar memberikan pertumbuhan yang optimum. Bibit yang baik berasal dari tanaman induk yang sehat dipilih dari hasil budidaya bukan dari stok alam, (Indriani & suminarsih, 2005 : 22).
3.    Penanaman
Setelah semuanya siap, mulai dari lokasi budidaya sampai bibit yang akan dibudidayakan, maka pekerjaan selanjutnya adalah melakukan penanaman. Dalam penanaman ini harus terlebih dahulu dipersiapkan beberapa pokok, yaitu sebagai berikut :
a)    Peralatan
Peralatan yang perlu dipersiapkan dilokasi budidaya adalah kayu atau bambu, tali plastik, tali nilon, jangkar dan pasak. Sebenarnya keberadaan peralatan ini tergantung sepenuhnya pada metode budidaya yang dipakai.
b)   Tenaga kerja
Tenaga kerja yang dimanfaatkan sebagai tenaga pengelola usaha budidaya rumput laut ini juga harus benar-benar dalam kondisi yang baik. Hal ini mengingat, hampir sebagian besar waktunya digunakan untuk selalu berada didalam air. Ini berlainan sekali dengan usaha budidaya tanaman darat. Selain itu air laut juga mempunyai kadar salinitas yang cukup tinggi.
c)    Jarak tanam
Jarak tanam rumput laut pun juga perlu mendapat perhatian, sebagaimana halnya dengan tanaman darat. Karena jarak tanam ini akan sangat berpengaruh pada hasil produksi dan mutunya. Jarak tanam yang biasa digunakan adalah 20 cm anatara tanaman satu dengan tanaman lainnya. Demikian pula halnya bila kita mempergunakan tali atau jaring. Di mana bibit rumput laut diikatkan pada tiap simpul tali, maka jarak tiap simpul ini pun 20 cm.
d)   Metode budidaya
Dalam usaha budidaya rumput laut ini telah banyak metode atau cara penanaman yang dipakai, serta membawa hasil yang cukup memuaskan. Namun demikian perlu diingat, bahwa pemakaian metode ini bergantung pada keadaan dasar perairan di lokasi budidaya, serta peralatan yang tersedia. Adapun metode yang sering digunakan dalam usaha budidaya rumput laut antara lain yaitu ; Metode dasar, metode melayang dan metode apung.
4.    Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi budidaya dan tanamannya. Pemeliharaan dilakukan pada saat ombak besar maupun saat laut tenang. Kerusakan patok, jangkar, tali ris, dan tali ris utama yang disebabkan oleh ombak yang besar, atau day tahannya menurun harus segera diperbaiki. Bila di tunda akan akan berakibat makin banyak yang hilang sehingga kerugian yang lebih besar tidak bisa dihindari.
Kotoran atau debu air sering melekat pada tanaman, yaitu saat musim laut tenang. Pada saat seperti ini tanaman harus digoyang-goyangkan di dalam air agar tanaman selalu bersih dari kotoran yang melekat. Kotoran yang melekat dapat mengganggu proses metabolisme sehingga laju pertumbuhan menurun. Beberapa tumbuhan penenmpel, seperti Ulva, Hypnea, Chaetomorpha, Enteromorpha, sering membelit tanaman dan konsruksi budidaya sehingga dapat menimbulkan kerusakan. Tumbuhan seperti ini perlu disingkirkan dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke darat.   Bulu babi, ikan, dan penyu merupakan hewan-hewan herbivora yang sering memangsa tanaman rumput laut. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Sedangkan untuk menghindari ikan dan penyu, biasanya dipasang jaring disekeliling lokasi budidaya.
5.    Pemanenan
Pada tahap pemanenan ini, perlu dipertimbangkan cara dan waktu yang tepat agar diperoleh hasil sesuai permintaan pasar secara kuantitas dan kualitas.
Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur 6-8 minggu setelah tanam dengan berat ikatan sekitar 600 gram. Cara memanen rumput laut adalah dengan mengangkat seluruh tanaman kedarat, kemudian tali rafia pengikat rumput laut dipotong. Panen seperti ini dilakukan bila air laut pasang, tetapi bila air laut sedang surut pemanenan dapat langsung dilakukan di areal tanam. Caranya sama, yaitu dengan memotong tali rafia pengikat rumput laut. Panen dengan cara seperti ini memberikan keuntungan, yaitu bila ingin menanamnya kembali dapat memanfaatkan bagian ujung tanaman yang masih mudah sehingga laju pertumbuhannya tinggi. Di samping itu, hasilnya berkandungan keraginan tinggi.
  
2.2.2   Kajian Tentang  Pendapatan masyarakat
Menurut Sukirno (2006:47) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima  oleh masyarakat atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: 1) pendapatan pribadi, yaitu semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara. 2) pendapatan Disposibel, yaitu pendapatan pribadi dikurangi pajak harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. 3) pendapatan nasional yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.
Menurut kahirul anwar (2011:33) pendapatan mesyarakat merupakan pendapatan bersih masyarakat ditambah dengan upah keluarga yang layak, upah tenaga luar dalam bentuk uang atau bahan, dan pajak.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat merupakan jumlah penghasilan yang diterima masyarakat dalam berbentuk uang maupun barang atas prestasinya selama satu periode tertentu.

  
2.3    Hipotesis
Menurut Sudjana (Kuswana, 2011 : 115), hipotesis berasal dari kata hipo, artinya bawah, dan tesis, artinya pendapat. Hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum meyakinkan. Kebenaran pendapat tersebut perlu diuji atau dibuktikan. Sedangkan menurut Sugiyono (2014 : 96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Dari paparan teoritis sebagaimana uraian diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis bahwa “ ada Pengaruh Program Budidaya Rumput Laut Jenis Rhodophyceae Terhadap Tingkat Pendapatan Masyarakat Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar ”.






BAB III
METODE PENELITIAN
3.1    Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Kuswana (2011: 49), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang menggunakan uji statistika. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dipandu oleh hipotesis tertentu yang salah satu tujuannya adalah menguji hipotesis yang ditentukan sebelumnya.
Dalam penelitian kuantitatif, hubungan anatara peneliti dan responden bersifat independen. Dengan menggunakan daftar pertanyaan sebagai teknik pengiumpulan data, penelitian kuantitatif dapat meminta orang lain untuk pengumpulan data. Oleh karena itu, dalam penelitian kuantitatif peneliti “hampir” tidak mengenal yang diteliti atau siapa sebenarnya responden yang memberikan data.
Menurut Sugiyono (2014: 13), metode kuantitatif dinamakan metode trdisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuki kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
3.2    Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini di laksanakan di Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar. Desa Labuhan Aji terdiri dari 5 Dusun yaitu Labuhan Aji/Unter, Dusun Ampuh, Dusun Aipaya, Dusun Labuhan Terujung dan Dusun Padaelo. Dari ke 5 Dusun tersebut, hanya 3 Dusun yang melaksanakan program budidaya rumput laut yaitu Dusun Aipaya, Dusun Labuhan Terujung dan Dusun Padaelo dikarenakan dusun-dusun tersebut dekat dengan pesisir pantai sebaliknya, Dusun Unter dan Dusun Ampuh melaksanakan program yang lainnya yaitu peternakan dan pertanian. Desa Labuhan Aji merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Tarano Sumbawa Besar yang memiliki potensi sumber daya alam rumput laut terbesar di kecamatan Tarano.
Secara geografis Desa Labuhan Aji memiliki batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Dusun Aipaya
Sebelah Barat berbatasan dengan Dusun Labuhan Terujung
Sebelah Timur berbatasan dengan Dusun Unter
Sebelah Selatan berbatasan dengan Ampuh.
  

Alasan penelitian ini dilaksanakan di Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar, karena di Desa Labuhan Aji merupakan daerah penghasil rumput laut terbesar di Kecamatan Tarano dan terdapat program pemerintah dalam bidang budidaya rumput laut, sehingga peneliti mengambil lokasi di daerah tersebut.
3.3    Penentuan Subyek Penelitian
Menurut Sugiyono (2014: 117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (2010:173), apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.
Adapun subjek dalam penelitian ini yaitu nelayan rumput laut pada masing-masing dusun yaitu Dusun Aipaya, Dusun Labuhan Terujung dan Dusun Padaelo. Nelayan yang mendapat program budidaya rumput laut berjumlah 25 orang. Dusun Aipaya  5 orang, Dusun Labuhan Terujung 10 orang dan Dusun Padaelo 10 orang. Penelitian ini merupakan penelitian populasi karena jumlah subjek kurang dari 100, sehingga peneliti mengambil semua nelayan rumput laut sebagai subjek penelitian.




3.4    Jenis dan Sumber Data
3.4.1    Jenis Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian menjadi sangat penting untuk di klarifikasi mengingat kedua masalah ini akan melandasi kegiatan selanjutnya. Pemahaman jenis data adalah suatu hal yang sangat mutlak dalam sebuah penelitian. Menurut Sugiyono (2008:226), bahwa jenis data dalam pelaksanaan suatu penelitian dapat di bagi menjadi 2 (dua) bagian pokok, yakni data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat dan gambar, sedangkan data kuantitatif adalah jeni data yang berupa angka-angka. Adapun Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif. Data kuantitatif di bagi menjadi empat bagian yaitu:
1.    Data interval adalah data yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalamnya pengukuran itu di asumsikan terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama.
2.    Skala nominal adalah statistik yang didasarkan dengan klasifikasi tertentu secara dikhotomik (saling pilih secara jelas). Misalnya jenis kelamin yang mencerminkan laki-laki, perempuan, siang malam, tinggi rendah dan lain-lain.
3.    Skala ordinl adalah data statistic yang disusun berdasarkan rangkin, misalnya:juara 1,2,3,dan seterusnya.
4.    Data rasio adalah data yang dalam proses kuantifikasinya mempunyai nol mutlak, (Koencaraningrat,2007:251)

Adapun jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data interval. Jadi data yang dipakai dalam penelitian ini adalah jenis data interval yang didasarkan pada ukuran nilai angka (numerial data). Penggunaan jenis data ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menjelaskan pengaruh program budidaya rumput laut terhadap tingkat pendapatan masyarakat.
3.4.2    Sumber Data
Menurut sifatnya, sumber data yang digolongkan menjadi 2 (yaitu), yaitu:
1.    Sumber data primer adalah sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama atau langsung dari objeknya.
2.    Sumber data sekunder adalah sumber yang mengutip dari sumber orang lain (Surakhmad,1999:143)
Berdasarkan keterangan tersebut, maka sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Hal ini mengingat bahwa data yang diperoleh dari responden melalui angket yang di jawab/diisi.
3.5    Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.      Observasi     
Menurut Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2014:203), observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses pengamatan dan ingatan. Menurut Pabundu (2005: 44), observasi adalah cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan terhadat gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk mengamati proses budidaya rumput laut dan tingkat pendapatan masyarakat.
2.      Dokumentasi
Dokumentasi ialah “suatu cara untuk memperoleh data yang dilakukan dengan jalan mengumpulkan segala macam data meliputi catatan, rekaman atau gambar melalui pencatatan secara sistimatis” (Moleong, 2001: 231). Menurut pendapat lain dikatakan bahwa metode dokumentasi adalah “ mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan hal lain yang memuat sebuah data sesuai dengan kebutuhan” (Arikunto, 2006: 231).
Berdasarkan kedua pendapat di atas maka metode dokumantasi yang di maksud dalam laporan ini adalah suatu cara yang dilakukan dalam memperoleh data melalui pencatatan terhadap dokumentasi yang sudah atau tercatat  sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian  ini adalah catatan dan foto tentang rumput laut dan tingkat pendapatan masyarakat
3.      Angket
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain yang dijadikan responden untuk dijawabnya, (Sugiyono, 2014: 199).
Meskipun terlihat mudah, teknik pengumpulan data melalui angket cukup sulit dilakukan jika respondennya cukup besar dan tersebar di berbagai wilayah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket Menurut Uma Sekaran (Sugiyono, 2014:200) terkait dengan prinsip penulisan angket, prinsip pengukuran dan penampilan fisik. Prinsip Penulisan angket menyangkut beberapa faktor antara lain :
a.     Isi dan tujuan pertanyaan artinya jika isi pertanyaan ditujukan untuk mengukur maka harus ada skala yang jelas dalam pilihan jawaban
b.     Bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan kemampuan responden. Tidak mungkin menggunakan bahasa yang penuh istilah-istilah bahasa Inggris pada responden yang tidak mengerti bahasa Inggris
c.     Tipe dan bentuk pertanyaan apakah terbuka atau tertutup. Jika terbuka artinya jawaban yang diberikan adalah bebas, sedangkan jika pernyataan tertutup maka responden hanya diminta untuk memilih jawaban yang disediakan.

Mardalis (2008 : 70) menjelaskan format kuesioner dalam 2 bentuk, yaitu:
1.      Bentuk Skala Guttman
Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatif” dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka pada skala Guttam hanya ada dua interval yaitu “setuju” dan “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan.
Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi  satu dan terendah nol.
2.      Bentuk Chek List
Yaitu dengan memberikan tanda centang pada list pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti.
Metode angket yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis angket tertutup menggunakan bentuk angket chek list dimana angket tertutup ini dilengkapi dengan skala guttman. Skala guttman adalah skala pengukuran, dengan tipe ini akan di dapat jawabannya yang tegas, yaitu “ ya-tidak”, “benar-salah”, pernah-tidak pernah”, positif-negatif” dan lain-lain. Contohnya : Apakah anda sering melakukan gotong royong di dalam masyarakat ?
Ya
Tidak

Soal angket dalam penelitian ini berjumlah 20, dimana 10 soal untuk variabel X dan 10 soal untuk variabel Y, pemberian skor pada masing-masing jawaban telah diberikan bobot masing-masing, jika jawaban Ya maka diberi skor (1), dan jika jawaban Tidak diberi                  skor (0).

3.6    Instrumen Penelitian
Menurut (Sugiyono,2014:148)  Instrumen adalah suatau alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variable penelitian.alat-alat yang digunakan berkaitan dengan metode penelitian.
Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Jadi instrumen penelitian yang peneliti gunakan adalah angket atau kuesioner.
3.7    Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono, 2014:60)
3.7.1   Identifikasi Variabel
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi, (Sugiyono, 2014: 60) :
1.   Variabel independen : variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah program budidaya rumput laut.
2.   Variabel Dependen : sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Adapun yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat pendapatan masyarakat.
3.7.2   Definisi Operasional Variabel
Definisi operasianal adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2004: 74). Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah:
1.    Program budidaya rumput laut adalah suatu program yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam usaha budidaya rumput laut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan.
2.    Tingkat perekonomian masyarakat adalah  kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan pemilikan kekayaan atau fasilitas serta jenis tempat tinggal.


3.8    Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul (Sugiyono, 2014: 333). Untuk dapat menarik kesimpulan dari data yang diperoleh, maka teknik analisis data yang diterapkan di analisis dengan menggunakan rumus statistik r product moment sebagai berikut :
Keterangan :
r           : Pengaruh program budidaya rumput terhadap tingkat perekonomian   masyarakat
n          : Jumlah responden (subyek yang diteliti)
       : Jumlah skor dari program budidaya rumput laut
                  : Jumlah skor dari tingkat perekonomian  masyarakat
(Arikunto, 2010: 317).
Teknik korelasi product momen digunakan apabila berhadapan dengan kenyataan sebagai berikut :
1.    Variabel yang kita korelasikan berbentuk gejala atau yang bersifat kontinyu
2.    Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidak-tidaknya mendekati homogen
3.    Regresinya merupakan regresi linier
 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1        Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Desa Labuhan Aji merupakan salah satu dari 8 desa yang ada di wilayah Kecamatan Tarano. Desa ini memiliki luas wilayah ; 31, 49 km2, dan terbagi menjadi 5 Dusun antara lain yaitu Dusun Aipaya, Dusun Labuhan Terujung, Dusun Labuhan Aji/Unter, Dusun Ampuh dan Dusun Padaelo dengan jumlah keseluruhan penduduknya pada tahun 2016 berjumlah ;  2.502 jiwa, yang terdiri dari Laki-laki ; 1.305 jiwa dan Perempuan ; 1.159 jiwa.
Adapun data jumlah penduduk dari masing-masing dusun dapat di lihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Desa Labuhan Aji Berdasarkan Nama Dusun,
Jenis Kelamin Dan Jumlah Kepala Keluarga Tahun 2016

No
Nama Dusun
Jenis Kelamin
Jumlah KK
Jumlah
L
P
1
Aipaya
330
229
144
599
2
Labuhan Terujung
310
263
143
573
3
Labuhan Aji
134
112
47
244
4
Ampuh
296
301
136
597
5
Padaelo
235
254
127
489
Sumber Data :  Profil Desa Labuhan Aji Tahun 2016

4.1.2        Deskripsi Data
Sebagaimana yang telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu  metode angket. Metode angket ini dilakukan pada sejumlah nelayan rumput laut untuk mengetahui data tentang pengaruh program budidaya rumput laut sebagai variabel X dan data tentang tingkat pendapatan masyarakat sebagai variabel Y.
Adapun data penelitian yang diperoleh dari hasil angket dapat di lihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
             Hasil Angket Tentang Pengaruh Program Budidaya Rumput Laut

No
Responden
Nama Responden
Skor Angket
(Variabel X)
1
Mardin
4
2
Jumading
6
3
Muhammading
5
4
Abdurrahman
6
5
Petta Elo
4
6
M. Yusuf
7
7
Naseruddin
4
8
Safiana
5
9
Abdul Razak
4
10
M. Sadat
5
11
Paressai
6
12
Subaer
4
13
Rusmin
5
14
Zulkifli
7
15
M. Saling
4
16
Sanuddin
6
17
Ambo Tuo
4
18
Sakkadong
5
19
Juraejek
6
20
Safring
5
21
Ambotolla
4
22
Usman
5
23
Tamuddin
6
24
Suhardi
4
25
Abu Bakar
6
Sumber Data : Data Primer, diolah peneliti, 2016

Tabel 4.3
Hasil Angket Tentang Tingkat Pendapatan Masyarakat

No
Responden
Nama Responden
Skor Angket
(Variabel Y)
1
Mardin
5
2
Jumading
7
3
Muhammading
6
4
Abdurrahman
8
5
Petta Elo
5
6
M. Yusuf
8
7
Naseruddin
6
8
Safiana
7
9
Abdul Razak
5
10
M. Sadat
6
11
Paressai
8
12
Subaer
6
13
Rusmin
7
14
Zulkifli
8
15
M. Saling
5
16
Sanuddin
6
17
Ambo Tuo
7
18
Sakkadong
5
19
Juraejek
7
20
Safring
7
21
Ambotolla
6
22
Usman
6
23
Tamuddin
7
24
Suhardi
6
25
Abu Bakar
8
Sumber Data : Data Primer, diolah peneliti, 2016

Data-data di atas masih merupakan data mentah yang perlu diolah lebih lanjut dalam analisis data yang akan dibahas berikutnya.




Tabel 4.4
Data Interval Pendapatan Petani Rumput Laut Jenis Rhodophyceae Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar

NO. KELAS

INTERVAL I
(Rp.Jutaan)


FREKUENSI
RELATIVE
%
1
12,0 – 33,6
13
52
2
13,2 – 31,2
2
8
3
14,4 – 32,4
6
24
4
15,6 – 31,8
1
4
5
16,8 – 30,0
1
4
6
18,0 – 31,2
2
8

JUMLAH
25
100

4.1.2.1 Analisis Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah : (a) Merumuskan hipotesis nihil (Ho), (b) Membuat tabel kerja, (c) Memasukkan data kedalam rumus, (d) Menguji nilai product moment, dan (e) Menarik kesimpulan.
Tabel 4.5
ANALISIS DATA PENDAPATAN PETANI RUMPUT LAUT

N0
TAHUN
RATA-RATA PENDAPATAN/TAHUN
RATA-RATA PENDAPATAN/BULAN
1
2013
Rp. 13.488.000,00.-
Rp. 1.124.000,00.-
2
2014
Rp. 16.040.000,00.-
Rp. 1.336.666,00.-
3
2015
Rp. 16.096.000,00.-
Rp. 1.341.333,00.-
4
2016
Rp. 31.296.000,00.-
Rp. 31.296.000,00

  


Dari hasil analisis data pendapatan petani rumput laut seperti telah dipaparkan diatas, pendapatan per-tahun dalam tiga tahun terakhir dari tahun 2013 mencapai Rp. 13.488.000 dengan rata-rata per-bulan Rp. 1.124.000, tahun 2014 Rp. 16.040.000 dengan rata-rata per-bulan Rp. 1.336.666, pada tahun 2015 Rp. 16.096.000 dengan rata-rata per-bulan Rp. 1.341.333, dan yang terakhir pada tahun 2016 Rp. 31.296.000 dengan rata-rata per-bulan Rp. 31.296.000 jadi dapat disimpulkan bahwa pedapatan petani rumput laut dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan.
a.      Merumuskan Hipotesis Nihil (Ho)
Untuk keperluan perhitungan analisis statistik, maka hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan pada bab I yang berbunyi : “ Ada pengaruh program budidaya rumput laut terhadap tingkat pendapatan masyarakat pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar ”, maka perlu diubah terlebih dahulu ke dalam sebuah hipotesis nihil (Ho) sehingga berbunyi : “ Tidak ada pengaruh program budidaya rumput laut terhadap tingkat  pendapatan masyarakat pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar ”.
b.      Membuat Tabel Kerja
Sesuai dengan rumus yang digunakan, maka tabel kerja yang dibutuhkan adalah tabel kerja untuk menentukan komponen-komponen dalam rumus korelasi r product moment, yakni tabel kerja hubungan antara program budidaya rumput laut dengan tingkat pendapatan masyarakat pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar.



Tabel 4.6
Tabel Kerja Hubungan Program Budidaya Rumput Laut Dengan Tingkat Pendapatan Masyarakat Pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji
Kecamatan Tarano Sumbawa Besar

No
Responden
X
Y
X2
Y2
XY
1
4
5
16
25
20
2
6
7
36
49
42
3
5
6
25
36
30
4
6
8
36
64
48
5
4
5
16
25
20
6
7
8
49
64
56
7
4
6
16
36
24
8
5
7
25
49
35
9
4
5
16
25
20
10
5
6
25
36
30
11
6
8
36
64
48
12
4
6
16
36
24
13
5
7
25
49
35
14
7
8
49
64
56
15
4
5
16
25
20
16
6
6
36
36
36
17
4
7
16
49
28
18
5
5
25
25
25
19
6
7
36
49
42
20
5
7
25
49
35
21
4
6
16
36
24
22
5
6
25
36
30
23
6
7
36
49
42
24
4
6
16
36
24
25
6
8
36
64
48
Jumlah
127
162
669
1076
842
Sumber Data : Data Primer, diolah peneliti, 2016





c.       Memasukkan Data Kedalam Rumus
Dari tabel kerja tersebut di atas, maka dapat dihitung nilai koefisien korelasi product moment sebagai berikut :
Diketahui : = 127
 = 162
= 669
= 1076
= 842
Maka :
  0,761



d.      Menguji Nilai Product Moment
Dari hasil perhitungan ternyata nilai r xy yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 0,761, sedangkan nilai r xy dalam tabel dengan taraf signifikansi 5 % dan N = 25 adalah 0,396. Kenyataan ini menunjukan bahwa nilai r xy yang diperoleh dalam penelitian ini adalah lebih besar dari pada nilai r xy dalam r tabel, sehingga korelasi r xy dinyatakan signifikan.
e.       Menarik Kesimpulan
Dari hasil pengujian nilai r xy di atas, dimana r hitung sebesar 0,761 lebih besar dari r tabel sebesar 0,396 dengan taraf signifikansi sebesar 5 %, maka r xy dinyatakan signifikan dan hipotesis nihil (Ho) ditolak atau hipotesis alternatif (Ha) diterima. Maka kesimpulan analisis dalam penelitian ini adalah : “ Ada pengaruh program budidaya rumput laut jenis rhodophyceae terhadap tingkat pendapatan masyarakat pesisir Teluk Saleh Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar ”.
4.2  Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis korelasi product moment seperti yang telah dipaparkan di atas, nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan adalah r xy = 0,761, sedangkan nilai r xy dalam tabel dengan taraf signifikansi 5 % dan N = 25 adalah 0,396. Kenyataan ini menunjukkan bahwa nilai r xy yang diperoleh dalam penelitian ini adalah lebih besar dari pada nilai r xy dalam r tabel, sehingga korelasi r xy dinyatakan signifikan. Hal ini berarti hipotesis alternatif (Ha) yang berbunyi “ Ada pengaruh program budidaya rumput laut jenis rhodophyceae terhadap tingkat pendapatan masyarakat pesisir teluk saleh desa labuhan aji kecamatan tarano sumbawa besar tahun 2016 ” diterima, sedangkan hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “Tidak ada pengaruh program budidaya rumput laut jenis rhodophyceae terhadap tingkat pendapatan masyarakat pesisir teluk saleh desa labuhan aji kecamatan tarano sumbawa besar tahun 2016”  ditolak.
Adanya pengaruh yang signifikan ini diduga karena program budidaya rumput laut memberikan dampak yang positif terhadap tingkat  pendapatan masyarakat Desa Labuhan Aji. Dimana sebelum adanya program budidaya rumput laut, proses budidaya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Labuhan Aji masih tergolong tradisional yaitu hanya bergantung kepada alam sehingga berdampak pada tingkat pendapatan yang masih tergolong rendah. Namun setelah masuknya program budidaya rumput laut di Desa labuhan Aji, lambat laut proses budidaya tersebut mulai mengalami perubahan baik dari segi penanaman, pemeliharaan dan pemanenan sehingga berdampak positif pada kondisi pendapatan yang sedikit demi sedikit mulai mengalami peningkatan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program budidaya rumput laut mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkat pendapatan masyarakat Desa Labuhan Aji Kecamatan Tarano Sumbawa Besar.


Program budidaya rumput laut merupakan usaha untuk mengembangkan produktifitas rumput laut yang dinilai potensial dari segi ekonomi, sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan usaha alternatif yang dilatar belakangi oleh dukungan kondisi sumber daya alam daerah pengembangan budidaya. Bantuan yang diberikan kepada masyarakat melalui program budidaya rumput laut berupa bibit rumput laut, pelampung, tali, dan tempat pengeringan/penjemuran.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1  Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh program budidaya rumput laut jenis rhodophyceae terhadap tingkat pendapatan masyarakat pesisir teluk saleh desa labuhan aji kecamatan tarano sumbawa besar tahun 2016”. Hal ini terbukti dari hasil pengujian nilai r product moment, dimana r hitung sebesar 0,761 lebih besar dari r tabel sebesar 0,396 dengan taraf signifikansi 5 %, maka r xy dinyatakan signifikan dan hipotesis nihill (Ho) ditolak atau hipotesis alternatif (Ha) diterima.
5.2  Saran
Bertitik tolak dari simpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang perlu dipertimbangkan oleh Pemerintah, masyarakat, maupun bagi peneliti lain yang tertarik dengan topik ini. Adapun saran-sarannya adalah sebagai berikut :
a.       Pemerintah
Terdapat pengaruh yang signifikan antara program budidaya rumput laut dengan pendapatan masyarakat, maka hendaknya Pemerintah mempertahankan atau meningkatkan program budidaya rumput laut berikutnya agar masyarakat bisa hidup sejahtera.


b.      Masyarakat
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat agar dalam proses budidaya rumput laut lebih memperhatikan teknik budidaya dari Pemerintah melalui program budidaya rumput laut.
c.       Peneliti Berikutnya
Berdasarkan hasil penelitian ini, kepada para peneliti berikutnya yang ingin meneliti dengan judul yang sama diharapkan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dan dalam skala yang lebih luas terhadap aspek-aspek yang belum terjangkau dalam penelitian ini.



  


DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, Jana T. 2011. Rumput Laut. Jakarta : Penebar Swadaya.
Anonim. TT. Rumput Laut Di Indonesia. Jakarta : Sinar Harapan
Arikunto,Suharsimi.2010. Metode penelitian (Suatu PendekatanPraktik). Jakarta: PT.Rineka Cipta

Hamid, Abdul. 2009. “ Pengaruh Berat Bibit Awal Dengan Metode Apung                  ( Floating Method ) Terhadap Persentase Pertumbuhan Harian Rumput Laut ” . Diambil tanggal 1 Mei 2013 dari http://www.google.com/url?q=http://luluvikar.files.wordpress.com

Hidayat A. 1994.  Budidaya Rumput Laut. Surabaya : Usaha Nasional
Indriani Hety, Suminarsih Emi. 2005. Budidaya, Pengelolaan, dan Pemasaran      Rumput Laut. Jakarta : Penebar Swadaya.

Kuswana, Dadang. 2011. Metode Penelitian Sosial. Bandung : CV Pustaka Setia.
Maftukhah. 2007. “ Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 Randudongkal Kabupaten Pemalang Tahun 2006/2007 ”. Diambil tanggal 1 Mei 2013 dari http://www.google.com/url?q=http://lib.uin

Moleong Lexy J, 2001, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya Offset

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung : Alfabeta

Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial : Sebuah Kajian pendekatan Struktural. Jakarta : Bumi Aksara.

Suparman.2014.Cara Mudah Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Pustaka baru

Previous Post
Next Post

0 komentar: