BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
menjadi ukuran utama suatu bangsa dikatakan sebagai bangsa yang memiliki
kesejahteraan tinggi, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral
dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Pendidikan yang memiliki kualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu menghadapi tantangan kehidupan dan berkemampuan secara proaktif untuk penyesuaian diri pada perubahan zaman. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah Indonesia banyak melakukan perubahan baik itu berupa sistem pendidikan, yang menyangkut struktur kurikulum dan pola pembelajaran yang dilaksanakan. sebagaimana amanah yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka menegah nasional 2010-2014 dalam bidang pendidikan yang menyatakan bahwa salah satu substansi inti program bidang pendidikan adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah.
Pendidikan yang memiliki kualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, sumber daya manusia yang berkualitas akan mampu menghadapi tantangan kehidupan dan berkemampuan secara proaktif untuk penyesuaian diri pada perubahan zaman. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah Indonesia banyak melakukan perubahan baik itu berupa sistem pendidikan, yang menyangkut struktur kurikulum dan pola pembelajaran yang dilaksanakan. sebagaimana amanah yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka menegah nasional 2010-2014 dalam bidang pendidikan yang menyatakan bahwa salah satu substansi inti program bidang pendidikan adalah penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan hasil pendidikan yang mampu menjawab kebutuhan sumber daya manusia untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah.
Padahal
pembelajaran sains memiliki peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, sehingga mampu menghadapi globalisasi dalam
bidang IPTEK. Sumanto, 2007 yang dikutip Stiatava (2012) mengatakan pembelajaran
sains merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis untuk
menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsepkonsep, prinsip-prinsip, proses penemuan,
dan memiliki sikap ilmiah.
Pembelajaran
sains yang dimana pembelajaran yang berfungsi untuk setiap individu bisa
mempelajari dirinya sendiri dengan menganalisa, mengamati diri sendiri dan
lingkungan sehingga mampu membuat formulasi untuk mengembangkan kehidupan yang
akan dihadapi, hal tersebut berdasarkan hakikat dari sains. Hakikat sains
menurut Suastra (2009) mengatakan bahwa hakikatnya sains memiliki tiga komponen
yaitu komponen produk, proses, dan sikap. Sains sebagai produk memiliki arti sebagai
sekumpulan fakta-fakta, konsep, prinsip dan hukum tentang gejala alam. Sains
sebagai proses merupakan suatu rangkaian terstruktur dan sistematis yang
dilakukan untuk menemukan konsep, prinsip, hukum dan gejala alam. Sedangkan
sains sebagai sikap diharapkan mampu membentuk karakter. Berdasarkan hakikat
sains ini tersirat jelas bahwa yang diinginkan dalam pembelajaran adalah
bagaimana siswa mampu bersikap serta mampu menunjukkan karakter yang dimiliki.
Namun
kenyataan dilapangan bahwa pembelajaran sains pada umumnya dan hususnya biologi
tidak diberlakukan atau di ajarkan sesuai dengan hakikat yang dimiliki, tetapi lebih
kepada bagai mana mentrasper pengetahuan saja. hal ini yang menyebabkan
terjadinya kesenjangan ataupun ketimpangan yang terjadi dalam pendidikan sains,
sehingga hasil yang diinginkan tidak sesuai harapan, yang dimana hasil dari
pembelajaran sains menghasilkan pendidikan sains yang kurang memuaskan bahkan memiliki
nilai yang menurun, sehingga tingkat sumber daya manusia menjadi menurun.
Karena pembelajaran sains tidak di pembelajarkan sesuai hakikat sains maka
hasil belajar menjadi tidak maksimal.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan penelitian
D. Manfaat penelitian
E. Deskripsi operasional
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Scientific
Dalam
mengajarkan biologi sehingga dapat menigkatkan hasil belajar maka diperlukan pendekatan
pembelajaran yang mendekati dari hakikat sains biologi, maka pendekatan yang
dapat meningkatkan hasil belajar dan keterampilan proses sains yang sesuai
dengan hakikat sains biologi adalah pembelajaran berpendekatan saintifik.
Nurul
(2013) menyebutkan Pembelajaran berpendekatan saintifik merupakan pembelajaran
yang menggunakan pendekatan ilmiah dan inkuiri, dimana siswa berperan secara langsung
baik secara individu maupun kelompok untuk menggali konsep dan prinsip selama
kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas guru adalah mengarahkan proses belajar
yang dilakukan siswa dan memberikan koreksi terhadap konsep dan prinsip yang
didapatkan siswa.
B. Pemahaman Konsep
Istilah
pemahaman, sebagai terjemahan dari istilah understanding (Sumarmo,
1987). Lebih lanjut Sumarmo (2010) menyatakan secara umum indikator
pemahaman matematika meliputi; mengenal, memahami dan menerapkan konsep,
prosedur, prinsip dan ide matematika. Sedangkan Pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap konsep matematika berdasar NCTM dapat dilihat
dari kemampuan siswa dalam: (1) mendefinisikan konsep secara verbal dan
tertulis; (2) Mengidentifikasi membuat contoh dan bukan contoh; (3) menggunakan
model, diagram, dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep; (4)
mengubah suatu bentuk presentasi ke dalam bentuk lain; (5) mengenal berbagai
makna dan interpretasi konsep; (6) mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep
dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; (7) membandingkan dan
membedakan konsepkonsep.
Pemahaman
siswa terhadap suatu materi tentunya berbeda antara satu siswa dengan siswa
lainnya, pemahaman akan suatu konsep sangat mendukung untuk memahami konsep
berikutnya, bahkan dapat disimpulkan bahwa pemahaman suatu konsep menjadi
prasyarat untuk memahami konsep
berikutnya.
Pemahaman merupakan
salah satu aspek dalam ranah kognitif yaitu tingkatan C2 dari tujuan kegiatan
belajar mengajar. Menurut Ruseffendi (dalam Yeni, 2011: 68) pemahaman meliputi
tiga aspek yaitu translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi.
- Translasi
Translasi (terjemahan)
meliputi kemampuan menerjemahkan materi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain
seperti dari kata-kata ke angka-angka, dari abstrak ke kongkret, dari symbol ke
tabel dan grafik.
2. Interpretasi
Interpretasi (penjelasan)
meliputi kemampuan menjelaskan/meringkas materi pelajaran, memahami kerangka
suatu pekerjaan secara keseluruhan, dan menafsirkan isiberbagai macam bacaan
3. .Ekstrapolasi
Ekstrapolasi (perluasan)
meliputi kemampuan memprediksi akibat dari suatu tindakan yang digambarkan dari
sebuah komunikasi.
Menurut
Anderson dan Krathwohl (dalam Tanujaya, 2012 : 13) menyatakan bahwa dalam pembaharuan
dimensi proses kognitif, memahami (understanding) terdiri dari kemampuan untuk membentuk
arti dari instruksi yang meliputi menginterpretasikan, memberikan contoh, mengklasifikasikan,
meringkas, menduga, membandingkan dan menjelaskan. Benjamin Bloom (dalam
Alawiah 2011 : 27) membedakan pemahaman (C2) ke dalam tiga kategori yaitu menerjemahkan
(translation), penafsiran (interpretation) dan ekstrapolasi (extrapolation).
Demikian
juga (dalam Firdaus, 2011 : 16) tingkatan kognitif yaitu tingkatan pemahaman
(C2) menurut Benjamin Bloom terdiri dari tiga macam pemahaman yaitu pengubahan
(translation), pemberian arti (interpretation), dan pembuatan ekstrapolasi
(ekstrapolation).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis
penelitian yan diunakan dalam penelitian ini adalah true experiment
B. Rancangan
Penelitian
Penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan metode true experiment dengan rancangan
Posttest Only Control Group Design. Berdasarkan tujuan dan data yang diperlukan
dalam penelitian, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes
digunakan untuk mengukur pemahaman konsep, dan keterampilan berpikir kritis
siswa.
C. Teknik
Sampling
Sampel
dipilih dengan menggunakan teknik cluster
random sampling dari anggota populasi sebanyak 2 kelas yakni kelas X4
sebagai kelas eksperimen dan kelas X1 sebagai kelas kontrol. Peneliti memilih
menggunakan teknik cluster random
sampling dengan asumsi bahwa populasi dianggap homogen karena dilihat dari guru,
bahan ajar, kurikulum dan waktu yang digunakan dalam pembelajaran semuanya sama
serta dilihat dari segi kemampuan siswa dianggap sama karena tidak ada kelas
unggulan maupun kelas khusus.
D. Tempat
dan waktu penelitian
1.
Tempat
penelitian
Penelitian ini akan dilaksanak
di MA
E. Variabel
Penelitian
Variable
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari oran, oyek atau
keiatan yang mempunyai variasi tertentu yan ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditark kesimpulan (suiyono 2013). Varabel dalam
penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat.
F. Populasi
dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Penelitian
Populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteritik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Menurut
(Suharsimi, 2006) mengatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Jadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di
SMAN1 Praya Timur
2. Sampel
Penelitian
Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2011). Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
kelas XI IPA 1 dan kelas XI IPA 2 di SMAN 1 Praya Timur
G. Instrument penelitian
.1. Lembar
observasi RPP
2. Tes
H. Teknik analisa data
1. Data
hasil belajar
0 komentar: